30 Agustus 2003

Smiley face hides the tears inside
Laughter hides the cries
Fear of losing contaminates

Will a single hug compensate?
Will a long deep kiss heals such worries?
Will making love satisfies the needs?

When eventualy you are left alone....
Will the hug, deep kiss and making love makes you stronger...
or will it makes the pain inside you wider?

29 Agustus 2003

Pars Pro Toto

Ia datang dan pergi sesuka hati, sayangku. Bersama pagutan kisah lampau yang narasinya terpatah-patah. Otak ini miring ke kanan mencoba memilin kepang reranting yang urai tebar lagi. Satu-per-satu memayang lamur. Toreh di tangan dan telinga teteskan merah alir gericik, dan kabut kembali membayangi setiap langkah di lorong sempit gelapku. Genggam-demi-genggam yang mengganggu tetirahan. Hitam-demi-hitam yang melekat di sepanjang tepian. Jengah dan jerih yang menjelaga temani malam-malam menyaru diantara rimbunan angin dan desau dongeng ceritamu. Jalan panjang yang kini lalu hanyalah sekelumit persekian detik dari putaran waktu.

[29.08.2003]
Jam 4 pagi

Malam tengah menghitung nafas yang tersisa,
aku jatuh pada rotasi waktu.
Hadirnya yang mengajakku menilik maya kala sebelum masa.
memilin jalinan kisah-kisah yang masih bertebaran tak genah.
Aku terbang di ambang peraduan,
berputar tembusi bayang gambar yang tak lagi berbingkai.
Bagai gurinda menggerus peradaban langit dan bumi,
makin lama makin lebar dan dalam.
Tak satu pun sempat cerna cahar dalam pola abstrak di pikirku.

[16.08.2003]

28 Agustus 2003

Manusia Indonesia multi dimensi :

Otak : sosialis
Hati : humanis
Perut : kapitaslis
Kelamin : liberal

Trus, Tuhannya siapa ?

27 Agustus 2003

Wah…nyeni

Matahari menangis di tiga sore. Angin lupa berbisik, bersama burung ada waktu yang menetas. Beranak segala kemungkinan. Tak sungkan langit terus berias diri, awan-awan sejenak berdiri. Kadang berlari. Opss…. tubuhnya dihujam burung besi.

Bocah kecil meringis di tiga sore. Lebih beberapa menit. Sejak detik lalu ia lupa bernafas atau mengembuskannya. Di dekat burung ada yang menetas. Plung…menenggelamkan diri. Di telan masa dan massa.

Bocah kecil meringis di tepi sungai. Jongkok di dalam kakus bambu di atas sungai yang menengadah pasrah. Di belakang ada gunung, dihunus petak-petak sawah yang kian merapat. Dari sini terlihat Basoeki memberi bingkai langit biru. Tak lupa pohon kelapa beberapa menyentuhnya. Ada titik-titik. Mungkin itu buahnya. Atau seekor monyet? Mungkin orang memanjat. Ah… hanya Bassoeki yang tahu. Sedikit riak ada pula di aliran sungai. Batu hitam. Riak melingkar. Malingkundang? Oiii… itu bukan pulau, hanya batu. Dan setetes biru. Langit menangis? Basoeki menjerit. Tangannya geram mengusap-usap. Buram. Berlalu. Banyak orang datang dan membelinya. Wah… indah.

Bocah kecil masih meringis. Di atas air yang kini biru mengalir. Mulutnya sinting menari, naik turun. Ia tak mengucap syair. Lupa ada melodi yang menanti dijemput. Hanya ada sejumput nyeri, cacing-cacing mencari mimbar. Gaduh dengan liuk tak tentu. Teaterial. Sesekali berjumpalitan, bergelut, meregang. Dan erangan, menekan. Ngeden. Plung…. Lagi-lagi air memeluknya. Berkecipak., bertepuk tangan. Sambil berdiri, Tejo memberinya judul.

Bocah kecil masih meringis di atas kakus. Sumpah mampus perutnya tak jelas, memberangus. Badannya kian mengering. Oleh hari membakar. Nilai yang kian terpanggang, kadang ada bara. Selalu ada abu. Abu-abu. Gerah, diraupnya air seni di dekat burung yang berceloteh bagai Rendra. Diusapnya pada rambut tebal bergulung milik Saut. Abrakadabra…… otak tumpul biarlah tumpul. Yang bergulung jangan berguling. Yang sumbing tak perlu malu tersungging.

Bocah kecil tak lagi meringis. Hanya menangis punggungi panggung kakus. Di sana ada mantera penjinak milik Sutardji. Sedikit amuk mengusik hawa udara tadi. Tak bau kata ikan-ikan. Tak serak kata udara. Tak, tak, tak. Ilalang bertepuk tangan. Akar rumput geram mencengkram. Di depan langkah, kerbau tertambat menanti. Tersenyum dan berucap, “mbouuw…nyeni”

26 Agustus 2003

One Last Cry


My shattered dreams and broken heart
Are mending on the shelf
I saw you holding hands
Standing close to someone else
Now I sit all alone
Wishing all my feeling was gone
I gave my best to you
Nothing for me to do
But have one last cry

Chorus:
One last cry
Before I leave it all behind
I've gotta put you out of my mind this time
Stop living a lie
I guess I'm down to my last cry

I was here, you were there
Guess we never could agree
While the sun shines on you
I need some love to rain on me
Still I sit all alone
Wishing all my feeling was gone
Gotta get over you
Nothing for me to do
But have one last cry

Chorus:
One last cry
Before I leave it all behind
I've gotta put you out of my mind this time
Stop living a lie

I know I gotta be strong
Cause round me life goes on and on and on and on

I'm gonna dry my eyes
Right after I end my one last cry

Chorus:
One last cry
Before I leave it all behind
I've gotta put you out of my mind for the very last time
Been living a lie
I guess I'm down
I guess I'm down
I guess I'm down...
to my last cry



: Seorang P...Semoga kau temukan kembali keabadian asa itu...





22 Agustus 2003

Asa Patah

perasanku tumpah tercecer dilantai
mengerang menanti persinggahan
mengaduh menjelma iblis menakutkan
membuatku gundah tak bisa tidur

tangisku bekam tawaku semu malamku mencekik
rinduku beku tak tersalurkan
cintaku tak terbalaskan
hanya bingung menimpa mengiba-ngiba
menanti peluh rata tanpa kasta

lamalama aku bisa gila mencintaimu
lamalama aku bisa stres memujamu
lamalama aku terkapar merindumu
lantas mengapa semuanya jadi samar
seakan mengiring damar dalam remang malam

terangku tak bisa lagi menerobos dindingmu
telalu banyak cahaya disana
sinarku tak lagi mampu menyapa jiwamu
banyak yang terseret disana
menanti lembutmu mencari harum paras mu

sayang, banyak kata terbunuh hari ini
membaur tak jelas entah kemana setiap hurupnya beterbangan

ya, rangkaian bunga duka untuk hatiku yang makin membugang
menyentak melembut memecah dalam padu rindu kesal ragu
kadang dadaku terbakar, mencari kalimat kabur tanpa pamit
kemarin bangau itu menyapaku, mengajaku berkeliling
kemudian bercerita tentang alamnya yang tak lagi dibebani rindu

Cairo, 20 Agt 03

18 Agustus 2003

akhirnya aku harus pulang
:refleksi atas sebuah cinta jarak

akhirnya kau dan aku harus kembali memasuki gerbong
gerbong yang berbeda. kau berlari ke arah timur matahari
sedang aku tertatihtatih ke arah barat, mempertegas
sebuah kepulangan

derit kereta kembali menelan tubuhmu dari stasiun tua
milik kita. kota ini menyimpan sekelumit kisah kecil kau
dan aku yang kelak hanya akan jadi kelakar

senandungku mencoba mengalahkan lengking peluit
yang mengawali kembali jarak. dan perpisahan tetaplah
perpisahan apapun namanya. kau menjadi titik paling kecil
dalam pandangan sebelum hilang ditelan kabut pekat
aku masih terdiam di sini, menunggu sebuah gerbong
menyeretku, lantas kota ini kembali sunyi. tak ada kau,
tak ada aku

dan tibatiba aku menemukanmu benarbenar lenyap tanpa jejak
lalu kutemukan diriku sendiri tanpa siapa pun. menunggu
kepastian membawaku pulang, sedang mataku masih menangkap
sketsa wajahmu meski samar

belum sempat kutanyakan tentang arti rindu
kau telah begitu saja lenyap. melangkahkan kaki ke arah panggilan
milik ibu, dan dalam kepalamu masih ada mimpi tentang
kampunghalaman yang rindang

kita telah benarbenar berjarak, sedang usia terus bergerak
aku kembali sendiri, terasing dalam sunyi yang nyata
dalam hampa yang terasa lekat

aku pemuja sepi yang akhirnya harus pulang
menuju entah!

01:15 am
Rindumu gaduhdalam

berkutat dalam bising padu karam
setiap halaman adalah makna
setiap nafas adalah usia
bising karam memadu usia dalam makna

berkutat dalam senja adalah asa
setiap menit adalah rindu
setiap jengkal adalah padu
menanti asa senja dalam padu rindu

catatanmu dalam petuah adalah prasati
langkahmu penjarakan kelam adalah tekad
dan apakah rindumu, asamu, anganmu,
akan sepenuhnya dalam dawai paduku

Cairo, 15 agt 03

17 Agustus 2003

entah sudah berapa puluh tahun,
tak lagi teringat ..
mungkin sudah bosan pula menghitung,
jenuh mencari tau ..
apalah artinya? 1 taun, 10 taun, atau bahkan 100 taun sekalipun?

janji janji dikoarkan,
perbaikan, pemerataan, kesempatan untuk berkarya, atawa tetek bengek yang lainnya
untuk apa?
toh cuma sekedar dongeng agar tak tergusur di pemilihan nanti.
argh .. muak !

bendera terkibar
naik menuju langit menantang TUHAN di kediamannya
GILA!
tak malukah mereka?
tak taukah kalau rakyat miskin kelaparan?
kemarau melilit sawah,
panen gagal, paceklik total, busung lapar melanda?
tak lihatkah pengangguran bertumpuk tumpuk ikan sarden kalengan?
tak lihatkah anak2 kecil mengisap aica aibon di lampu2 merah? mata merah, kaki tanpa alas, dekil dan bau?
atau para perampok pencoleng pencuri pembunuh pemerkosa merajalela dari ibukota sampai kampung2?

para pejabat berdandan rapih .. mobil built up keluaran terbaru, jas bahkan batik buatan perancang,
sanggulan rambut ibu ibu menteri dengan parfum keluaran luar negeri
ah gila ..
cuma korupsi aja harus dibanggakan?
tak malukah terhadap anak cucu?
tak malukah terhadap Yang diatas?

sekali lagi tanggal tujuh belas di bulan kedelapan,
seharusnya tak perlu bersuka
bahkan tak perlu ada potong kue ulang tahun
seharusnya kita semua tertunduk malu ..
entah mau dibawa kemana negeri ini tahun depan?


"selamat ulang tahun INDONESIAKU, entah kapan kau mulai bercermin dan mencari tissue basah untuk menghapus coreng di wajahmu"

Padang rumput
: 58 Indonesiaku

Panas menyapaku kemarin
menghantar debu bersama terik
sayup mesintik berdetak lembut
mengukir prasasti kertas putih

depan dipan roda empat termangu
menanti petang setia malam
lelah berputar telusuri bebatuan
lunglai menghantar tongkat pandu

jarum tak ragu menusuknusuk
menyusup dua kain kelok benang
mengikat erat dua warna
menemani lembut wanita setengah baya

dicawan kuliat kopi kental
bersanding asbak kepul asap jingga
beberapa mili ongkokan hidangan ringan
tersenyum menegur memecah hening

ya, kulihat mereka dikelilingi
terpusara kerut kening berpeci
sewaktuwaktu desah asap kelam
paduan harap cemas bangga haru

nun jauh disana runcing bambu tersandang
bukan satu, bahkan beribu beriringan
kala kokok datang menggusur fajar
kala rumput terbebani embun

di padang rumput itu,
tiang bambu tegak berdiri
di padang rumput itu,
beribu mata berkacakaca
di padang rumput itu,
M E R D E K A

Cairo, 17 Agustus 2003

12 Agustus 2003

: Seorang P

Sekotak mawar biru yang kutitipkan padamu,
untuk sepenggal bukti dari segumpal asa yang pernah ada
meski kini hilang dari genggaman...
namun masih tergantung disatu cabang jiwaku...

tak akan berhenti melangkah...
tak berhenti berpijak...
tak akan berhenti mendamba...
meski punggugmu tak lagi nampak...
meski tanganmu tak lagi menggenggam tanganku...



Kuta,08Aug 03

07 Agustus 2003

sebuah tanya untuk nana
: najees nggak na ?

tak lagi ku hirup bau tubuhmu bener aku merindukan
lewat serat serat elektronik nana pernah datang
berjumpa lewat suatu jalan rahasia
dimana bayanganku mendekap erat bayangan nana
dan terpaku sampai kini
sampai aku merasa kehilangan
ketika ada jeda diantara nana dan aku
di malam yang nana
di mimpi yang nana
di pagi yang nana
dan di sinar yang nana
ternyata tak menjadikanku nana
temui aku lagi na
dekap aku lagi na
sempurnakan aku na di angan angan
yang lelah ingin mengunci dirimu
yang lelah ingin menjadi dirimu
dari serat serat elektronik kau tak lagi hadir
dari desah napas di telpon kau sunyi
dari monitor yang kosong
pulang katanya kau menjumpai dirimu di luar sana
lewat perjumpaan kita yang selalu gagal memperbaiki perjumpaan sebelumnya
tapi akan ku katakan pada siapa saja aku selalu menunggu nana
nana yang nana


dalam tawa agustus 2003

04 Agustus 2003

Vadhitya Shivapala

Benderang pedang pendek berukir bunga matahari itu kini telah pekat berlumuran darah. Saat tetak-demi-tetak berayunan dari pagi hingga petang. Sampaikan lampau pada pesan di kaki burung-burung nasar yang beterbangan riuh pada dini hari menjelang. Serpihan pasir itu butir-butir kata yang tak terucapkan. Rumpun ilalang itu kalimat-kalimat yang tak terselesaikan. Sabana itu syair yang tak tertafsirkan. Maka serat jiwa pun tertulis dengan tinta kama dari pena tulang rusuk kiri yang patah. Persetan dengan satyakala yang merah marah. Jemu sesal dan dendam ranggas sudah rancap ke akar, menebar kebencian sampai ke lapisan kerak bumi ketujuh. Sampaikan pada dunia: Gaia telah terbunuh!

[04.08.2003]
Karma Shavitri

Di kerlingan masa
sepengantaran lelap
di lingkar letih dan angap

dari usapan jemari lentik
di permukaan punggung batu
mengalir penggal-penggal kisah waktu
bersama deras belah sungai
berteman raga berkendara di atasnya
menjemput surat langit nun hendak

cerita jelma sabut kabut gelap
meriung matahari
mengasuh cahaya
meniti prasasti
seketika muka punggung batu
menjadi kalbu yang kelu

[19.07.03]

01 Agustus 2003

igagagauu ...

(terlentang senyum)
aku semakin muda
dengan matahari terbenam di sisi utara
pelangi senyum merayu bulan
dan bintang jerawat matahari

(balik kiri)
janda bumi semakin genit
berbedak abu daun ngaben
keriput jejak usia
ditimbun aspal mani durhaka

(balik kanan)
museum cinta dimana-mana
di kota, desa, dan di kolong jembatan
kuburan kosong
mayat bangkit mayat

(terlentang lagi)
penis jadi presiden
vagina jadi ketua MPR
bulu keriting jadi ketua DPR
setan jadi rakyat

pernah kenal dengan mephistopheles?
jangan, itu usul saya,dan jangan baca buku saya untuk mencari kartu matinya.
namun sekali dalam seumur hidup anda adalah sebuah keharusan untuk mengenal pribadi seorang mephistopheles, atau paling tidak yang menyerupainya.