31 Mei 2002

matahari menjelang hilang tinggal sisa yang menuju jingga selepas ashar kau sirami halaman dengan air segar setelah kau sapu kau hilangkan dedaunan dari pohon yang berjatuhan seharian kau memakai daster dan anak-anakmu berlarian pulang dari sawah tak ada yang lebih indah ketika wajahmu sedikit berkeringat dan menyambut anak-anakmu dan menyambutku dengan senyuman sudah kau siapkan teh hangat di ruang tengah meski kau belum mandi terima kasih Tuhan
tak ada yang bisa menghentikan kata-kata

30 Mei 2002

Menusuk bumi dengan jemari
membakar pada nafas diri
mencair penuhi kosong berapi
panas ... keinginan tak terkemudi

usap pada kelamin kesana kemari
segala benda disetubuhi
Teriak penuhi hari
"ANAKKU KAN BERNAMA BUMI !!!"

(kelapukan mengeras
kesunyian memekak
manusia membinatang
aku menghilang ada

"Curt Cobain manggung hari ini "
"Kapan ?"
"Kemarin"
gigi gemeretak kekal)

28 Mei 2002

tapi aku abadi
;-)

27 Mei 2002

terbanglah sayang, terbang
sambut jatuhnya bintang-bintang
tangkap mereka pada ekornya
terbanglah

bila engkau lelah, sandarkan sayap lelahmu
di sini, di atas pangkuanku
bila sunyi kau rasa, tolehkan kepalamu
aku ada di belakangmu

terbanglah
genggam piala-piala yang diberikan dunia
biar suatu saat nanti, aku bisa berkata bangga;
"aku pernah menggenggam tangan-tangan itu"

25 Mei 2002

aku butuh rahim
kenapa kau tawarkan selangkangan ?

24 Mei 2002

kemudian kita benar-benar lupa. sepenuhnya lupa.
ttg siapa kita dan mau apa kita.
kita hanya tahu kita harus begini. melakukan ini. berdekatan.
memusnahkan jarak yang mengganggu.

tuhan, jauhkan kesadaran kami!
Aku yang ada dalam dirimuU

Aku yang ada dalam dirimu
temani nyawa dan raga licinkan kata
api bagi nafsu angin bagi angan
mari berontak pada dogma tikami sumpah
sama bentuk tiada harus sama mengalir

Aku yang ada dalam dirimu
memuncak ketika menurun
harga diri bukanlah angka hidup dan mati
mari hajar musuh musuh akalmu
sebab esok tak perlu ada lagi sesal

Aku yang ada dalam dirimu
gerayangi nurani dan mata moral
dititik senja karamnya asa
mari berlakon arakan bianatang jalang
benteng akhir jubah peradaban

Aku yang ada dalam dirimu
berapi dan membeku dikilatan wktu
jauhkan aku dari aliran cintamu
kan mengering lahirkan birahi
karena cinta milik hati

Aku.............
emosi yang menjejali tempurung kepalamu
aku masih menunggumu, disini, di kota ini, di pintu kamarmu dengan segala rindu dan segala kata yang berubah jadi biru. aku masih menunggumu masih dengan rindu yang gila, dengan semua bentuk kebutaan yang sama. kau dimana, dan aku masih menunggumu, disini, di ruang ini, di ruang itu, di udara kamarmu, di bau tubuh dan semua pakaianmu, aku menunggumu sampai semua kata di otakku berubah jadi gila, buyar, hancur, remuk-redam dan lidahku kelu terpotong sebelum memotong hatimu, mencongkel mata indahmu.

23 Mei 2002

selagi kau di sini

biarkan aku menggenggam tanganmu
membelai rambutmu, merangkul bahumu
sebentar saja
biarkan aku tidur di pangkuanmu
letakkan tanganmu di dahiku
sebentar saja
biarkan aku merasakan kehadiranmu
selagi kau di sini
selagi aku bisa mempermainkan rambutmu
selagi aku bisa merasakan halus kulitmu
selagi aku masih bisa merasakan hangat genggamanmu

biarkan aku merasakan kehadiranmu
sebelum engkau berubah menjadi suara dibalik gagang telepon
atau untaian huruf diatas kertas, di layar monitorku
sebelum engkau berubah menjadi sebentuk gambar
di atas kertas foto yang lapuk

biarkan aku merasakan kehadiranmu
selagi kau disini

22 Mei 2002

aku cinta sekalian mereka yang laksana butir air yang berat,
jatuh satu demi satu dari awan yang gelap,
yang bergantung di atas kepala manusia:
mereka memberitahukan bahwa petir akan datang
dan mereka binasa sebagai pembawa berita.
-the great nietzsche

21 Mei 2002

"apakah tidak ada satu pun kata sehat dari orang-orang sakit?"
beth
sekali lagi, aku kembali
jangan heran kalo nanti aku pergi lagi

aku akan kembali dan pergi...
kembali dan pergi...

20 Mei 2002

:arfi

karena kita bicara tentang benda-benda
seperti jajanan pasar
dan wangi bunga melati

seperti kendi-kendi
warna warni
semuanya ada
pada lensa-lensa kacamatamu
yang memandang dunia
menjadi keindahan yang sendu
dan terpadu

karena kita masih berbicara tentang benda
bukan pasar
dan juga bukan puisi

hanya pantulan sinar matahari sore,
jalanan becek
dan tukang becak yang duduk mengangkang

-pasar bringharjo, 19.05.02-
weh didonkk met ultah men:)
koq lg banyak yg ultah yo?
hingga mulai jatuh sekuntum yang paling rapuh
aku akan tetap di sini
barangkali memang kakiku terpaku
atau bola besi di sekelilingku

hingga mulai jatuh sekuntum yang paling rapuh
meresaplah. menjadi tanahlah.
karena dedaunan pun begitu
sebuah kepandaian tersendiri menerjemahkan hati

ah.
hingga mulai jatuh sekuntum yang paling rapuh
ini aku!

satu
dua
tiga!

17 Mei 2002

rinduku....sayangku...
...perihku...lukaku...
benciku...
biarlah jadi perjanjian diam-diam antara aku dan keabadian.

16 Mei 2002

kata-kataku ingin mati sejenak saja
tidur di jalan
terlindas motor dan langkah-langkah kaki yang berlalu lalang
bermandi debu dan sinar matahari
dari pagi sampai siang
hingga malam
kata-kataku ingin mati sejenak saja
di ranjangku
di ranjangmu
di bantalku
di bantalmu
dan semua yang sudah berceceran...
bikin milis aja zam, kamu yg moderatorin yah:)
permisi ...
apakah 'hanyakata' sudah punya milist ?
aku coba nyari di yahoogroups belum ada
emang belum ada yah ?
aku rasa perlu komunitas ini punya milist
untuk sarana komunikasi atau lainnya
misalnya untuk karya lewat web ini
tapi kalo untuk diskusi lewat milist ...
gimana ?
dan sorry ..kalo aku barusan bikin
milist hanya kata, tanpa bilang sebelumnya
disini hanyakata@yahoogroups.co.uk
siapapun bisa jadi moderator entar ...
trus ... kalo sepakat
tolong ... kirim e-mail ke flow@telkom.net
untuk siapa aja yang ada di hanyakata

zaM | http://tkoz.tk

15 Mei 2002

dan aku
hanyalah kosong
hehehe... tulisan ini memakan banyak ruangan
maaf!

ttd
provokator
Afeksi Satu Sisi
(catatan penggenapan)


baiklah. kujelaskan seterang-terangnya sekarang juga. apa, siapa, dan di mana diriku. barangkali ada pentingnya buatmu, dan juga barangkali buatku.

tutup matamu.
bacalah tidak dengan matamu, tapi bukalah hatimu, biarkan jendela-jendelanya dimasuki angin yang sengaja kudatangkan buatmu. aku adalah manusia. sekaligus iblis. sekaligus malaikat. sekaligus tuhan. aku adalah segala. segala yang menghujanimu dengan berkeranjang-keranjang cinta yang dengan penuh kesadaran kualirkan dari lubuk hatiku. yang mulutku, akan memuntahkannya, akan menyemburkannya, dan lantai-lantai itu, dinding-dinding itu, akan menyisakan bekasnya, menyimpan jejaknya. aku adalah raja. raja dari segenap penjuru mata angin, raja segala hutan yang berisikan binatang buas, juga pohon dengan semak paling belukar, dan akar paling membelit. aku adalah raja yang dengan segenap kuasaku keluar perintah agar terhenti semua waktu, beku semua ruang, dan abadilah rinduku kepadamu, meski tertuntaskan berkali-kali.

jangan buka matamu.
tutup pintu belakang hatimu, jangan biarkan angin-angin yang kutiupkan kepadamu tak mengendap di ruang tengah hatimu. aku adalah selembar wayang kulit, tak bernama, tak berwarna. dan aku adalah juga dalang, yang mengeluarkan suara paling menggelegar dari balik selembar putih tanpa pelita, karena sorot mataku, adalah cahaya paling benderang.

maka siapakah kamu…

tetap tutup matamu
kujelaskan kini di mana aku. sebuah sudut tanpa ruang. hampa. tempat newton diludahi, karena tak pernah ada apel yang jatuh karena terlalu matang di sini. di sini adalah tempat di mana einstein dijadikan berhala, karena absolutisme adalah omong kosong. semua yang benar, adalah semua yang salah. inilah sudut tanpa mata, karena dadamu akan tertekan, karena kakimu akan terjepit, karena tanganmu akan terikat. hanya hatimu yang merunduk. juga menggelinjang, sebuah kenikmatan paling sejati.

biarkan anginku berputar-putar di ruang tengah hatimu.
tunggulah sebentar lagi, kuajak kau nanti menari. dengarlah kini musiknya, pelajari tiap ketukannya, ketukan dari situasi yang kerap memojokkan. irama tanpa suara tanpa nada tanpa notasi yang berbaris teratur di partitur yang selalu saja terbentur. oh, berhati-hatilah, jangan terbentur. kau tidak di tempatku. tempatku satu-satunya keterbenturan diizinkan. karena di sini, semua sisi sama pendek, semua sisi menjadi begitu tak terpola, tak jelas terbaca, dan waktu, selalu saja menggeruskan titahnya dengan penghancuran-penghancuran.

tak kau rasakankah?
aku tak begitu jauh dari tempatmu, sebuah titik tempat berbungkus-bungkus nasi basi dibagikan, titik dua, bukan titik satu. titik di mana jarum panjang jam dinding berupa kematian, bergeser tanpa detakan, tanpa suara. di sini, kematian datang diam-diam. jangan sesekali kau tanya barat di sini, barat adalah masa lalu, barat adalah awal keberakhiran timur, di sini tak ada utara, di sini tak ada selatan. di sini yang ada hanya titik tengah, equalibrium tanpa variabel, keseimbangan tanpa unsur-unsur. inilah tempat di mana kosmologi adalah omong kosong. semua ada. semua tidak ada. serba ada karena serba tidak ada.

dan inilah tempatku bertahta.
bertahta atas seluruh sistem—jangan berpikir kosmologi, mikro atau makro, jangan berpikir rantai makanan, jangan berpikir reproduksi—yang berjalan lewat kedipan mataku, mata yang bukan cuma dua, tapi tiga, tapi empat, tapi lima, tapi juga satu. bertahta atas seluruh gerak tari, yeah, aku adalah penari, kuajarkan kau nanti bagaimana menari yang baik, karena yang benar itu tidak pasti baik, dan yang jahat bisa jadi baik. menari, dengan atau tanpa pakaian, adalah sistem bukan? respirasi, oksigen, karbondioksida, oksigen, karbondioksida, begitu seterusnya. dan ambillah kejutannya, bernapaslah dengan matamu, karena jika kau menari, kau harus menekan cuping hidungmu, menutup lubang gelapnya, dan kau harus membuka matamu.
jangan menghitung.
bukankah sudah kuperingatkan kepadamu, di sini hitungan cuma mainan anak-anak, dengan jenazah yang mereka temui di sisi-sisi jalan menuju rumah mereka, atau juga menuju sekolah mereka, yang kadang mereka ambil jantungnya sebagai taruhan bermain kelereng. membacalah dengan tidak menyebut nama apapun, sebutlah dirimu, dan rasakan diriku di dirimu. ulangi sekali lagi.

selamat malam. bermimpilah kau bisa melupakan aku.
esok, percayalah, aku akan berubah bentuk. kau kenali aku?

-Warung Kalde Jatinangor, 11 Mei 2002

14 Mei 2002

aku menolak coppernicus!
aku menolak heliosentrisme...
siapa aku katamu?
aku yang ada disini
aku yang menggenggam tanganmu
aku yang membelai rambutmu
aku!
aku hanya bisa menangis dalam diam
dan yang lain tak mendengar isakanku
dan yang lain tak melihat tetes airmataku

2 bulan ini tak menjanjikan kehidupan bagiku......

13 Mei 2002

sunyi pernah mengoyakku begitu rupa di pojokan sebuah jendela suatu sore. suara-suara kita hilang ditelan suara motor dan emosi yang tertahan. lalu dua hari aku tertidur tanpa atap dan membawa sesuatu yang hancur. hari ini datang terlalu cepat dan tanggal menjadi tanggal, perayaan menjadi perayaan dan arti hanya tinggal arti. hari ini tanggal tiga belas mei dua puluh ribu dua, dua tahun setelah kita mengikat sebuah janji subuh-subuh, pagi-pagi sekali, empat tahun setelah peristiwa yang mengguncangkan nusantara. tanggal tiga belas apakah hari yang akan selalu menjadi celaka? begitu tanya seorang temanku pagi ini, sama seperti diriku bertanya-tanya tentang itu lima hari yang lalu.

yogya, 13.05.02
met ultah buat imam, juga hai buat semua. sorry dah lama gak nongol, sementara tampilan hanyakata begini dulu, klo ada kawan2 yang mo merubah silakan, gpp. aksesnya aku serahin ke ling2 ama ting dulu. aku mungkin mo mundur dulu sampe juli, gak nongol sering2 tapi jgn patah semanget nulis yah?:)

salam,

astrid

12 Mei 2002

terlalu gersang disini
semula ku kira hijau
terlalu gelap di sini
semula ku kira kilau

kekosongan yang dingin
ke dinginan yang sendiri
kesendirian yang ramai
ramai oleh aku aku

satu sosok terpaku
karena ku
satu sosok tertombak
karena aku berontak

punya kuasa
tapi diam saja
punya tahta
ditinggal atas nama cinta

aku manusia celaka
siapakah yang dapat
melepas aku dari tubuh ini
di bawah matahari semua sia sia

11 Mei 2002

sesungguhnya aku ngga begitu mengerti kedewasaan itu ,
kadang aku puas dengan apa yang ku muliki ---- hingga aku
terlena didalamnya , namun kapan pembenaran itu hadir dalam
langkah kecil ini

sejujurnya aku kurang begitu puas atas jawaban yang
menyebabkan aku harus berfikir seperti teka teki yang
menjanjikan hadiah besar tuk diri ini . Entahlah ...aku
menulis hanya kerena keinginan tangan mencoba berbisik
walau itu sebenarnya ngga mungkin

Siapapun dia yang membuat ku harus memegang erat martil ini
tuk pecahkan teka teki itu __SLAMAT__ sbab dia mampu mbuat
ku cukup berfikir malam ini .Setelah penjelasan itu ku coba
pasti memahaminya walau sulit . Dan apa pun itu aku pasti
menemaninya disisinya saat dia membutuhkannya...

bila dia berfikir atas kata pembenaran nya ini "itulah
bellenggu cintamu " atau apa pun sebenarnya arti harfiah
nya , dia salah besar karena itu adalah karunia
kasih Tuhan pada diri manusia masing masing bukan
belenggu ___JADI PASTIKAN ITU TERINDAH

10 Mei 2002

"di ujung senja itu.....kuurungkan niatku untuk bunuh diri"

08 Mei 2002

waktu membaring
sembunyikan segala taring
di taman tua asing
daun jatuh kering
dibawa angin garing
melayang perpusing pusing
dalam sunyi mendenting
ia mendarat di kening
bawa pesan teramat bening :
saatnya untuk hening.

" mengapa engkau gemuruh, wahai jiwaku ? "

07 Mei 2002

barangkali
barangkali namaku telah kau hapus
dengan bulir didih asmaramu
oleh hembusan kepak birahi

barangkali namaku telah kau hapus
ditepi ingatanmu disebuah titik merah
urutan lembut geser aku di isi hati mu

barangkali namaku telah kau hapus
dengan ucapan nama yang baru
oleh muaknya busa mulut makimu

namaku takkan luntur oleh tangismu
karena tak ada tangis di detik itu
seperti hilangnya gelap di pagi hari
tunggu aku diujung sore
entah kapan itu..............

06 Mei 2002

dia melemparkan kepalanya ke tembok, bukan tanpa perasaan tetapi dengan penuh kesadaran.

05 Mei 2002

engkau adalah mutiara
yang tercipta dari segala kinerja otot jantungku
engkau adalah embun
dari air yang meresap membasuh setiap pori-pori

dan aku adalah setiap kata yang terbungkam
dari pepohonan yang tertebang
dan aku adalah setiap penyesalan
dari tiap rencana yang terbuang
aku mencintaimu sesaat ketika pandangan kita bertemu
aku mencintaimu sesaat ketika langit merah berubah hitam di senjakala
aku mencintaimu sesaat di kesenyapan sebelum badai datang
dan aku merindukanmu
ya, aku merindukanmu, seperti padang pasir merindukan air
seperti biji-bijian musim dingin menantikan musim semi
seperti artefak budaya purba menantikan saat bercerita di sudut-sudut altarnya

04 Mei 2002

Tuhan, sungguh Kau maha indah
Aku masih mencintaimu
Tapi kenapa aku yang paling **bego** disini =)
Tuhan, sungguh kau maha indah
aku hampir mencintaimu
tapi kenapa aku tak bisa menulis seperti zaM =)
Tuhan, sungguh kau maha indah
aku hampir mencintaimu
tapi kenapa aku selalu membohongimu =)
tanganku masih berlumuran darah
keringatku masih terlihat jelas di bajuku
nafasku masih tak teratur, dadaku naik turun

tuhan...
aku telah membunuhnya!!!

matanya memerah, tatapannya tiba-tiba kosong, antara ada dan tiada.
lusuh bajunya dibiarkan begitu saja. oh, kini air matanya jatuh. tuhan, dia mulai lupa siapa dia,
mulai tak ingat siapa aku. hujan belum lagi reda. halilintar masih sambar menyambar.
tak ada lagi pelangi... mustahil, katanya.
lihat, kini ia genggam sebuah pisau..

"matahari...kubunuh kamu!" teriaknya, lima senti dari telingaku...
kata-kata menjadi cermin-cermin masa-masa lalu
masa-masa depan cermin-cermin dari detik-detik
yang tercipta sebagai momentum-momentum
di saat-saat kehadirannya dalam hidup-hidup
tiap-tiap orang yang selalu saja menyisakan
makna-makna beragam yang kadang berseberang-
seberangan meski dalam momentum yang sama

kadang juga seperti ini: pengulangan-pengulangan yang memuakan!

03 Mei 2002

ah mengapa jadi gelisah...padahal kisah ini sudah menginjak tengah-tengah halaman sebuah buku. lunglai aku melihatmu dengan sepotong matamu yang selalu bergema-gema di langit-langit kamar. kantuk sudah semua gundah, tertidur di sebuah kamar dengan tembok putih yang baru saja dicat kelupasnya. kisah ini sepertinya akan mati sebelum mencapai kata-kata penghabisan.
perenungan itu semakin dekat...

01 Mei 2002

melangkah...menyusuri... tepian pantai, ditemani semilir angin yang berhembus dan teriakan-teriakan ombak seakan merasakan galaunya hati. saat terindah untuk berbagi segala angan yang terselip dalam angan namun tak seorang pun akan mendengar.
Dikejauhan lembayung senja tersenyum memandang anak manusia yang sedang gulana menatap setiap langkahnya yang gontai...langkah kaki itu terhenti tatkala terdengar desahan dan isak tangis...
dengan keingintahuan yang bersumber dari kodrat manusia langkah kaki menuju suara-suara... isak dan tawa...
Kecut hati melangkah, miris memandang tubuh indah bersimbah keringat... yang bersusah payah mendobrak pintu-pintu air kota...
di kesunyian alam, di keremangan senja tergolek tubuh penuh darah... yang dikorbankan untuk membuka terowongan rahasia kehidupan...

di kedalaman laut tak terkira... masih adakah kehidupan yang tak ada pengorbanan...? langkah kakipun terus berjalan menyusuri pekatnya kehidupan malam, diiringi kilauan cahaya bintang bagai permata yang ditebarkan ke langit luas.. namun sang malam harus berkorban untuk sebuah kehidupan yang rela di campakkan saat siang datang...