06 Juli 2002

I.

Lelaki itu duduk-berdiri sendiri di kamarnya, mondar-mandir putar-putar jatuh bangun sendiri. Di sekitarnya terserak kertas-kertas berisi tulisan, gambar-gambar. Di hadapannya sebuah laptop Toshiba keluaran setahun lalu yang sebuah tuts hurufnya lepas (dan sebuah lainnya hampir lepas). Kamar sunyi yang cuma terdengar di dalamnya dengung lampu neon dan tuts-tuts keyboard yang disiksa dan didera untuk melahirkan kata-kata.

Di ruang tengah rumah itu sebuah televisi berwarna 15 inci terlihat sibuk sendiri, suaranya terdengar cuma mendesis-desis saking rendahnya volume pesawat televisi itu. Padahal acara televisinya cukup menarik, film action. Judulnya kalau tak salah; The Jackal. Filmnya Bruce Willis, film action yang dibintangi Bruce Willis biasanya seru kan? Yah pokoknya begitulah, anggap saja demikian. Intinya, film yang seru pun tak bisa mengganggu konsentrasi si lelaki tadi ..caelah.

Di benaknya berputar-putar beberapa pertanyaan dan ide. Apa kira-kira yang bisa ia berikan kepada seorang wanita yang terlanjur ia sayangi itu di hari ulang tahunnya? Apa yang perempuan itu butuhkan? Keningnya berkerut-kerut, matanya naik turun memandangi sesuatu di dalam monitor. Sesekali ia buka kacamatanya untuk mencubit pangkal hidungnya, pokoknya kelihatan stress sekali deh, walaupun memang, sesekali terlihat ia tersenyum, nyengir, garuk-garuk kepala . Khas monyet kurang kerjaan, padahal tentu saja dia bukan monyet (lelaki itu tidak terlalu tampan memang, tapi yah, memadai lah). Jadi apa pasal? (lho kok jadi kayak roman pujangga baru?).

Hm...ia lalu mengetuk-ngetuk dagunya dengan jari telunjuknya. Apa ya kira-kira? Alat tulis? Kok kayak anak es-de ya? Al-Quran dan peralatan shalat? Memangnya mas kawin? Asbak? Perempuan itu kan tidak merokok. Lalu apa? Handphone? Boro-boro, duitnya dari mana? Matanya berkeliling. Lihat kanan,lihat kiri. Lalu tiba-tiba dia menjentikkan jarinya, dan seperti kata Archimedes; "EUREKA!"

Ketak-ketik-ketak-ketik, dan di layar monitor terlihat sebentuk kata-kata:


Kamu dimana sih? Aku rindu nih. Kangen. Nelangsa. Dari pagi sampe malam cuma kamu yang mondar mandir di otakku, memangnya kepalaku ini zebra cross buat mondar mandir? Ya ya, aku tahu, dibanding meracau begini bukankah sebaiknya aku mengerjakan segala macam deadline yang mengejar-ngejar? Tapi terus terang kalau aku tak meracau bisa-bisa otakku meradang, jadi bisul (kebayang kan gimana rasanya otak bisulan? hii). Lagipula kalau ngga dikeluarkan racauannya aku malah ngga bisa bikin apa-apa.

Kapan sih kamu pulang? Ini lidahku ngga bisa diajak kompromi, makan nasi goreng rasanya pecel, makan burger rasa pecel, pizza, sayur asem, semua rasanya pecel. Iya pecel, makanan yang waktu itu kamu bawakan untukku itu, ingat kan? Duh kok malah jadi pingin makan pecel beneran ya?

Makasih ya telpon-telponmu. Dan makasih juga kamu mau melayani telpon-telponku yang ngalor ngidul ngga karuan itu. Tapi semua telpon-telpon itu ngga akan bisa ngalahin ketemu kamu secara langsung, dan melihat matamu langsung. Matamu. Aku kangen matamu nih. Matamu yang kalau bersinar kalau sedang cerita itu lho. Aku juga kangen gerakan-gerakan aneh yang menyertai kisah-kisahmu itu. Nanti kalau kamu pulang, jangan lupa ceritakan semua yang kamu lakukan ya, sedetil-detilnya, pokoknya aku mau tahu semua.

Apa kabar bapak ibumu? Pasti senang ya ketemu, tapi kamu kok malah ngga jadi ikut njemput tho? Ck ck ck, tapi ya sudahlah, kalau memang capek jangan dipaksa, ya kan? nanti malah sakitnya keterusan. Oya, aku sudah sembuh nih rasanya, gantian malah adikku yang sakit.. heheh, sakit kok giliran.

Sebenarnya aku pingin ngobrol banyak sama kamu tentang ngapain aja kamu hari ini, tapi tadi katamu kamu capek, ya sudah. Aku penat banget nih, pegel2 semua, mau tidurpun ngga bisa. DEADLINE, garismati, you know?! Harus know! Katanya TBI? Gimana seh?

Oya, met ulang tahun ya, makanya, cepetan pulang, aku ada sesuatu buat kamu. Mau nggak? Mau kan? Pasti mau! makanya, cepetan pulang , hehe.


PS. Aku nulis puisi nih buat kamu, dengerin ya:

Hari ini adalah hari baru
Tahun yang baru
Awal cerita-cerita baru hidupmu
Dan hari ini terlahir pula kau
Dengan warna-warna dan goresan
Yang mungkin kau anggap usang dan membosankan
Melekat disitu
Di dirimu
Di ingatanmu
Di perilakumu

Daun-daun tua luluh ke tanah
Basah terbasuh hujan jatuh
Tetapi pucuk tetap tengadah
Matahari yang diharap. Terengkuh

Kamu pucuk itu, rengkuhlah mataharimu, harapanmu. Aku senang jadi daunmu. Sekali lagi, selamat ulang tahun.




Lalu laki-laki itu cengar-cengir sendiri membaca surat yang baru dia ketik itu. Tentu saja sebenarnya ia sudah tahu di mana si wanita berada, dan apa yang sedang dilakukannya nun jauh di sana. Baru sekitar 15 menit yang lalu wanita itu meneleponnya (atau ia yang menelepon wanita itu? entahlah, toh itu tak penting). "Nah, selesai!" batinnya. "Biar dia penasaran, hehehe."

Kemudian lelaki itu membuka sebuah software, perangkat lunak, yang tampaknya bukan software untuk mengetik, ia sibuk menggambar segala macam hewan. Mungkin pekerjaan yang deadline-nya disebut-sebut dari tadi itu, dan ia larut dalam kegiatannya, sambil bersiul-siul mengikuti suara Frank Sinatra ber- Fly Me To The Moon.


Fly me to the moon, and let me play among the stars
Let me se what spring is like on Jupiter and Mars
In other words; hold my hand
In other words; darling kiss me

Fill my heart with song and let me sing forever more
You are all I long for, all I worship and adore
In other words; please be true
In other words; I love you



Sebenarnya cerita laki-laki dan perempuan ini mungkin tidak terlalu istimewa, mungkin banyak orang yang pernah mengalami kisah serupa. Tapi kisah mereka ini juga tidak biasa-biasa saja. Seorang teman sang lelaki pernah menyebut kisah mereka ini 'model gak jelas'. Mungkin karena itulah si lelaki itu mengajak perempuannya itu menulis sesuatu tentang kisah mereka, dan mungkin karena itu pula si lelaki itu kemudian menulis sebuah kisah tentang seorang lelaki yang menulis surat, di dalam kamar yang sunyi, dikelilingi serakan kertas-kertas.

Tidak ada komentar: