22 Agustus 2003

Asa Patah

perasanku tumpah tercecer dilantai
mengerang menanti persinggahan
mengaduh menjelma iblis menakutkan
membuatku gundah tak bisa tidur

tangisku bekam tawaku semu malamku mencekik
rinduku beku tak tersalurkan
cintaku tak terbalaskan
hanya bingung menimpa mengiba-ngiba
menanti peluh rata tanpa kasta

lamalama aku bisa gila mencintaimu
lamalama aku bisa stres memujamu
lamalama aku terkapar merindumu
lantas mengapa semuanya jadi samar
seakan mengiring damar dalam remang malam

terangku tak bisa lagi menerobos dindingmu
telalu banyak cahaya disana
sinarku tak lagi mampu menyapa jiwamu
banyak yang terseret disana
menanti lembutmu mencari harum paras mu

sayang, banyak kata terbunuh hari ini
membaur tak jelas entah kemana setiap hurupnya beterbangan

ya, rangkaian bunga duka untuk hatiku yang makin membugang
menyentak melembut memecah dalam padu rindu kesal ragu
kadang dadaku terbakar, mencari kalimat kabur tanpa pamit
kemarin bangau itu menyapaku, mengajaku berkeliling
kemudian bercerita tentang alamnya yang tak lagi dibebani rindu

Cairo, 20 Agt 03

Tidak ada komentar: