27 Januari 2005

kupersembahkan padamu tiga batang dupa
dan dua lilin putih yang telah meleleh
sebagai ungkapan terdalam rasa turut duka citaku
atas kepergianmu bersama gelombang badai tsunami.

hari ini adalah hari imlek,
tetapi tak ada tarian barongsai disekitar jalanan lagi,
tiada kata "GONG XIE FAT CHOI" lagi...
karena keharuman aroma cendana telah memudar
digapura kesedihanku yang berair mata diatas layar pusaramu,
dan kini... berubah menjadi bau amis tanah merah
meratapi tempatmu tujuh hari disemayamkan.

mereka sedang berpesta pora dengan meriahnya disana,
sedangkan aku disini menunggu kepulangan arwahmu
dimana hari ke empat puluh sembilan tragedi tsunami
yang bertepatan jatuh pada hari imlek tahun ini...

24 Januari 2005

aku mengharapkan hitam
datang kepada kepala-kepala buram
kepala alpa manusianya diri
perampok nafas dan darah bumi anak dalam
sembunyikan pada rahim bumi terdalam
tempat terang adalah igauan
tempat malam tersetat jalan
kertak gigi adalah laguan
dan sesal adalah kekekalan.


23 Januari 2005

kesombongan


hembusan angin yang merinding kuduk
telah membawa serta laras bersenapan luka
diantara desau murung pepohonan yang memancung raga
dan tulang kering dedaunan yang menyunting silam
akan kedatangan sebuah ilusi kematian...

pria itu telah melafalkan sesajak nafasnya,
yang terengah-engah membisu didalam bisiknya
hingga keringatnya pun membintik debu-debu diantara embun,
bersama sebatang puntung rokok yang mengabu
diantara asbak kekosongan...

selanjutnya,
penantian angkuh yang tak pernah kunjung tiba
tertebar disepanjang pelabuhan angkara
dengan mempertahankan sesudut kekerasan jiwa
yang masih saja penuh dengan ungkapan kesombongan...

08 Januari 2005

akhirnya

akhirnya..

aku letih. tapi aku masih berpaut. hati tiada cuma.

ternyata suara pukulan kentongan sekalipun
masih belum berkuasa menemukan jasadmu...
sedangkan disana lonceng kencana masih terus berdentang,
dan menjuntaikan sepasang tirai putih
disepanjang kota tempat bau anyirmu menyebar...

'By'...kemana lagi mustinya langkah kakiku menginjak?
kepada siapa lagi hatiku menggugat
kembalinya arwah beserta tubuhmu?

lihatlah...
kini tubuhku menangis terlentang diantara tubuhmu
yang dijejerkan diantara tubuh mereka,
engkau telah berpulang, meninggalkan ribuan kasta
yang masih menjadi pelayat dibundaran dunia kita,
kini sudah membekuk seluruh roh perana kematian
bersabda diatas ringkikan kuda dan embikan domba,
lengkingan suara tangis yang keriut
menggaung ditengah balai-balai kehancuran...

'By'...
apakah kini engkau sedang duduk bersila dipekarangan taman firdaus?
sebab pesanmu tergurat dibatu-batu berlumur darahmu.
doaku, berbahagialah engkau disana...
setelah jeram tsunami menjerangmu,
mengarungimu, menggugah arah tujuan hidupmu
untuk segera menjelang eden!!!