03 Juni 2003

rendezvous

di kotamu aku menjadi layanglayang, menjelajahi cakrawala yang senandungnya
menggetarkan ombakombak parangtritis. di persimpangan itu, kutatap kembali
sosok hitammu yang semula hanya mimpi. seperti layaknya pertemuan
kau dan aku berjabat dalam bahasa paling sederhana
: seulas senyummu masih saja menyimpan luka - pemakluman akan rasa sakit
yang bersemayan sejak lama

menyusuri jalanan kotamu, ada rindu yang berebut ingin diucapkan. ada damai
yang menyelusup ke setiap pori, seperti matahari yang diamdiam menyimpan
gigitannya pada setiap inci tubuh. ada senandungmu yang membiarkan seluruh
letihku berdiam di punggung kesabaran

hanya engkau yang mampu memaknai resah ini. seperti juga telah kumaknai
sisa perjalananmu setelah kematian itu satu demi satu kau cecap, meski akhirnya
kau harus lahir kembali
inilah aku dalam usia senjamu
telah kau cipta rumah di mataku. agar kelak jika kau ingin pulang, akan ada tempat
untuk kembali merebahkan diri, mempersiapkan perjalanan baru

inilah aku dalam usia senjamu
menjadi rumah, menunggumu melangkahkan kaki
pulang dengan karungkarung ingatan yang suatu saat akan kau kisahkan padaku
dalam diam, dalam hening tanpa kata

pertemuan kita menjadi upacara kedua, tempat seluruh harapan dibakar api unggun
asapnya membumbung ke udara sebagai do`a.

yogya, 25 mei 2003

Tidak ada komentar: