17 Februari 2004

begitu ketusnya tutur katamu dimalam itu
hingga menciptakan beban-beban neraka
yang tak pernah habis tergali oleh sepotong cantol.

otak bukanlah sebuah mesin
yang terletak diantara lipatan dengkul...
engkau pun tahu dan sadar akan perihal itu
sebab muslihatmu terlalu biadab
tuk mengotori nama sebuah cinta
yang pernah engkau terapkan semasa perjalanan kita
dan kini t'lah mematahkan jaring-jaring lingkar
roda sepeda kita ditengah jalan
berserta piringanmu yang menampik s'luruh arwah-arwahku
kedalam bianglala yang kabur,
yang membisu tanpa sedetil penjelasan
ditengah pariwara dusta...
penuh dengan sandiwara phantomim...

silahkan tutup saja layar panggung sandiwaramu
kar'na ribuan penonton pun t'lah mengetahui akhir kisah kita...


Tidak ada komentar: