23 Juli 2004

Ayah, dimana layangan akan kita naikkan?
Catatan Kecil BuRuLi untuk Cikal
 
Idealnya, di setiap lingkungan tempat tinggal ada lapangannya. Juga…
Idealnya, di setiap rumah kita ada halamannya. Juga…
Idealnya lagi, setiap orang seharusnya punya rumah…
Tetapi…
 
Jangankan lapangan…
Rumah untuk tinggal saja…
 
Mari kita pergi ke pantai
Tetapi ayah Dian tak punya mobil untuk mengantar Dian ke pantai
Kalau begitu kita pergi ke pantai naik bis
Tetapi ayah Mirna bahkan tak punya uang untuk mengantar Mirna pergi ke pantai naik bis
Lalu akan kita naikkan dimana layangan ini, Ayah?
Kita naikkan di atas loteng!
Tetapi tak setiap rumah ada lotengnya…
 
Bahkan tak setiap orang punya rumah, Ayah!
 
Ada kawan yang tinggal di dekat lapangan. Lapangan yang berpagar dan kawan harus membayar. Uang kawan hanya cukup untuk membayar salah satu, membeli layangan atau membayar karcis masuknya?
 
Kadang-kadang kawan bahkan tak lagi punya pilihan, uangnya hanya cukup untuk makan. Itupun kalau kawan sedang lumayan beruntung.
 
Ayah, dimana layangann ini  akan kita naikkan?
 
Simpan dulu layangan kita, sayang! Bantu ayah mengangkut sampah? Kau masih beruntung, karena sampah kau masih bisa bayar sekolah!
 
(BuRuLi, LeBul 23 Juli 2004/ 11:50 pm)
 
*Selamat hari anak, sayang! 
  
  
  

14 Juli 2004

DUA SURAT CINTA UNTUK TUHAN
Syam Asinar Radjam & bungarumputliar
-------------------------------------------------------

TUHAN, BUAT AKU RINDU KAMPUNG LAMAN!

Tuhan,…
Buat aku rindu kampung laman,
Berumah rakit hanyut
Berhutan seperti kena kusta

Tidak, kataMu
Masalah kecil jaga sendiri

Tuhan,…
Buat aku rindu kampung laman
Berlampu kedip kurang minyak
Pipa panjang menghisapnya seperti naga
Dikirim entah kemana

Tidak, KataMu
Tak butuh rindu untuk itu

Tuhan,…!
Buat aku rindu kampung laman,
Pekasam-pekasam dari seluang yang mengapung dibajui amoniak

Tidak!!!
Jangan kenapa tidak memesan sarden!

Tuhan buat aku rindu kampung laman,
Ada banyak manis tebu,
Hutan-hutan kopi disekujur bukit
Pemetik teh yang riang tersipu digoda Dempo
Sial, membeli secangkir kopi aku harus mengemis

Tidak!
Makanya usaha. Aku tidak akan mengubahmu kecuali engkau melakukannya.

….. Grrrrrrrrr! Tuhan buatkan aku secangkir rindu. Biar kita seruput bersama!


[Syam Asinar Radjam; LeBul, 11.07.2004]

* * *

Tolong aku, Tuhan! Gawat Darurat!

Sungguh, Tuhan!
Tolong aku…
Apel merah di atas meja
Bulan puasa!

(BuRuLi, LeBul 11 Juli 2004)

09 Juli 2004

sudah aku bilang jalan ini adalah sunyi
maka simpan saja sedih dan serapah
tidak ada yang akan berubah
kediaman yang beranak benci

sudah aku bilang jalan ini adalah sunyi
jangan harap sanjung tubi
bersiap akan sandung caci
lidah ludah berbisa duri

sudah aku bilang jalan ini adalah sunyi
sudah aku bilang jalan ini adalah
.......sunyi .....
namun siapa lagi ?

Tapi mendekatlah kawan ketepi
kita perbanyak sunyi
setidaknya sunyiku tidak sendiri
tidak ada salahnya sejenak berhenti
ini ada kopi ,rokok dan sedikit hati
kita ngobrol saja sampai pagi
besok kita lanjutkan lagi
berjalan sisi kiri.