05 Februari 2008

ziarah tuan penyair

aku ingin merekam gerak angin dari perjalananmu tuan dari desir dari cemas mungkin mual
membaca gelegak persinggahan persinggahan kata yang berbiak liar dan binal
ia yang kikuk bermain kata ia yang canggung menggiring kata
membuka menutup folder menanggung kesepian sepanjang hidup
semua telah tertata rapi tuan dalam file file masa depan puisi puisi palsu
yang seolah berlari cepat ditempat semula jangan bertanya tentang apa apa
kau yang mulai mengutil gaya dan kata kata penyair terdahulu dalam gerak senantiasa terbaca
ya mari bergaya tuan dalam suasana pop dan banal peragakan posemu dalam gaya itu
ketika kata kata mengkelabu dalam denyut denyut pasar pasar
urat nadi penyairmu tak lagi berpancaran lesu berhadapan dengan teriak anak anak sekolah
mampus berhadapan dengan chairil sutarji sapardi gunawan dan para bangsat pendahulu

(aku ziarahi kau berulang ulang tuan atas segala berulangnya kematian
dari rahim kata kata yang belum selesai mengamukkan sepi aku tuntas sendiri
malam nanti mungkin kau tikam dirimu mungkin kau akan amis sajak sajak
ayo tergelaklah bersamuku dalam tak tik keyboardmu
sebelum virus menghapus huruf huruf ditimbunan segala sajak copy paste ini )

tuan tidakkah kau lelah membaca tanda tanda dan tak tahu tersesat didalamnya
dari deru perjalanan tak usai usai mengkibas kibaskan nasib dideras kata mengalir
gerbang demi gerbong telah langsir kau sadari kau wayang sekaligus dalang dan penontonnya
kau mayat penyair yang akan mengubur dirimu sendiri
mari tuan telanjang dan bergaya dalam suasana melodrama menjelmakan diri sebagai darwis sang penari
mari bersuka mari berria menyakiti diri sendiri dalam lamun kanak kanak abadi
jangan kau menanyakan sesuatu yang menyelinap dalam serpih waktu tentang kesetiaan
bercerminlah mengagumi diri sendiri dan mengenang gairah gairah konyol di perjalanan puisi
membisik lirih dari rusuh dadamu apa lagi yang harus kubeli selain mimpi mimpi
dalam gerak lambat dibangunkan oleh kuyu dirinya ia ucap: banyak yang belum rampung tuhan

yogyakarta, februari 2008

Tidak ada komentar: