19 Februari 2004

Sebagai kaca meretak jiwa

Berusaha memahamimu.
Diam aku memeluk lukaku.
Sendiri.

Akulah perempuan bodoh itu.
Mengaca pada batu.
Mencintai seonggok ragu.

Diam.
Diamkanlah aku.
Supaya aku tak lupa nikmatnya hening.
Supaya aku tak takut kembali membening.

Cair!
Cairlah engkau hati membeku.
Kembalilah jadi embun.
Memerciklah engkau seperti dulu.

Ya.
Diamkanlah aku.
Supaya aku ingat bersyukur.
Bahwa pernah diberi umur.

" Yang sebentar itu.
Bersamamu"

(Menangis. Menatap langit. Diantara yang berjuta itu aku adalah satu. Tapi dia adalah kejora. Dan aku bukan apa-apa.)

(BuRuLi, LeBul: 18.02.2004)

Tidak ada komentar: