09 Juli 2002

Aku tak percaya Jesus dan Muhammad

Bukan lagi sepertinya, tapi sungguh amat sungguh santapan pagiku terganggu, oleh bau daging-daging busuk terpanggang, suara jeritan, padi tak menguning lagi, baju baru, nafas satu satu, ada apa dengan golkar, air mengalir, jenggot belum dicukur, desahan bilik kamar, ibu dan telapak kaki, kerikil tajam, wanita dengan gigi marmut,
peluh mengalir, orasi busuk, pelangi di sore hari, torehan pena di kertas, terduduk bisu, salam dari kampung, ratu adil mengandung, coca cola naik lagi, tukang ojek kedinginan, buaya rindu bangkai, warna di sudut kota, demonstarasi anak SD, batu berserakan, susunan buku, petir menyambar, pedang terhunus, kubah mesjid terbakar, kursi goyang, bayi merangkak, titi bambu, sampah menggunung, ombak mencium pantai, tentara merayap, wanita diperkosa di susutnya pagi, rosario terpijak di tanah,
jinak mengelus kaki, kondom rasa alpokat, asap rokok menak djinggo, migren, salib patah, HMI ganti majikan, semut di bokong, usus terburai, siram-siram, bunga dipetik, IQ, laskar berjenggot, telanjang lugu, manja dipelukan, sayap mungil di pelangi, mayat yang terpotong-potong, mata yang lentik, semesta sendiri, kerakusan anjing malam, rekonsiliasi, sepatu berderap, ember bocor, utang di tetangga, dasar laut, air menetes, bersahaja, sinetron baru, wangi terasi bakar, tumpukan batu berserak, RMS,
Megawati Taufik Kiemasputri, spanduk terbentang, kasak kusuk, atas nama rakyat, kunjungan ke penjara, sabuk pengaman, berteriak "sebentar......!"

Leher ku tegang, mataku muak, hidungku mau patah. Piring ditemani nasi dan segelas air putih. Mutih atau lagi kere (ya) ?
Yang jelas perutku sudah kenyang, dijejali berita-berita di koran dan tontonan TV. Lengkap sudah cerita kelam baluri dunia.
Dijaman Spiderman bisa terbang dan nenek lampir hidup kembali, mereka masih percaya pada Jesus dan Muhammad.
Dan apa yang mereka ketahui, agama telah merasuki.
Football is my religion.

Atas nama agama mereka berperang. Sangkur telanjang. Darah cawan anyir. Sebelum mengering, gumpalan otak menggelinding jatuh.
Halal hukumnya teriak mereka. Genderang perang bertalu dari tulang tulang putih. Mesjid dan gereja hangus. Dari corong-corongnya kumandang magis berkata :
"Tuhan harus dibela".

Shit! Sejak kapan Tuhan harus dibela. Ia sudah besar tanpa dibela. Jubahnya tetap putih tanpa dicuci. Tak layak nirwana bagi pembunuh.
Dengus mereka cemari keabadian. Suatu saat Surga pasti akan dikudeta bila mereka menjadi penghuninya.
Kaum Marxis dan anjing anjingnya tertawa. Sudah dinubuatkan nabi, agama adalah candu. Itu bukan asap cerutu. itu sudah jadi sejarah.
Agama dan organisasinya adalah manusia. Tak ubahnya partai, negara dan parlementer. Pengikut tetap jadi komoditas.
Humanis milik kaum atheis. Moralis milik manusia-manusia purba.

Asap hitam tak kan lepas dari langit. Bila dendam masih ada di manusia. Sudah saatnya tingkap langit terbuka dan Tuhan datang sebagai manusia.
Untuk hentikan perang. Hentikan dendam. Jika ia datang sebagai mimpi dan wahyu, akan ada manipulasi. Dan belum tentu semua menerima, di ketidak percayaan hal yang biasa.
Tetapi bila Ia datang sebagai manusia, akan menjadi siapa?
Yusuf Kalla atau Megawati?
Atau menjadi aku saja.
Karena aku tak pernah percaya Jesus dan Muhammad. Mereka hanya pesuruh MU.
Aku hanya percaya Engkau, ya Tuhanku. Dengan kuasa Mu, aku kan dapat hentikan perang, bersihkan dendam, sembuhkan yang sakit, hidupkan yang mati, bangunkan.....

......Amien! Amien! Amien!
Doa penutup menyentakkanku. Kebaktian telah meninabobokanku. Maafkan aku ya Tuhan, Allah Bapaku!

(apa kabar mu Wailan Karengkom - Veldi Umbas? masih percaya Tuhan?)

Tidak ada komentar: