31 Maret 2004

ODE UNTUK DAUN
: Arthur Rimbaud

sebilah daun mengendap
memasuki kamarku
menyuguhkan sarapan pagi

membawa serta sebuah perayaan
Anak-anak kecil berlarian, orang tua bergerombol
Balon-balon dilepaskan, langit menjadi penuh
Oleh pesan yang datang dari bawah

sempatkah sebilah daun yang gugur
menyapa ranting dalam perjalanannya ke tanah?
Untuk sebuah sarapan pagi, dia tidak akan

Untuk hari ini,
Aku tahu bagaimana
Merayakan hidup

2004
ODE UNTUK DAUN
: Arthur Rimbaud

sebilah daun mengendap
memasuki kamarku
menyuguhkan sarapan pagi

membawa serta sebuah perayaan
Anak-anak kecil berlarian, orang tua bergerombol
Balon-balon dilepaskan, langit menjadi penuh
Oleh pesan yang datang dari bawah

sempatkah sebilah daun yang gugur
menyapa ranting dalam perjalanannya ke tanah?
Untuk sebuah sarapan pagi, dia tidak akan

Untuk hari ini,
Aku tahu bagaimana
Merayakan hidup

2004

30 Maret 2004

adalah sejarah. dan kenangan yang berhamburan
bintang jatuh. bulan di padang. nitenite.
seorang koboi berderak memulai perjalanan
dua puluh langkah berikutnya ke depan.

maka bergayutlah aku. bergayutlah padaku.

adalah sejarah yang menyerpih debu. dan aku,
satu sementara yang mengakar!
Sebuah Lagu Buat Dermaga Merah

Nada dasar G
Tarik nafasmu dalam.
Ah.

Aku kehilangan syair yang tadinya hendak kutuliskan.

Ah.
Aku menjentik air.
Ada bayanganku disana.

Sendirian.

*Sajak buat seorang kawan
(BuRuLi, LeBul: 30 Maret 2004)

29 Maret 2004

sementara menara batu ini meninggi
dengan ujung gapai awan dan surga pasti
karena pohon-pohon memayat dan singa mengompong gigi,
di kedalaman para tikus dan lumut-lumut ,
serambut demi serambut,
tidak banyak-banyak menyebut,
bersumpah hanya akan makan batu dan sinaran matahari,
berdoa suatu hari nanti
menara kan memeluk bumi.

28 Maret 2004

dimatamu, Las Vegas ada dimana-mana,
kuaktifkan lampu sirene untukmu
hanya sekedar tuk memperingatkanmu...
"aku bukanlah Las Vegas!!!"

satu kecupan hanya seharga lima cent,
apakah begitu murahnya aku dihadapanmu?
kalau memang begitu,
engkau t'lah menyikut dadaku dengan kawat berduri,
engkau juga t'lah menyiram tubuhku dengan air keras,
akan tetapi, engkau juga mengurung diri sendiri
didalam kotak kubus kesengsaraanmu,
didalam kerlap-kerlip lampu kesengsaraan Las Vegasmu...
terpaan angin masa lampau yang riuh
kini menyapu telinga dan mendatangkan gemuruh
hingga membuat ombak samudera merusuh,
kelopak-kelopak bunga pun tak habis meluruh
terbang hanyut terbawa air sungai yang keruh...

apa lagi yang harus disentuh jemari lentik?
yang telah melepuh terbakar saat menyalakan batu pematik
dan menghanguskan seluruh putik-putik,
hingga nafas pun kian terbengkalai dari detik ke detik,
kini rangkaian kata-kata menjadi hamparan titik-titik...
kau berikan satu kesempatan yang tak pasti
s'bagai arti dari penasaranmu menghadapi hidup ini,
kau persembahkan sayatan luka didadamu
s'bagai lambang dari kesakitanmu didalam hati ini...


lantas dimana letak masa depan?
yang telah terusik dinding-dinding buntu
dengan langit-langit berhiaskan duri-duri stalaktit
dan lantai-lantai bertaburkan duri-duri stalakmit,
menghambat langkah-langkah kaki
yang sedang berjalan sehingga terhenti
diantara persimpangan lalu lintas yang tak berrambu...
bersama tuas kemudi yang patah dipembelokkan
diantara kiri dan kanan yang menjadi pilihan
teramat sulit tanpa bukti dan saksi...

kau menghadiahkan rusuk yang patah
s'bagai penjelasan maksud dari keputus-asaanmu
didalam getirnya takdir ini,
engkau pun menitipkan salam terakhir
s'bagai kutipan jemuh dari luka sepasang bola matamu
yang telah bosan dan enggan melihat dunia ini lagi...
malamku diportalmu


Malam itu aku bertemu dengan belahan hatiku, menyakitkan sekali saat melihat sayatan daging terpisah dari anggota tubuhku. Namun apa boleh buat, tak ada seorang pun berkuasa menutup lubang air mata hingga pada akhirnya membanjir di seluruh halaman portal.

Entah mengapa malam itu langit begitu marah. Embun dan jelaga begitu tak ramah terasa didalam paru-paru. Sehingga pepohonan pun menggugurkan seluruh dedaunan sebagai pertanda pasrah.

aku melihatmu naik ke mobil bersamanya, dan mobil itu telah menabrakku hingga tewas disekitar area tempat parkir. Bersama asap hitamnya yang mengepul didalam ruang nadiku. Namun pada saat itu, mengapa engkau masih tersenyum dan berusaha untuk memberika perhatianmu padaku? Kau tahu semua kekhawatiranmu menjadi ibarat jutaan silet yang datang menghujam sekujur dadaku. Ada yang menyayat, ada yang menancap, bahkan ada pula yang menembus.

Aku gemetar dengan raga yang hampir membeku kedinginan, melihat seluruh jemari yang terputus-putus oleh ketajaman wajah tak berdosamu. Bahkan sembilan roh pun tak tersisa didalam tubuh ini, karena melarikan diri ketakutan. Aku mohon padamu untuk memusnahkan bibit cinta yang telah engkau semai di tanah suci ini, tanah ini masih bersih dari dosa.

22 Maret 2004

Bayangkan apa yang selalu terjadi pada diri anda...
Terkadang .. ketika Anda menangis .. tak seorang pun yang menyadari
linangan air mata Anda.
Terkadang .. ketika Anda amat sedih .. tak seorang pun yang melihat
kepedihan hati Anda.
Terkadang .. ketika Anda bahagia .. tak seorang pun yang memperhatikan
senyum mengembang di bibir Anda.

Akan tetapi

,......................................................................

Ketika Anda kentut semua orang menoleh ke diri Anda.
Mengharukan sekali,.........

20 Maret 2004

Sajak Puteri Malu Menunggu
: Chan

Merunduklah puteri malu
Ada sesuatu menyentuh rindu
Mengkristal ia gigil membeku
Ups!
Kau tertusuk duriku?

(BuRuLi, Blok M: 20 Maret 2004)

13 Maret 2004

insist dan akademi kebudayaan yogyakarta

mempersembahkan

PEMENTASAN TEATER ORANG-ORANG YANG BERGEGAS


Sutradara: Landung Simatupang, Puthut Buchori
Penulis naskah: Puthut EA
Pimpinan produksi: SM Anasrullah

Pentas Teater Orang-Orang Yang Bergegas ini akan dilaksanakan pada medio Maret-April 2004 di 6 kota yang tersusun sebagai berikut:

JAKARTA
Hari, tanggal : Senin, 15 Maret 2004
Jam : Jam 19.00 – 22.00 WIB
Tempat : Gedung Kesenian Jakarta

BANDUNG
Hari, tanggal : Rabu-Kamis, 17-18 Maret 2004
Jam : Jam 19.00 – 22.00 WIB
Tempat : Gedung Pertunjukan Rumentang Siang Bandung

MALANG
Hari, tanggal : Jumat-Sabtu, 26-27 Maret 2004
Jam : Jam 19.00 – 22.00 WIB
Tempat : Universitas Muhamadiyah Malang

SURABAYA
Hari, tanggal : Senin, 29 Maret 2004
Jam : Jam 19.00 – 22.00 WIB
Tempat : Universitas Petra Surabaya

SOLO
Hari, tanggal : Rabu, 31 Maret 2004
Jam : Jam 19.00 – 22.00 WIB
Tempat : Taman Budaya Surakarta

YOGYAKARTA
Hari, tanggal : Jumat-Sabtu, 9-10 April 2004
Jam : Jam 19.00 – 22.00 WIB
Tempat : Purna Budaya Yogyakarta

tiket bisa didapatkan di tempat pertunjukan
di masing-masing kota pada saat pementasan berlangsung


nb: mau ketemu gwe?:P dateng pas pentas, oce, beli tiket:P! bocoran buat yang di jakarta, tiket price utk jkt: Rp 30,000 - 50,000 - 75,000

SUPPORT US!!
SUPPORT YOUR LOCAL THEATRE PERFORMANCE!!!

08 Maret 2004

Pembual

mengapa unta harus dipaksa berteman hutan?
mengapa panas debu dipaksa beristri hujan?

Pembual di siang hari
membual indahnya surga bersungai darah dan mani.

hah ... bunga bangkai itu bau
tak sebangkai nafas teriakanmu.

07 Maret 2004

Suatu saat kita akan bercakap-cakap,
kalau boleh meminta, di palung saja.
Bagaimana Engkau membusur pelangi
mengajar burung bernyanyi, singa berlari,
menggantung awan memendam samudera
mewarnai tanah,daun,senja
dan ...
menjalin aku di rahim ibu.

Aku ingin pula melihat air mata air mata
yang Kau tampung simpan.
Kalau boleh,
aku ingin bermain-main dengan mereka.
Terakhir....
bagaimana rasanya Engkau dulu mati ?

06 Maret 2004

Berangkatlah engkau Little Missy!
Terbanglah engkau tinggi
Tinggalkan saja selembar bulumu disini
Bila kau ingat pulang kembali?

Percayakan saja arah kita pada Maha Cahaya!
Maha Penentu Segala Cuaca!

(BuRuLi,LeBul:04.03.2004)

02 Maret 2004

betapa menyakitkannya menahan cemburu
betapa menyakitkannya karena kau tiada pernah tahu
betapa menyakitkannya termenung sendiri di kala malam tiba
betapa menyakitkannya ketika menyadari kau tak mencintaiku
apa yang telah kulakukan sia-sia