31 Juli 2002

Aku membebaskanmu...
1
Aku datang dengan kebingungan
Kau menghampiriku dengan mata cinta
Disebuah pojok yang tersudut, aku menatapmu tanpa sembunyi
Aku menawarkan pembicaraan tapi bukan untuk menyudutkanmu
¡°Cinta seperti sebuah keping yang jatuh pada sumur. Berdenting nyaring diujung sana, pelan merambat¡± katamu. Binarmu tunjukkan lembaran-lembaran, milikku untuk mu. Syair yang lalu, obat rindumu.
¡°Juga seperti keping yang hilang digelapnya¡± aku menatap ragu.
¡°Kita terjerat didalamnya. Bukankah cinta itu membebaskan?¡± asap rokokku membentuk kata
¡°Membebaskan untuk memiliki mu¡± senyummu.
Ada binar diujung mimpimu, tersangkut manis diujungnya
Ada kegelisahan padaku, haruskah aku mengatakannya.
Aku takut berandai-andai, namun aku tak pandai menyimpannnya.
Cinta membuatku hampa.
2
¡°Jangan tegang, karena kita telah berjumpa. Cinta tak menegangkan karena tak menakutkan¡± senyummu
Cinta bagiku bukan misteri, tapi waktu yang jadi bandul kiamat.
Seperti saat aku ingin mengatakan bahwa aku tak ingin mengikatnya.
¡°Begitu besarkah kau percaya pada cinta? Dan menghamba padanya?¡±
¡°Kau yang ajarkan ku pada syair-syair. Pada huruf-huruf yang menari, pada desahmu¡±
Dia telah terjerat pada kata. Dan aku memiliki segudang kata-kata.
¡°Aku tak menyesatkanmu dalam permainan kata. Dan aku tak harus menipu demi kata-kata.¡±
Dahimu mengernyit, menggangu keindahanmu. Menunggu kalimat berikut yang akan meluncur.
¡°Aku tak ingin memenjarakanmu dalam kata¡± ucapku pelan, tertahan.
Aku membayangkan ada yang mengalir didadamu, merembes dimatamu.
3
¡°Begitu cepatkah, sebelum aku puas melumat semua syair-syairmu?¡± ucapmu pelan
Saat itupun aku ingin melumat bibirmu, tapi aku tak ingin menawan bibirmu lebih jauh.
Cukup hanya hatimu, saat ini.
Kita mencari keindahan dalam hening, dalam beku. Aku tak bisa menyingkir dalam tatapanmu. Ada getir, tiris di pipi.
Tanganku ingin menyapunya, kau mengelak
¡°Aku tau kau tak suka wanita cengeng. Tapi biarlah mata yang menangis¡±
Aku lihat kau berusaha kalahkan perasaan mu, tapi pasti ada lumpur rindu yang menggenangi hatimu. Setelah sekian lama kita saling mencari kata-kata yang terindah dari bentuk hubungan ini.
4
Duka masih mengalir, belum menepi.
Dan aku masih bersandar pada sedihmu.
¡°Cinta membuat harus ada yang terluka. Seperti pelangi yang menipu kita. Bukankah cinta itu membahagiakan. Aku mencintaimu, aku membebaskanmu.¡±
Sudah takdir wanita yang menangis, dan pria yang meringis.
Ah..Tuhan gunung tumpukan kata cinta. Cinta telah jadi candu bagi sang pemadat, tarikan yang tenangkan nafas-nafas. Ketaksadaran lambungkan mimpi sejuta tarian.
Sayapnya tutupi kesalahan, tapi kibasan mengukung. Dan aku mematahkan belenggu berabad-abad. Kembali ada yang luka¡¦¡¦
Sementara saat ini aku masih bersenggama dengan diriku, tak lebih. Memilih untuk menepi, sendiri...

30 Juli 2002

semua mungkin hanyalah
kegelisahan yang meledak
ketika jujur tak lagi mau bertegur sapa
ia sendirian menyusuri jalan gelap malam
tak sadar ada malang
mengincarnya dari belakang
mungkin, rak buku itu harus ditaruh tepat di bilik sebelah kanan. agar aku leluasa memandang ukiran telanjang di sisi sebelah kiri ruangan. ruangan yang berisi kesendirian pejal. aku ingin leluasa memandangnya, seperti kepuasan sehabis berak. tapi, kemudian bilik sebelah kanan seperti enggan menerima rak buku. kekecewaan terhadap muskilnya kata-kata menjadi hiasan semata. rak kembali mengisi ruangitu lagi. memenjarakan mataku lagi.

29 Juli 2002

aku nggak terima dengan comment :

david @ 8:30AM | 2002-07-29| permalink
nih posting nyebelin banget. dah tau ama zam setting layoutnya di bikin mini. malah ngeflood.

adakah aku ngeflood...?
kok tidak seperti dulu..
adakah kita bisa membatasi ISI KEPALAAAAAAAAAA!!!!
sepertinya kita semakin sempit....
gimana zam, tampilan oke bangettttt tapi kita udah kena demam minimalis,
thx buat admin
aku benci orang yang membenci...
sehingga, aku benci diri sendiri ketika aku sedang membenci,
aku tak suka diriku membenci, aku ingin diriku menyayangi,
karena aku sayang diriku sendiri
kebencian adalah cinta yang berlebihan
:imam hidayah

bagaimana kebencian amerika terhadap teroris
bagaimana kebencian komunis terhadap kapitalis
apakah karena cinta yang berlebihan

27 Juli 2002

Mimpimu berwarna-warni
Malam belum penuh
Mimpi-mimpi masih berjalan mundur
Jutaan hitam dan putih dilumati diri
Kau bilang ¡°mimpiku berwarna warni¡±
2
Anak rambutmu sedikit
¡°Tapi rambutku tebal¡±
Yang kutahu otakmu itu yang bebal
Merah itu bukan bekas bibirku
3
Nabi bilang bunga bakung dari taman Tuhan
Yang ku tahu, Tuhan bukan tukang kebun
Tapi bumi masih subur
Dan jutaan muara air
Air mata
4
Semut dipaksa berjalan beriringan
Waktu tak pernah tidur
Bunga pasrah diperkosa
¡°Aku tak pernah memaksa, kau yang mengerang¡±
5
Setiap pagi bumi selalu bersolek
Embun tak pernah diseka, angin yang menjilatinya
Walau esok harus datang pagi lagi
Debu masih menutupiku, aku gelisah
Jejakmu masih basah
6
Simpan saja namaku
Aku pasrah lalui liku rahim kehidupan
Bumi tak bertepi, tapi aku ingin merapat
¡°Tidak cukup besarkah kah cinta ku?¡±
7
Bila kau rindu aku (bila kah?)
Tetesan darah masih menapak di lingkaran
Sebelum lidah-lidah menghapusnya
Air liur mereka menghabiskan mu
8
Masih pada mimpi yang berjalan mundur
Kau tetap bilang : ¡°Mimpiku berwarna warni¡±
Dan aku masih hitam putih
Di nol
Pada recehan
¡°Pelangi-pelangi alangkah indahmu, merah kuning hijau dilangit yang biru. Pelukis mu sakti siapa gerangan. Pelangi-pelangi jelmaan ORBA¡±
Aku selalu geleng-geleng kepala mendengarkan suara itu. Cempreng dengan nada minor, irama kecrekan menyertai.
¡°Permisi pak, bu, kak, bang¡¦.¡± Tangannya menjulur. Kecil dan dekil, dengan kantongan platik permen.
Uang logamku berdenting didalamnya. Lampu hijau memaksa meninggalkannya.
*************
Dicari:
Untuk posisi Management Trainee
Syarat : S1 segala jurusan, mampu bekerja keras, berjiwa pemenang, pengalaman tak dibutuhkan, bersemangat dalam tekanan, mampu menyenangkan atasan, mempunyai lidah yang berair.
PO BOX. 1234 JKT
¡°Shit !¡±

Dibutuhkan segera :
Mechanical Engineering
Syarat : S1 T. Mesin, usia min. 30 tahun, pengalaman 7 tahun, menguasai bahasa Inggris lebih disukai yang menguasai bahasa Mandarin, mampu menghadapi cobaan, halangan, gangguan dan rintangan baik dari dalam maupun dari luar.
PO. BOX 1996
¡°Gila, gimana bisa pengalaman, kalau belum pernah diberi kesempatan dan sepertinya terlalu patuh pada GBHN¡±

Anda yang kami cari :
Sales Executive
Pria/Wanita dengan pendidikan minimum S1, semua jurusan, IPK minimum 2,8, pengalaman tidak diperlukan,. Disukai yang menguasai bidang pemasaran, mampu menarik konsumen dan dapat memperdayanya.
PO. BOX 666 STN


¡°Masih juga kau berkutat dengan segala lamaran itu?¡±
¡°Coba yang lebih baik lae. Ijasahku entar habis dimakan rayap¡± ucap Sanggam membela diri
¡°Coba kau tiru aku, ijasahku tak kuambil. Kusimpan di kantor Dekan, biar dia yang jaga¡±. Lae Marbun mengejekku.
¡°Apa kabar dengan gembala manusia?¡± goda Sanggam
Sepertinya dia gerah dengan ucapanku. Dihentikannya ketikan pada mesin ketik usangnya. ¡°Baik, terima kasih atas perhatiannya¡±. Diisapnya dalam-dalam rokok murahan itu.
¡°Beberapa hari ini, ada banyak pengamen yang aku jumpai diperempatan lampu merah. Itu salah satu objek mu?¡±. Aku meminum sedikit kopi dari gelasnya. Mungkin ia lagi tak punya uang, tak terasa ada gulanya.
¡°Jangan kau katakan objek. Justru kau yang jadi objek penderita majikan mu. Aku masih coba cari funding, kontrakan rumah ini juga tinggal 3 minggu lagi¡± Lae Marbun coba serius. Keningnya berkerut menggusur letak kaca mata pantat botolnya.
¡°Kapan bisa kau buat mereka bermusik yang lebih beradab. Tutup botol hanyalah sampah. Itu pula yang dipungut buat krecekan¡±
¡°Manalah aku punya uang buat itu. Cukup aku ajarkan mereka lagu-lagu yang lebih variatif. Daan tingkah mereka juga lebih sopan, lebih baik dari begundal-begundal pemeras itu¡± kata lae Marbun.
Lae Marbun pernah cerita dulu, kalau anak-anak pengamen itu sering menjadi korban pemerasan. Dasar orang Batak, ia sempat beberapa kali terlibat perkelahian dengan bajingan-bajingan itu. Sepertinya tato yang menjadi hiasan tubuh mereka tak menggetarkannya. Untungnya aku dan beberapa teman yang mangkal di depan Hero melihat kejadian itu, kalau tidak aku berbicara dengan hantunya.
¡°Kebahagian mereka itulah mimpiku. Ingat yang dikatakan Einstein, ilmu eksaknya sering kau pakai. Dia bilang, jangan pernah berharap menjadi orang sukses, jadilah orang yang berharga bagi orang lain. Siapa yang masih mau memelihara mereka, pemerintah sibuk mencetak uang kertasnya ¡°
Sepertinya obrolan mereka bagai orang yang bertengkar. Kasar dan kuat. Seharusnya dua orang batak berkumpul itu bermain catur. Kalau satu jadi pengacara. Kalau tiga main kartu. Kalau empat ya berantam kalau lima, mungkin revolusi. Hahaha¡¦¡¦¡¦
*******************
Kali ini Sanggam masih menanti mereka. Angkutan K02 nya ngetem seperti biasa di depan Hero. Angin malam menyengat tulang. Dadanya yang kurus makin menunjukan ruas-ruasnya, rokok masih dibibir yang hitam. Mungkin mereka telah pulang, setelah kelelahan bernyanyi atau krecekannya sudah lelah.
Sanggam teringat percakapan kemarin di dalam perjalanan,
¡°Otong tadi kemana? Emak cari kok nggak mangkal di stadion?¡± tanya wanita tua sambil mendudukkan anaknya yang balita di pangkuan.
¡°Otong ke rumah Ujang. Ia ulang tahun, ibunya beri kami singkong rebus. Aku mau bawa pulang untuk emak, tapi malu¡± jawab Otong sambil menyeka ingusnya yang berlomba turun naik. Kuning cair agak kehijauan, ada yang mengering disudut hidungnya.
¡°Enak ya Tong, mana lebih enak dari punya emak?¡±
¡°Enakkan dia dong mak. Emak sih, nggak pernah beri garam. Hhukk¡¦hhukuukk¡¦.¡± Batuknya sedikit mengganggu.
¡°Mana krecekan mu. Itukan bukan milikmu? Hilang ya? Entar nggak ada yang mau beri kita recehan kalau nggak ada musiknya¡±, ibunya menyeka ingus si Otong dengan ujung kain gendongan
¡°Ketinggalan di rumah Ujang. Ini aku pinjam punya si Udin, dia lagi sakit. Emak tadi mangkal dimana? Adik nggak rewelkan?¡± tanya Otong sambil mengeka sisa ingusnya dengan tangan. Tanganya menutup mulut, ketika ia menguap.
¡°Diperempatan masuk Tol Bekasi Barat. Tapi nggak banyak yang melemparkan recehan. Sepertinya mereka lebih tertarik membeli koran, berita demo dan pembunuhan lebih menghibur apalagi gambar wanita berdada bengkak¡± gerutu ibunya, membayangkan si Asep panen dagangan koran murahannya.
Otong menggoda adiknya yang semakin hitam terbakar matahari, mukanya cukup memelaskan orang. Sunguh susah mencari muka-muka yang memelas seperti mereka. Salon kecantikan manapun tak kan mampu. Semakin memelas semakin baik, cukup mendatangkan hujan recehan. Apa lagi kalau si adik mampu menangis keras.
Pernah si Otong bermimpi, kota ini dijatuhi hujan recehan. Anak-anak jalanan bernyanyi pada malam dan bulan. Bulan tersenyum, langit hitam terbakar.
¡°Oh bulan, oh bulan, alangkah indahmu, sinar putihmu dilangit yang hitam. Pelukismu agung siapa gerangan. Oh bulan oh bulan beri kami recehan.¡± Nyanyian keluar dari mulut-mulut kecil menganga menengadah.
Dan bulan pun beri hujan recehan. Bekasi banjir recehan. Jakarta juga banjir recehan. Yang tinggal dirumah gedongan pada sembunyi takut pada recehan. Mereka takut tetanusan atau benjol karenanya. Hanya anak-anak jalanan yang lari ke luar. Suara nyanyi mereka semakin kuat. Mereka tak takut, karena mereka sudah biasa melihat recehan dilempar.

Sanggam masih menunggu. Sanggam merasa mereka tak kan tampak malam ini. Angkotnya sudah terisi penuh, penumpangnya menggerutu melihatnya melamun. Sepertinya mata mereka telah lelah, otak mereka telah dipecut seharian. Tak ada lagi keringat mereka, karena sudah habis menjadi minuman malam para majikan. Hanya sesekali terdengar seseorang yang membalas teleponnya, ¡°Aku dalam perjalanan. Malam ini aku milikmu Mas.¡±
Diperempatan stadion lampu merah menyala di kegelapan pukul 10 malam. Sanggam masih mencari jejak mereka, suara cempreng dan lugu. Ada rasa kagen pada sebuah keajaiban dari mereka yang bertahan hidup. Ibuku bilang kepergianku ke Jakarta hanya untuk bertahan hidup bukan untuk hidup. Jakarta bukan untuk kita, itu milik robot-robot.
Disudut tikungan yang berbelok ke kanan dekat semak-semak stasion kereta api, setelah lampu menyala hijau kudapati tiga mahluk bergumul. Bukan sundal yang melaksanakan tugas, atau waria yang tidak tahan lagi untuk berahi. Dua mahluk menindih dan memijak perut yang terbujur ditanah. Pisau belati menyala tajam dari pantulan sinar mobil.
Sanggam menghentikan angkutannya, berlari keluar dan menghardik mereka.
¡°Bangsat! Mau kau apakan dia!¡±
Mereka terkejut dan berlari jauh, secepatnya. Langkah Sanggam tak bisa lampaui mereka, menghilang dibelakang gerbong-gerbong gandengan kereta api yang terparkir. Dan dia teringat dengan yang terbujur di tanah
Tak satupun penumpang turun, hanya menatap dari jendela. Sanggam mendapatinya meronta, kakinya menendang, perutnya berdarah, nafasnya satu-satu. Tersenggal dan darah mengalir dari mulutnya. Diperut yang koyak darah terpompa, mengalir bebas. Tak ada tangis, hanya nafas yang bergetar. Tak ada suara memohon, sebab sakit tak tertahankan lagi. Tak ada tatapan sebab perih tak mampu terlihat lagi. Tak ada nyanyi dan tawa sebab nyawa tak jadi miliknya lagi. Tak ada lagi permintaan recehan, sebab di surga Tuhan punya banyak uang recehan.
Aku hanya bisa membayangkan bungkusan yang aku persiapkan tadi. Seplastik kecil uang recehan, obat batuk pilek murahan, nasi goreng dan sedikit garam. Buat Otong dan ibunya.

26 Juli 2002

sungguh kata-kata disini semakin sesak
terus terang
aku bosan
dengan kata
muak !!!
membaca semua kata disini suatu ketika rasanya sama saja
apa yang sudah tertulis disini semuanya seandainya dibandingkan
dengan tulisan-tulisan orang yang sudah bernama yang juga di tulis disini
goenawan moehammad, rendra, bahkan pablo neruda bahkan kahlil gibran
suatu ketika semua kata tak ada bedanya ....hanya sekedar kata
aahhhhh aku jengah ... mataku ditipu kata-kata .... gila !
From: venny hadijah
Date: Thu Jul 25, 2002 9:25 pm
Subject: on?off #6 edisi spesial : antologi puisi (sebuah tawaran)

kawan-kawan yang baik......

on/off edisi 6 berencana untuk mengeluarkan edisi
khusus edisi puisi. kami akan memuat 100 puisi dari 50
penyair (masing-masing 2 puisi).

antologi ini akan memakan dana 5 juta rupiah (112 hlm,
cover: full color, kertas halaman: hvs 70 gr, dicetak
1000 eks), dan kami akan menjualnya Rp. 4.900,00
(empatribu sembilanratus rupiah)per buku. jadi pembeli
hanya benar-benar akan mengganti kurang dari ongkos
produksi. karena keterbatasan hal tersebut, maka
kontraprestasi bagi setiap penyair adalah 5 buku
antologi puisi tersebut.

judul buku antologi: dian sastro for president!

bagi anda para penyair dan yang bukan penyair, jika
tertarik untuk ikut antologi ini, silakan mengirim 2
atau lebih karya anda dilengkapi biodata dan alamat
lengkap (untuk pengiriman buku). kami menunggu paling
lambat 31 juli 2002.

catatan khusus: puisi yang dimuat tidak diedit, tapi
judul cover tidak bisa diperdebatkan lagi! karya yang
tidak dimuat tidak kami kembalikan (bahkan dalam
bentuk reply) tapi kami jamin agar tidak
disalahgunakan.

silakan kirim puisi anda dan tanyakan hal-hal yang
tidak jelas di: on_off_ya@yahoo.com

salam

pea

ps: bagi para pembuat komik, bersiaplah.......

25 Juli 2002

kupikir waktu semakin hilang di genggamanku
lalu mengapa kau tangisi aku dari belakang
hanya karena aku akan memilih jalan ke depan?
waks baru, heheheh ikutan ah

lelaki jalang, kenapa telanjang, liar dan sendiri?
sekali lagi kita tegaskan bahwa
KAMI HANYALAH GILA AKAN KATA-KATA

*desain baru*
saat ini aku tak bisa berbicara
hanya berbisik, tapi itu jelas
aku takut berkata-kata

ya, Nabi mengapa kau sesatkan aku dalam kata
seruan di padang gurun mu gila 'kan aku
jangan penjarakan aku dalam jerat kata
nalar dan kebenaran terbunuh dalam kata

puisi-puisiku beku kini
dalam kebosanan jauh dari tatapmu
kau ajarkan aku meminta pada senja
tapi hening yang merambat
simpan semua pundi-pundi ucapku
pada baris pusiku, aku telah lama menipu
sejak sang nabi berkata :
"ketuklah maka pintu akan dibuka 'kan bagimu"
maafkan bila aku menyakitimu, semua karena kata-kata



Cintailah Cinta
by dewa
Tuhan anugerahi sebuah cinta
kepada manusia untuk dapat saling menyayangi

bila kebencian meracunimu
takkan ada jalan keluar damai hanya jadi impian

kita takkan bisa berlari
dari kenyataan bahwa kita manusia
tempatnya salah dan lupa

jika masih ada cinta dihatimu
maka maafkanlah segala kesalahan
cintailah cinta

bila kamu bisa tuk memaafkan
atas kesalahan manusia yg mungkin tak bisa dimaafkan

tentu Tuhan pun akan memaafkan
atas dosa yg pernah tercipta yg mungkin tak bisa diampuni
buat yang menyendiri, .....medio 14
aku petik sebuah puisi.....


Dan Duka pun Mengalir seperti Air
Oleh Ahmad Yulden erwin

Kesaksian bagi Muhtar Ali

1
Di alam terbuka: kita bicara tentang cinta.
Di alam terbuka: kita bicara tentang duka.
"Cinta hanya membuat kita terlibat dalam prasangka, dalam mimpi-mimpi atau kenangan yang mungkin sudah kelewat percuma," ujarmu sambil menundukkan kepala. Ya, kini kulihat kau seperti telah kehilangan kendali, seperti telah kehilangan diri. Hanya garis kecewa yang tersisa pada guratan dahimu, tetapi kau selalu saja gigih mencoba mengalahkan rindu, meski kau selalu saja terjerat oleh perasaan cinta, meski akhirnya cuma duka yang kau terima.
Ada hampa yang menjerat bola matamu.
Ada benci yang mengikat garis senyummu.
Ah, tiba-tiba aku membayangkan: ada sungai yang mengaliri hatimu, ada sungai yang mengaliri dukamu.
2
Dan duka pun mengalir seperti air. Kau berkata: "Mungkin kita harus selalu tertawa, meski hidup cuma permainan yang getir." Kulihat wajahmu menyimpan kebimbangan yang enggan kauucapkan. Kedua bola matamu yang hampa, bersinar gelisah memburu cinta.
Betapa cemas kini kaurasakan perjalanan waktu. Betapa kuasa tangan-tangan sunyi menyekap ruang hatimu. Betapa banyak langkah yang kaupertaruhkan demi menuntaskan dahaga pencarianmu.
Astaga! Kini kulihat kau tak lagi berpijak di bumi. Kini kau telah menjelma kupu-kupu yang hinggap dari bunga ke bunga, namun kau pun merasa makin asing dengan dirimu sendiri: ya, cinta telah membuatmu jadi hampa.
3
"Bila kausakiti hati orang yang kaucintai, maka pedihnya akan menggores hatimu sendiri."
4
Dan duka pun mengalir seperti air. Kini kau jadi seorang lelaki yang berjalan sendirian di bawah gerimis hujan. Betapa pun pedih duka kaurasakan, kau tetap bertahan. Hitam rambutmu basah tergerai di dahi, kini tiada kauhiraukan.
"Kekasih, mengapa cinta, mengapa penuh dengan kebencian?" lirihmu, sambil memandang butiran hujan dan awan hitam yang bergerak perlahan. Namun kini matamu tak lagi basah oleh airmata, maka tak ada lagi duka merayapi sepanjang garis senyummu yang sederhana, maka kebencian berlalu bersama angin yang berhembus perlahan sehabis hujan. Mungkin kini kau berharap cinta sejatilah yang akan menuntunmu menjadi manusia, menghapus cemas pada sukma, membasuh debu-debu hatimu dengan cahaya.
Namun, siapakah kekasih yang selalu kautunggu itu
cakar tembok hari-hari yang marah
sekedar cari teman berdarah
mengejek sepercik bulan
sekedar cari teman tak berteman
merapal tidur tuk mimpi
harap temu serpih cinta tumpukan imaji

karena nyata sulit mengerti
diri dalam waktu menjeruji

sudahlah ...
jalanku berselimut kabut
aku tahu engkau takut
apiku dalam tanah gambut
tak guna air permukaan walau selaut

terima kasih untuk sebentuk cinta
walau buta mata meradang nyata
kembali ..... kulari pada kata
tempat ada dan tidak ada berada

24 Juli 2002

jangan tertawakan aku,
karena aku sudah lelah ditertawakan
dan aku sudah bosan menertawai diriku sendiri

jangan tangisi aku karena air mata sudah kering mengalir, dan aku muak menangis.
saat ini aku hanya ingin menyendiri, aku ingin egois, aku ingin melupakan segalanya....

huauhauauha...
maafkan aku karena aku kembali tertawa...
-------------***------------------

untukmu ku tuliskan sebuah pesan ...
semoga kamu masih mengerti bahwa seorang sahabat akan tertawa gembira jika kau bahagia
seorang sahabat akan menangis jika kau sedih...

kembalilah sahabat...
apakah disana kau temukan keinginanmu...
atau disini tidak lagi berarti apa-apa...

apakah engkau ingin menangkap burung?
sementara sayapnya ada ditanganmu?

ataukah engkau ingin mencari sesuatu
sementara apa yang ada dihadapanmu
engkau lupakan

sahabat...
lihatlah mereka... pandanglah wajah mereka satu persatu...
tidakkah kau lihat, mata mereka bagaikan air telaga yang hampir meluap
tidakkah kau lihat raut mereka menyiratkan teriakan
tidakkah kau lihat lidah mereka kelu
bibir mereka bergetar...

sahabat.. jangan palingkan wajahmu.. karena mereka tidak pernah berpaling darimu
pandanglah mereka
mereka menginginkanmu...

lihatlah mereka berdiri kaku...
saling berpegangan, saling menopang
tak kuasa melambaikan tangan...
dengarkan isak mereka...
lihatlah air mata sudah mengalir
dengarkan dengus nafas mereka yang putus-putus

sahabat... mereka masih ada untukmu
seberapa berat yang kau pikul
bagilah dengan mereka.. agar pikulanmu menjadi ringan
dan semua akan selesai

c'mon.. gruw up
tariklah nafasmu sedalam-dalamnya
rasakan hawa kedamaian merasuki tubuhmu
hembuskan nafasmu kuat-kuat
rasakan bebanmu terbang bersama bau busuk nafas

(hari ini aku mencambukmu kuat)

23 Juli 2002

William Butler Yeats (1865-1939)
When You Are Old

WHEN you are old and gray and full of sleep,
And nodding by the fire, take down this book,
And slowly read, and dream of the soft look
Your eyes had once, and of their shadows deep;

How many loved your moments of glad grace,
And loved your beauty with love false or true,
But one man loved the pilgrim soul in you,
And loved the sorrows of your changing face;

And bending down beside the glowing bars,
Murmur, a little sadly, how Love fled
And paced upon the mountains overhead
And hid his face among a crowd of stars.

22 Juli 2002

tuhan, kaukah itu penguasa kematian ?
lelaki jalang kenapa telanjang, liar dan sendiri? adakah hawa meninggalkanmu sedemikian rupa, lupa pada dirimu yang polos tak bernama, cuma sisa-sisa seorang adam. lelaki jalang kenapa telanjang di depanku, sedikit garang dengan mata menantang. bukan, aku bukan hawa yang mengambilkanmu buah kurdi atau yang keluar dari rusuk kirimu. aku hanya seorang perempuan yang mengajarkanmu bercinta di atas kasur ranjang. aku tidak mengambilkanmu buah kurdi, aku hanya memintamu menyentuh kedua buah dadaku. juga aku keluar dari rahim ibuku setelah delapan setengah bulan mendekam, bukan dari rusuk kiri seorang adam.

lelaki jalang kenapa kau masih telanjang, duduk termenung di atas jendela kayu itu. menatap entah, menatap mataku terkadang, menatap dengan jalang. lalu tatapanmu pindah kembali mengamati alang-alang rerumputan di sebelah utara jendela.
IN YOUR HEART WHERE I SHOULD BE

I know it’s time, it’s time to get away
Make it over all the way
Stop the dream I have repay
And forever live in pain


I wonder where it goes, after sometime I let go
All the hopes I couldn’t told
Ain’t no silent turn to gold


You cut deep to my skin, even wound my heart but still
I see the beauty of the scar
Like a painting of the sky when the sun began to shine


I know your hurting me, is that the way you’re loving me?
Is that the way that I must feel?
I keep on asking


But I, I know now what you feel
I know that it’s not real
All this time, it’s just a scheme, just a fantasy


And I, I wish that I was wrong
I wish that you were here
Holding me when I’m in need
In your heart where I should be


I know you’re gone, you tried to get away
And I alone who have to pay
All the things you left behind
There’s no exit I can find


I start to heal the pain, and forever it remains
And I start to miss the pain
And I miss you


Sri Lanka, 21 July 2002

20 Juli 2002

Have you ever notice a dancing pen?
How it starts to dance from one point to another
Creating lines that tells stories, songs or even..reveals the unspoken
But somehow.. a question starts to rings in our head...
Is that the dance that we wanted to see?
Is that the line that we wanted to shows?
Is that the story of what our hearts trying to say?
Or is that a scheme to manipulate others mind?
The dance of lies beneath truth

19 Juli 2002

aku inginkan dirimu
untuk saat ini
dirimu yang jauh

hai wanita (judul dekil.red)
akankah dirimu menginginkan aku?

dika.. sorry judulmu aku kutip

18 Juli 2002

wanita

jujur ku katakan kalau wanita yang paling radikal

mengatakan mungkin pada tidak
mengatakan tidak mungkin pada mungkin

ya untuk iya
tidak untuk tidak

kau berkata "aku pertimbangkan dulu"
....? oh puan....

15 Juli 2002

Tuhan itu pecemburu

Bumi berputar, angin kosong melompong. Suatu titik putih menarikku
melalui
lorong panjang trans ke nisbian. Seperti sebuah sel sperma yang
melahirkan
jutaan sel-sel tubuh. Dan tubuh polos lahir di alam yang baru. Tapi aku
bukan sebagai bayi. Menjadi mahluk yang bersinar di keindahan alam yang
menyejukan mata kalbuku.

"Selamat datang anakku, di firdaus". Suara yang bergetar itu memancing
penglihatanku ke arahnya berdiri. Disampingku.
"Mari menuju surga dan neraka "

Dia mengajak ku. Tidak berjalan juga tidak terbang. Hanya seakan cahaya
tubuhku, garis-garis tubuhku tertarik ke arah alam pikirannya. Di depan
surga. Bukan kolam susu ataupun lautan padang hijau. Kumpulan ruh-ruh
yang
bersinaran. Dan mereka menyapaku.

"Sahnti"
"Sadhu"
"Sancai"
"Shalom"
"Shalama"
"Salam"
"damai"
...........

"Bukankah mereka berkata-kata dalam agama berbeda?"
"Bukankah semua agama mengajarkan perdamaian? Lahir dari zaman berbeda,
kebudayaan berbeda dan ekspresi berbeda pula. Tetapi bermuara pada pesn
yang
sama. Damai"
"Tetapi yang terjadi justru kebutaan makna. Perbedaan kata menuju
kebencian
dari pemanipulasian arti. "

"Bukankah Yesus kristus mengajarkan (Matius 6:10 dalam bahasa Aramaic)
:
Te-ethe malkuthokh (Datanglah kerajaan Mu) Nehwe seb-yonokh (Jadilah
kehendak Mu)Aikano d-bashmayo of-bar'o (seperti di surga begitu pula di
bumi). Al Quran juga mengajarkan agar salam dapat tercipta di bumi,
disampaikan pada sesama mukmin dan non muslim (QS Al-Nur 24 : 27-29;
Mryam
19: 47 ; 28:55). Memanipulasi salam akan merubah suasana damai di
Jannat
'Aden (bahasa Arab) menjadi Jnana (sanskrit : pengetahuan ) Edan
(bahasa
Jawa). "

"Apakah Tuhan itu satu?"
"Bukankah Qul Huwa Allahu Ahad (Arab), Aham Eka Brahman (Sanskrit),
Yahweh
Eloheinu Ekhad (hebrew) menyatakan Tuhan itu satu? Bahasa dimana
sebagai
ekspresi Tuhan menyatakan Wahyu-Nya. Musa pernah bertanya pada Tuhan
(Exodus
6 :1) Mah shmo (Ap nama Mu?) bukan bertanya Mi shmo (siapa nama Mu?).
Pertanyaan Mah menunjukkan hakikat (makna) dari nama, bukan sekedar
menunjukkan nama tetapi mengacu pada kuasa di balik yang di-Nama-kan"

Selanjutnya ziarahku menuju ruang yang kelam. Pendaran merah meliputi
ruangan. Apa yang dikatakan neraka itu diliputi api, tergambar pada
jilatan-jilatan merah ditimbunan ruh-ruh yang terpasung. Dan kudengar
segala
teriakan :

"damai"
"peace"
"demokrasi"
"pembebasan"
"dialektika"
"hentikan kekerasan"
.......................

"Mereka juga meneriakan kerinduan akan damai"
"Tetapi mereka tak mematuhi Tuhannya"
"Bukankah mereka mengajarkan dan berbuat perdamaian, humanis. Dalam
bahasa
dan jaman berbeda. Mereka mengelukan Hegel, Karl Marx, Lenin,
Aristoteles,
Mao Zedong......Mereka menyatakan damai dalam segala musik. Mencari
perenungan pada ahli-ahli filsuf. Mencegah penindasan dalam segala
pemberontakan. Bersyair menggali damai yang terkubur di kedalam bumi.
Memeprjuangkan satunya bangsa dalam internationalite. Dan lahirnya para
militan-militan yang martir."

"Tetapi agama mereka adalah keringat. Dan kaupun tahu bahwa Tuhan itu
pecemburu"

Dan akupun tercampak di lorong yang panjang. Lahir di sebuah fajar di
bulan Juni 1901 di Blitar.

14 Juli 2002

aha ma namarsigorgor di roham
ale inang pangittubu
umbaen sai marsak ho
umbaen sai tangis ho
paboa ma tu ahu aha alana
paboa ma jolo tu ahu anakhonmon

pos roham na oloanku do sude
tung manang aha na nidok mi

"muli da inang"
nimmu tu ahu
dang na so olo ahu inang
alai didia rokkap hi
didia rokkap hi

nungga tung loja au
mangalului i
dang jumpang ahu na hot di au
so pambahenan na humurang
alai boasa ingkon sirang

molo tung sapata ma sala
mamabaen bogas hi gabe tarsirang
sapata ni ise on ompung
o mula jadi na bolon

paboa ma tu ahu
didia rokkap hi

(translete : tanya dekil or kelikh)
hu jalo surat mi ito
na ro tu ahu
tarsonggot do ahu manjaha isi ni
di dokhon ho lupahononmu sude angka janji nang dohot janjimi da ito

manetek ilu do
sian simalolong hi ito
marningot sude da janji i ito
didokhon ho lupahononmu angka janji na tu au

perrohahon ma i
bunga hi
baen ma i dilambung mi
bunga na bontar na hulehon i tu ho
ai anggo au indang na ro tu pestami
horas ma ho
horas nang ahu

(translete : tanya kelikh)
ini bukan yang pertama, ku menulis untukmu
kupastikan juga bukan yang terakhir
aku tau cinta ada
pernah ada....
tak mengapa kalaupun kau tak percaya
kepercayaan kita juga berbeda
tapi satu yang sama
kita pernah saling merenda kata

akupun tak tahu
sampai kapan dapat bertahan....
kalaupun tidak sejalan....sudah pasti ini jalan Tuhan!

....dan kita sama-sama pendosa

13 Juli 2002

hanya kata?
roh almarhum bapak merindukanmu
kemarin beliau mampir ke kamarmu
seperti biasa ia berdiri di luar jendela
dengan baju pocong kain kafan
ia sedih melihatmu tak ada di rumah
kamu kemana ?

12 Juli 2002

Ajarkan ia berjalan, karena berjalan adalah kehidupan.....

Berjalan diatas kedua kaki adalah kehidupan. Seperti akar-akar pohon atau tumbuhan belukar yang berlari menghujam kedalaman bumi. Mencari mata air kehidupan, nikmati bulir-bulirnya. Kaki dan akar takkan pernah lelah selama hidup masih dapat dinikmati, dan awan masih menjanjikan mimpi-mimpi.

Kehidupanku terhenti pada mata kakiku - mata langkahku - yang menyentuh sebuah kematian. Kematian yang berabad-abad dari hirupan waktu yang tiada pernah maju atau mundur. Sebuah jiwa yang terhenti, berjalan di satu titik.

Kutemukan gadis itu diperhentiannya. Apakah seorang penglana di kerimbunan nafas pucuk-pucuk klorofil? Tak ada nafas kehidupan, yang ada hanya senyum dan pengharapan. Jiwanya meretak dan sepertinya akan terburai.

Pohon-pohon memberikan pucuk-pucuknya. Semak-semak memberikan akarnya. Sungai-sungai menyerahkan dirinya. "Berikan ia jiwa-jiwa kami. Agar ia dapat berjalan dan berjalan."
Aliran pekat meracuni sel-sel kering, keroposkan gumpalan pekat dari jiwa yang tertahan. Perlahan dan perlahan memerahkan lapisan sendimen kerak balutan kefanaan. Detak dan degup tak terkunci lagi, pecahkan kesunyian rongga-rongga relung dan kanal-kanal, menghantarkan harapan dan impian ke setiap jengkalan tubuh dan dirinya. Dan kakinya bergerak.

Aku telah menyelamatkan satu jiwa lagi. Dan alam mau menerima kenyataan akan hidupnya. Karena angkasa adalah dinding rahim, dan udara adalah ketuban kita. Dan mata air berkata " ajarkan ia berjalan, karena berjalan adalah kehidupan....."

Langkah-langkah pertamanya begitu susah, kakinyapun masih kaku. Hidupnya baru dimulai. Kupeluk pinggangnya, menahan tubuhnya, agar langkah tak susah. Ingin terus memeluknya, merasakan bau tubuhnya, menghangatkan dadanya. Dan rasa itu terus muncrat dari rongga yang terendap, dikutub yang sunyi. Tapi ia harus hidup dengan memberinya ajaran berjalan. Agama yang menyandarkan diri pada dua kaki.

Gadis molek itu sudah bisa berjalan, agak sedikit tertatih-tatih. Aku tak perlu lagi merangkulnya. Kuyakin ia sudah milikku, dibisikan dogma-dogma tentang mimpi-mimpi diujung perjalanan. Kuajak ia menyelami rimbanya mahluk-mahluk, rasakan dinginnya sungai, meniti bebatuan. Mengenalkan teman-teman waktu dan rodanya hidup. Menghampiri dan menyembuhkan mahluk yang luka. Mendengarkan mereka menari dan berbisik. Mengajar mereka untuk bisa bertahan dan mempertahankan hidup. Rimba ini dunia dan mimpi kita, dimana kaki tidak boleh berhenti berjalan. Walau roda matahari terus berlari-lari.

Dia tak menyebutkan namanya. Karena dia tidak bisa menyebutkan apa-apa. Hanya nafas kosong seperti teriakan pohon-pohon. Tapi aku bisa mengenalinya. Mengenali lekuk tubuhnya, batas-batas hangat jaringan-jaringan otot, tak kulupakan ketinggian topografi setiap datarannya. Titik-titik indah gambaran manis kulit yang merekah. Wangi tubuhnya berbaur dikeheningan malam dengan sentuhan melodi indah serangga malam. Rintihnya menghiasi tarian percikan bara api unggun ditepi bisikanmu "jangan tinggalkan aku..."

Bukan hanya berjalan aku ajarkan, melompat dan menari aku perkenalkan. Karena hidup perlu perubahan, semuanya untuk dapat bertahan. Setiap gerakannya membuatku kagum. Alampun memuji, tiada mahluk rimba yang berpaling ke arah lain. Dan aku tak perlu sombong atas hasil itu. Karena terkadang ia pun mengajarkanku menghargai hidup. Kami merayakannya di setiap waktu, berdua merintis dan menyimpulkan detik-detik yang terus bergelantungan. Dan lagi-lagi kau berbisik "jangan pernah tinggalkan ku..."

Kali ini kau memintaku ajarkan berlari. Sesuatu yang kutakutkan. Kutakut kau lari dikeheningan malam. Tapi rengekanmu membujukku dan kau mengancam akan membiarkanku dikedinginan. Dan matahari sangat cemburu melihat lincah larimu.

Pagi ini tak kurasakan hadirmu disisiku. Setelah semalam kita bermandi rembulan ketika aku merasuki tubuhmu. Sisa lelah menggetarkan sendi-sendi lututku. Sejauh ku berjalan dan berlari tak kujumpai kau. Semua mahluk rimba tak menjawab. Hanya empat mahluk besar itu yang menghampiri dan sepertinya ku kenal; menyapaku dan mengajakku sambil memegang kedua tanganku. Dan disana kulihat gadisku. Dipelukkan lelaki kecil manja. Aku berteriak dan memanggil gadisku (apakah gadisku berlari atau dia yang mencuri). Seekor petugas mementungku dan melemparkanku ke dalam ambulan. Dan petugas memohon maaf pada ayah anak itu, karena menakutinya. Menuju rumah sakit jiwa meninggalkan "jiwa" ku di kebun binatang itu.

diperantauanku, 10 Juli '02

(buat kekasih purbaku "selamat lulus meja hijau ! ". Terimakasih memberi ijin meninggalkanmu. Aku rindu kamu)
untuk sementara ini....otakku hanyalah seperti otak BABI!!!!!!!!
sial!!! sampai hari ini emosiku tidak bisa aku kendalikan....!!!
hari ini aku tidak tahu mau berbuat apa....
semuanya bagaikan hal yang sulit untuk dilakukan. bahkan untuk berpikir aku sulit. otakku hanyalah gumpalan cairan putih yang tidak berarti apa-apa.

... mungkin air danau bisa menyejukkan sedikit emosiku...

11 Juli 2002

SSSTTT.... TUHAN, AKU MENCINTAIMU !
*diucapkan seperti ucapan remaja mengungkapkan cinta pada lawan jenisnya, dengan malu-malu dan tersipu*
Ruku' Perhentian
*sebuah percobaan menulis sajak*

tuhan kini aku ingin jadi arang
hangus gelap dan terkapar
setelah diriku terbakar
oleh semua panas karsa membara
hingga semua cairan terserap keluar
pekat lebih pekat dari keringat
dan kemudian tubuh kering
kehilangan semua yang cair
jaringan tubuh pekat mengerat
jiwa menjadi terikat

semua begitu cepat
apa yang keluar dan bertindak
dalam diri begitu tergesa-gesa
apa yang karsa apa yang cair
dan bentur-membentur
semua yang ada dijiwa
terbanting terpelanting

kenapa harus lari
sedang aku tak mungkin bisa berlari
semua tangan dan kaki terjerat
kenapa harus menghilang
sedang jiwa tak bisa lagi
tenggelam dan melayang

yang ada hanyalah TUHAN
dan sekali lagi aku ingin menjadi arang
yang hangus terbakar dan terkapar

dengan air MU dengan cahya MU
lantas aku kembali menjadi batu
dan bisa saja terbakar menjadi abu
dulu, aku pernah mengatakan : cinta itu abadi
tidak perduli masih ingat atau tidak terasa lagi
dulu, pernah ku hirup cinta
kutahan beberapa ketika
hingga mengap mengap
bengap
untuk kemudian kulepas pada semesta
seketika dia masih berputar putar saja
sampai melirih mengata :
"aku pergi ke yang tak berudara"
"mungkin ke venus sana"

hari ini, dia mengunjungiku
masih dengan laksa pesona
"selamat datang cinta"
pada hati yang tak lagi dulu.

10 Juli 2002

DI MUKA ISTANA
:TS

Saat harap tak jadi terbeli
Dan jalan pulang melenggang pergi
Maka tak ada lagi kendara
Hanya dirimu
Lalu cinta pun menjadi cerca
Maaf.


'lam kenal buat siapa saja yang gila kata2
buat Astrid: selamat berjuang adek kecil !!!

09 Juli 2002

Aku tak percaya Jesus dan Muhammad

Bukan lagi sepertinya, tapi sungguh amat sungguh santapan pagiku terganggu, oleh bau daging-daging busuk terpanggang, suara jeritan, padi tak menguning lagi, baju baru, nafas satu satu, ada apa dengan golkar, air mengalir, jenggot belum dicukur, desahan bilik kamar, ibu dan telapak kaki, kerikil tajam, wanita dengan gigi marmut,
peluh mengalir, orasi busuk, pelangi di sore hari, torehan pena di kertas, terduduk bisu, salam dari kampung, ratu adil mengandung, coca cola naik lagi, tukang ojek kedinginan, buaya rindu bangkai, warna di sudut kota, demonstarasi anak SD, batu berserakan, susunan buku, petir menyambar, pedang terhunus, kubah mesjid terbakar, kursi goyang, bayi merangkak, titi bambu, sampah menggunung, ombak mencium pantai, tentara merayap, wanita diperkosa di susutnya pagi, rosario terpijak di tanah,
jinak mengelus kaki, kondom rasa alpokat, asap rokok menak djinggo, migren, salib patah, HMI ganti majikan, semut di bokong, usus terburai, siram-siram, bunga dipetik, IQ, laskar berjenggot, telanjang lugu, manja dipelukan, sayap mungil di pelangi, mayat yang terpotong-potong, mata yang lentik, semesta sendiri, kerakusan anjing malam, rekonsiliasi, sepatu berderap, ember bocor, utang di tetangga, dasar laut, air menetes, bersahaja, sinetron baru, wangi terasi bakar, tumpukan batu berserak, RMS,
Megawati Taufik Kiemasputri, spanduk terbentang, kasak kusuk, atas nama rakyat, kunjungan ke penjara, sabuk pengaman, berteriak "sebentar......!"

Leher ku tegang, mataku muak, hidungku mau patah. Piring ditemani nasi dan segelas air putih. Mutih atau lagi kere (ya) ?
Yang jelas perutku sudah kenyang, dijejali berita-berita di koran dan tontonan TV. Lengkap sudah cerita kelam baluri dunia.
Dijaman Spiderman bisa terbang dan nenek lampir hidup kembali, mereka masih percaya pada Jesus dan Muhammad.
Dan apa yang mereka ketahui, agama telah merasuki.
Football is my religion.

Atas nama agama mereka berperang. Sangkur telanjang. Darah cawan anyir. Sebelum mengering, gumpalan otak menggelinding jatuh.
Halal hukumnya teriak mereka. Genderang perang bertalu dari tulang tulang putih. Mesjid dan gereja hangus. Dari corong-corongnya kumandang magis berkata :
"Tuhan harus dibela".

Shit! Sejak kapan Tuhan harus dibela. Ia sudah besar tanpa dibela. Jubahnya tetap putih tanpa dicuci. Tak layak nirwana bagi pembunuh.
Dengus mereka cemari keabadian. Suatu saat Surga pasti akan dikudeta bila mereka menjadi penghuninya.
Kaum Marxis dan anjing anjingnya tertawa. Sudah dinubuatkan nabi, agama adalah candu. Itu bukan asap cerutu. itu sudah jadi sejarah.
Agama dan organisasinya adalah manusia. Tak ubahnya partai, negara dan parlementer. Pengikut tetap jadi komoditas.
Humanis milik kaum atheis. Moralis milik manusia-manusia purba.

Asap hitam tak kan lepas dari langit. Bila dendam masih ada di manusia. Sudah saatnya tingkap langit terbuka dan Tuhan datang sebagai manusia.
Untuk hentikan perang. Hentikan dendam. Jika ia datang sebagai mimpi dan wahyu, akan ada manipulasi. Dan belum tentu semua menerima, di ketidak percayaan hal yang biasa.
Tetapi bila Ia datang sebagai manusia, akan menjadi siapa?
Yusuf Kalla atau Megawati?
Atau menjadi aku saja.
Karena aku tak pernah percaya Jesus dan Muhammad. Mereka hanya pesuruh MU.
Aku hanya percaya Engkau, ya Tuhanku. Dengan kuasa Mu, aku kan dapat hentikan perang, bersihkan dendam, sembuhkan yang sakit, hidupkan yang mati, bangunkan.....

......Amien! Amien! Amien!
Doa penutup menyentakkanku. Kebaktian telah meninabobokanku. Maafkan aku ya Tuhan, Allah Bapaku!

(apa kabar mu Wailan Karengkom - Veldi Umbas? masih percaya Tuhan?)
forgive me for the things that I never said
forgive me for not knowing the right words to say....to prove
forgive me for not giving you enough
but I'm not sorry for my love......

I repeat yaaa....
I'm not sorry for my love

taken from celine dion new album "a new day has come"

08 Juli 2002

I feel like losing something (or is it someone?).....
but hey... it's not mine. that something is not mine..
But why do I feel that way?
maybe just a healing wound... almost cured, and suddenly... I miss the pain...
Forget about the past
you can't change it.
Forget about the future
you can't predict it.
Forget about the present
I didn't get you one.

Ting....met ulang taon yach!!!

06 Juli 2002

aku tidak tahu bagaimana menjelaskan apa yang ada dalam hatiku
karena kata-kata hanyalah kata-kata
manusia bisa mencipta seribu satu kata-kata yang terangkai indah
tapi apa ada yang bisa mewakili seribu satu suasana di hati?
adakah kata-kata yang lebih indah dari perasaan itu sendiri?

terima kasih sapanya malam ini
aku ada janji bertemu kekasihku
sore ini......4 bulan yang lalu


I.

Lelaki itu duduk-berdiri sendiri di kamarnya, mondar-mandir putar-putar jatuh bangun sendiri. Di sekitarnya terserak kertas-kertas berisi tulisan, gambar-gambar. Di hadapannya sebuah laptop Toshiba keluaran setahun lalu yang sebuah tuts hurufnya lepas (dan sebuah lainnya hampir lepas). Kamar sunyi yang cuma terdengar di dalamnya dengung lampu neon dan tuts-tuts keyboard yang disiksa dan didera untuk melahirkan kata-kata.

Di ruang tengah rumah itu sebuah televisi berwarna 15 inci terlihat sibuk sendiri, suaranya terdengar cuma mendesis-desis saking rendahnya volume pesawat televisi itu. Padahal acara televisinya cukup menarik, film action. Judulnya kalau tak salah; The Jackal. Filmnya Bruce Willis, film action yang dibintangi Bruce Willis biasanya seru kan? Yah pokoknya begitulah, anggap saja demikian. Intinya, film yang seru pun tak bisa mengganggu konsentrasi si lelaki tadi ..caelah.

Di benaknya berputar-putar beberapa pertanyaan dan ide. Apa kira-kira yang bisa ia berikan kepada seorang wanita yang terlanjur ia sayangi itu di hari ulang tahunnya? Apa yang perempuan itu butuhkan? Keningnya berkerut-kerut, matanya naik turun memandangi sesuatu di dalam monitor. Sesekali ia buka kacamatanya untuk mencubit pangkal hidungnya, pokoknya kelihatan stress sekali deh, walaupun memang, sesekali terlihat ia tersenyum, nyengir, garuk-garuk kepala . Khas monyet kurang kerjaan, padahal tentu saja dia bukan monyet (lelaki itu tidak terlalu tampan memang, tapi yah, memadai lah). Jadi apa pasal? (lho kok jadi kayak roman pujangga baru?).

Hm...ia lalu mengetuk-ngetuk dagunya dengan jari telunjuknya. Apa ya kira-kira? Alat tulis? Kok kayak anak es-de ya? Al-Quran dan peralatan shalat? Memangnya mas kawin? Asbak? Perempuan itu kan tidak merokok. Lalu apa? Handphone? Boro-boro, duitnya dari mana? Matanya berkeliling. Lihat kanan,lihat kiri. Lalu tiba-tiba dia menjentikkan jarinya, dan seperti kata Archimedes; "EUREKA!"

Ketak-ketik-ketak-ketik, dan di layar monitor terlihat sebentuk kata-kata:


Kamu dimana sih? Aku rindu nih. Kangen. Nelangsa. Dari pagi sampe malam cuma kamu yang mondar mandir di otakku, memangnya kepalaku ini zebra cross buat mondar mandir? Ya ya, aku tahu, dibanding meracau begini bukankah sebaiknya aku mengerjakan segala macam deadline yang mengejar-ngejar? Tapi terus terang kalau aku tak meracau bisa-bisa otakku meradang, jadi bisul (kebayang kan gimana rasanya otak bisulan? hii). Lagipula kalau ngga dikeluarkan racauannya aku malah ngga bisa bikin apa-apa.

Kapan sih kamu pulang? Ini lidahku ngga bisa diajak kompromi, makan nasi goreng rasanya pecel, makan burger rasa pecel, pizza, sayur asem, semua rasanya pecel. Iya pecel, makanan yang waktu itu kamu bawakan untukku itu, ingat kan? Duh kok malah jadi pingin makan pecel beneran ya?

Makasih ya telpon-telponmu. Dan makasih juga kamu mau melayani telpon-telponku yang ngalor ngidul ngga karuan itu. Tapi semua telpon-telpon itu ngga akan bisa ngalahin ketemu kamu secara langsung, dan melihat matamu langsung. Matamu. Aku kangen matamu nih. Matamu yang kalau bersinar kalau sedang cerita itu lho. Aku juga kangen gerakan-gerakan aneh yang menyertai kisah-kisahmu itu. Nanti kalau kamu pulang, jangan lupa ceritakan semua yang kamu lakukan ya, sedetil-detilnya, pokoknya aku mau tahu semua.

Apa kabar bapak ibumu? Pasti senang ya ketemu, tapi kamu kok malah ngga jadi ikut njemput tho? Ck ck ck, tapi ya sudahlah, kalau memang capek jangan dipaksa, ya kan? nanti malah sakitnya keterusan. Oya, aku sudah sembuh nih rasanya, gantian malah adikku yang sakit.. heheh, sakit kok giliran.

Sebenarnya aku pingin ngobrol banyak sama kamu tentang ngapain aja kamu hari ini, tapi tadi katamu kamu capek, ya sudah. Aku penat banget nih, pegel2 semua, mau tidurpun ngga bisa. DEADLINE, garismati, you know?! Harus know! Katanya TBI? Gimana seh?

Oya, met ulang tahun ya, makanya, cepetan pulang, aku ada sesuatu buat kamu. Mau nggak? Mau kan? Pasti mau! makanya, cepetan pulang , hehe.


PS. Aku nulis puisi nih buat kamu, dengerin ya:

Hari ini adalah hari baru
Tahun yang baru
Awal cerita-cerita baru hidupmu
Dan hari ini terlahir pula kau
Dengan warna-warna dan goresan
Yang mungkin kau anggap usang dan membosankan
Melekat disitu
Di dirimu
Di ingatanmu
Di perilakumu

Daun-daun tua luluh ke tanah
Basah terbasuh hujan jatuh
Tetapi pucuk tetap tengadah
Matahari yang diharap. Terengkuh

Kamu pucuk itu, rengkuhlah mataharimu, harapanmu. Aku senang jadi daunmu. Sekali lagi, selamat ulang tahun.




Lalu laki-laki itu cengar-cengir sendiri membaca surat yang baru dia ketik itu. Tentu saja sebenarnya ia sudah tahu di mana si wanita berada, dan apa yang sedang dilakukannya nun jauh di sana. Baru sekitar 15 menit yang lalu wanita itu meneleponnya (atau ia yang menelepon wanita itu? entahlah, toh itu tak penting). "Nah, selesai!" batinnya. "Biar dia penasaran, hehehe."

Kemudian lelaki itu membuka sebuah software, perangkat lunak, yang tampaknya bukan software untuk mengetik, ia sibuk menggambar segala macam hewan. Mungkin pekerjaan yang deadline-nya disebut-sebut dari tadi itu, dan ia larut dalam kegiatannya, sambil bersiul-siul mengikuti suara Frank Sinatra ber- Fly Me To The Moon.


Fly me to the moon, and let me play among the stars
Let me se what spring is like on Jupiter and Mars
In other words; hold my hand
In other words; darling kiss me

Fill my heart with song and let me sing forever more
You are all I long for, all I worship and adore
In other words; please be true
In other words; I love you



Sebenarnya cerita laki-laki dan perempuan ini mungkin tidak terlalu istimewa, mungkin banyak orang yang pernah mengalami kisah serupa. Tapi kisah mereka ini juga tidak biasa-biasa saja. Seorang teman sang lelaki pernah menyebut kisah mereka ini 'model gak jelas'. Mungkin karena itulah si lelaki itu mengajak perempuannya itu menulis sesuatu tentang kisah mereka, dan mungkin karena itu pula si lelaki itu kemudian menulis sebuah kisah tentang seorang lelaki yang menulis surat, di dalam kamar yang sunyi, dikelilingi serakan kertas-kertas.

05 Juli 2002

ah... aku gak tahu harus bagaimana... semuanya diluar dugaanku. Apa yang kamu harapkan dari aku? bantuan apa yang bisa aku berikan untuk kamu? sedangkan aku sendiri tidak tahu bagaimana...

"aku butuh bantuanmu... " katamu dalam tulisan terakhir. "aku hanya bisa menangis mengalami semua ini..." aku terkesima. kenapa kamu butuhkan aku... yang tidak mampu berbuat apa-apa, sedangkan aku tahu dirimu kuat, tegar bahkan terkesan sedikit angkuh. aku pernah kenal dirimu bahkan pernah ada dalam ruang pikiranku. bahkan hari-hariku kau sita, dengan segala kekuatanmu, keangkuhanmu...

dimana kekuatanmu sekarang, dimana ketegaranmu, dimana keangkuhanmu yang dulunya sering aku inginkan agar aku juga bisa kuat, bahkan aku juga ingin seangkuh dirimu.


"Sudah ada 1 bulan aku harus sering nahan tangis karena hidupku sekarang susah sekali. Aku bahkan nggak punya uang untuk beli beras, kalau ada beras aku nggak tahu gimana masaknya kr minyak tanah aku nggak bisa beli,
akhirnya aku hanya bisa berharap belas kasihan tetangga".
itu katamu... separah itukah?

ah... kehidupan memang sulit untuk dipahami, apalagi untuk dibaca... atau apakah ini yang dinamakan keadilan?

04 Juli 2002

risalah sisa

aku tak ingin apa-apa. kau dengar ini:

jam sembilan pagi. aku baru saja terbangun dari tidurku. alkohol yang masih lindap di darahku masih terasa, dan ini membuat kepalaku sedikit lebih ringan. setidaknya tak ada kamu di dalamnya. karena yang ada hanya semacam gelombang aneh tak menentu yang kadang keras kadang lunak. siapa yang tahan? strawbery-coklat-vanila-caramel-wishky-dan sedikit rhum jelas mengundang siapa saja untuk semakin menikmati setiap malam. tiga botol vodka, kuminum tanpa gelas. setiap kemabukan membuatku menyingkirkan apa saja tentangmu dari tubuhku. bahkan juga bekas kecupanmu di dadaku yang kemudian kita abadikan bersama lewat rajah bergambar mawar merah. sekilas saja mawar itu lenyap, barangkali layu, barangkali mati, atau barangkali dipetik seseorang dari dadaku.

jam sembilan pagi. matahari masih belum muncul di kamarku. jendela masih rapat dan pintu masih terkunci. tak secuil pun lubang udara yang sanggup membersihkan aroma alkohol di kamar ini. hanya kertas yang berserakan: sebuah sketsa serupa goresan tak berbentuk. barangkali aku yang membuatnya semalam, ketika mabuk melanda dan perlahan kulupakan kamu. karena tidak ada sedikit pun di atas kertas-kertas itu yang berhubungan dengan kamu.

ah, tadi malam lupa kulihat bintang.

tapi sempat kutonton televisi yang semakin berisi kekonyolan-kekonyolan dari kekalahan demi kekalahan kesebelasan dari negara bertradisi sepakbola cukup tangguh. sepakbola, pertama kupikir hanya seorang gila yang mampu menonton pertandingan sepakbola dua kali empatpuluhlima menit tanpa henti. tapi ternyata rasanya mirip vodka yang diminum tanpa gelas, agak-agak mengejutkan, agak-agak bersensasi, agak-agak bikin lupa diri. ada juga di dalam televisi itu sebuah serial yang rasanya seluruh dunia membicarakannya tapi belum sekalipun kutonton. terlalu biasa ternyata, cuma cinta yang dijadikan komoditas. omong kosong.
juga semalam sempat kudidihkan air sebelum aku benar-benar di ambang kemabukan. kumandi dengannya, entahlah, apakah mandi namanya kalau cuma merendamkan setengah tubuh di dalam bak mandi. di sana, juga kuhabiskan hampir sebungkus marlboro putih. aku ingat, saat itu belum hilang benar kamu dari ingatanku.

wanita,
tadi malam aku mabuk
tiga botol vodka membuat
mawar di dadaku lenyap


jam sembilan pagi. dari manakah hitungan pagi? dari tepatnya tiga jarum saling bertindihan di angka duabelas? ataukah dari pertama saat sunyi gelap dipecahi oleh parau ayam tetangga? atau dari saat sinar perlahan merayap di ujung timur kota? pagi ini kamar ini beraroma alkohol, pagi kemarin beraroma asap obat nyamuk, pagi kemarinnya lagi beraroma busuk dari bangkai di atap, dan pagi kemarinnya lagi beraroma wangi parfum wanita yang di sepertinya tertinggal di atas kasurku. entah mengapa kita tak sadar malam itu kalau di atap ada bangkai yang akan menebarkan aroma busuk di keesokkannya.

malam itu kita bercinta di kamar sempitku, di antara buku-bukuku, di antara baju-bajuku, di antara marah dan benci kita sepuluh menit sebelumnya. juga rasa cemburumu yang membakar tubuhmu karena kau lihat aku akrab dengan wanita sahabatmu itu. kita bercinta dengan lampu yang kita biarkan menyala dan saling kita lihat pantulannya di basah kulit kita. percintaan yang melelahkan, karena kita sama-sama haus dan kita sama-sama tak ada habisnya meski kita saling mereguk, aku meregukmu kau meregukku. cuma gelas yang pecah tertendang kakimu saat kita sama-sama orgasme yang menghentikan percintaan kita itu. sementara, dua hari keesokkannya aku tahu, ada bangkai di atas kita saat itu.

jam sembilan pagi. tiga botol vodka kosong dan asbak yang penuh dengan abu dan puntung marlboro putih di tepi kasurku. wangi parfummu yang kau sisakan untuk kasur kamarku berganti dengan aroma alkohol. sengak. perlahan mawar di dadaku muncul kembali. tak lagi berwarna merah tapi biru. tepat di bawah bekas ciumanmu yang kita abadikan itu.

ah, semalam aku mabuk. sahabat wanitamu menyediakan strawbery-coklat-vanila-caramel-wishky-dan sedikit rhum untukku. aku ingat.

jatinangor, 04 juli 2002
selain aku wanita lemah yang coba samarkan kepedihan dan kesendirianku
aku pun penuh kebohongan.....
bohong! waktu kubilang aku baik-baik saja
bohong! waktu kubilang aku ngerti dengan semua ini
aku sakit dan aku gak ngerti....

tuk terakhir kali....beri aku satu pengertian
.....malam ini bersua....setelah sekian lama
tak jua ada kata yang terenda.....
Bergelap-gelaplah dalam terang, Berterang teranglah dalam gelap
(Tan Malaka, pejuang yang mati dalam kesepian)
Atau Revolusi yang Kesepian ??
:))
Mimpi
Kelebatan manusia hitam putih menjalari dinding dinding tepian hidup
tarian nafas isi perut bergelombang dibibir pantai sedak dan sengau
"Mengapa kau masih hadir di malam-malam ku?"

Kutakut menemuimu di ujung sadar mataku
cakarmu masih menancap dan mataku hilang pandang
Jangan taburi aku dengan serpihan bayang-bayang
cukup sudah kau gilas aku diujung pagi
Disaat hidup menjadi orok merah

"Jangan beri aku mimpi"
Puaskan saja aku dengan angin dipenggalan langkahku
Mata hatiku sejauh mata kakiku yang terus berdebu
Nadiku mengalir dalam kesepian bulir-bulirnya

"Mungkinkah mati di jalan kesepian, tanpa mimpi?"
Bila kenaifan ditebing getas digerus irama kekalahan
Dupa busuk cemari hari dijalan nafas cintaku
Kepedihan berputar, beriak ditarian ketaksadaran
Seperti pagi harus merindukan kokok ayam
Kepedihanpun tak patut dipersalahkan
Tak ada nafas yang lurus

Mungkin akan mati di jalan kesepian
Mungkin harus mati di jalan kesepian
Tapi hidup itu jalan menguji nyali dan keberanian

"Hadapi saja anak KU !"
Gabe, aku ingat ketika Maradu diinterview,
"Mengapa anda ingin bergabung dengan kami, kaum Kapitalis?"
Saat ini nuraniku ditanya juga........

Improvisasi Jazz di Pagi Hari
oleh Ahmad Yulden Erwin

"Tak ada revolusi tanpa cinta!" teriak Che Guevara, dari atas kudanya, berselempang senjata, memasuki gerbang Havana.
Tapi, di sini, tak ada Guevara, atau Tan Malaka. Mereka hanya simbol-simbol sementara, agar revolusi memiliki makna. Atau barangkali, sekedar imajinasi. Tapi, di sini, aku merasa teramat sendiri.
Sejarah selalu dipenuhi dengan kisah-kisah heroik, korban pembantian, plus kebohongan. Pengkhianat atau pahlawan, hanya terminologi yang gampang terlupakan. Tetapi, penindasan akan selalu berulang, dan perlawanan akan bangkit dari jalan-jalan, dari ruang-ruang tahanan, juga kandang-kandang rakyat jelata.
Pagi ini, kulupakan Che, juga Tan Malaka. Kuhirup kopi, sambil membaca Koran pagi: presiden berkunjung ke Kuba, korupsi merajalela di sekretariat negara, harga kopi jatuh di pasaran dunia, hei, ada juga puisi dari seorang kawan di Jakarta.
Apa arti pengangguran di dunia ketiga?
Apa arti kemiskinan di negara-negara utara?
Apa arti penindasan di surga?
Apa arti keadilan di neraka?
Apa arti menjadi manusia yang merdeka?
"Setelah Jawa, Sumatera akan berjaya!" seru Tan Malaka, sambil terus menuliskan kalimat-kalimat perlawanan, mencatat sejarah pahit pergerakan, dari penjara ke penjara.
Apa arti reformasi bagi petani-petani jagung di desa?
Apa arti revolusi bagi gembel-gembel di kota?
Apa arti …..
"….. Wonderful World," mengalun sayup dari CD tetangga.
"Ada panggilan kerja dari pabrik Coca Cola," seru istriku, sambil menyiapkan sarapan pagi, tanpa telur dan rokok Amerika.
tak... tak... tak
jantungnya berhenti berdetak

03 Juli 2002

kami pusing mencari agama

02 Juli 2002

.....dan kepedihan itu juga bagian dari dirinya
bagaimana ku tak berbahagia karenanya....
namun kematian menjemputnya

01 Juli 2002

sesak....
padahal bicara tentangmu selalu memberikan semangat baru
tapi tidak malam ini....tidak juga kemarin; beberapa waktu ke belakang
tidak juga esok kah; ada keengganan menyambut esok
harus kuakhiri sajakah hari ini.......

....entah kenapa aku bisa teramat menyayangimu
pro astrid :
SELAMAT MENEMPUH UJIAN
SEMOGA KETRIMA DI UGM :)
Tentang sebuah gerakan

tadinya aku pengin bilang:
aku butuh rumah
tapih lantas kuganti
dengan kalimat:
setiap orang butuh tanah
ingat: setiap orang!

aku berpikir tentang
sebuah gerakan
tapi mana mungkin
aku nuntut sendirian

aku bukan orang suci
yang bisa hidup dari sekepal nasi
dan air sekendi
aku butuh celana dan baju
untuk menutup kemaluanku

aku berpikir tentang gerakan
tapi mana mungkin
kalau diam?

eh ini tulisan wiji thukul yah ?
lihatlah .....
matahari sudah meninggi...
bangunlah burung kecilku
bangunlah... burung yang terlambat bangun akan kehabisan ulat-ulat untuk makanannya
berkicaulah... berkicaulah ... semarakkan hari dengan suara merdumu...
agar semua bisa merasakan, agar semua bisa bersemangat...
terbanglah...
langit biru membentang
menghiasi mimpi-mimpimu
lihatlah...
padang rumput menghijau...
hutan luas membentang..
tidakkah kau tahu... disana beribu ulat menunggumu...
yang siap berkorban untuk segala mimpi-mimpimu