04 Agustus 2003

Vadhitya Shivapala

Benderang pedang pendek berukir bunga matahari itu kini telah pekat berlumuran darah. Saat tetak-demi-tetak berayunan dari pagi hingga petang. Sampaikan lampau pada pesan di kaki burung-burung nasar yang beterbangan riuh pada dini hari menjelang. Serpihan pasir itu butir-butir kata yang tak terucapkan. Rumpun ilalang itu kalimat-kalimat yang tak terselesaikan. Sabana itu syair yang tak tertafsirkan. Maka serat jiwa pun tertulis dengan tinta kama dari pena tulang rusuk kiri yang patah. Persetan dengan satyakala yang merah marah. Jemu sesal dan dendam ranggas sudah rancap ke akar, menebar kebencian sampai ke lapisan kerak bumi ketujuh. Sampaikan pada dunia: Gaia telah terbunuh!

[04.08.2003]

Tidak ada komentar: