Asa Patah
perasanku tumpah tercecer dilantai
mengerang menanti persinggahan
mengaduh menjelma iblis menakutkan
membuatku gundah tak bisa tidur
tangisku bekam tawaku semu malamku mencekik
rinduku beku tak tersalurkan
cintaku tak terbalaskan
hanya bingung menimpa mengiba-ngiba
menanti peluh rata tanpa kasta
lamalama aku bisa gila mencintaimu
lamalama aku bisa stres memujamu
lamalama aku terkapar merindumu
lantas mengapa semuanya jadi samar
seakan mengiring damar dalam remang malam
terangku tak bisa lagi menerobos dindingmu
telalu banyak cahaya disana
sinarku tak lagi mampu menyapa jiwamu
banyak yang terseret disana
menanti lembutmu mencari harum paras mu
sayang, banyak kata terbunuh hari ini
membaur tak jelas entah kemana setiap hurupnya beterbangan
ya, rangkaian bunga duka untuk hatiku yang makin membugang
menyentak melembut memecah dalam padu rindu kesal ragu
kadang dadaku terbakar, mencari kalimat kabur tanpa pamit
kemarin bangau itu menyapaku, mengajaku berkeliling
kemudian bercerita tentang alamnya yang tak lagi dibebani rindu
Cairo, 20 Agt 03
Tidak ada komentar:
Posting Komentar