10 Februari 2003

-32° C

(sore datang dini)

sendi ruas jemari kaki gemeretuk kaku nyeri oleh jepitan gigil winter, frost meruncing di ujung rumputan. sore ini aku datang di gerbang dairy farmmu disambut bau kencing sapi dan kompos jerami, hanya ada sepi dan kristal-kristal salju melayang sesekali, tak ada keramahan. kehangatan seperti apa mungkin hadir dalam musim dingin begini?

tetapi ada hangat uap nafas menyapa bibir tropisku yang membiru beku dan sedikit kilat lip-gloss menjelma jadi birahi. hidung siapa itu menyala di sebelah pipi? sedangkan aku mulai bosan menjadi musafir, negeri ini terlalu beku dan tak lagi menyisakan peduli, tapi basa-basi apa lagi yang kuperlukan dari pelukanmu yang terperam berhari-hari?

(ada yang retak di sini)

seperti gergaji es dan garam pasir, seperti pisau sepatu luncurmu menggores permukaan yang mengeras oleh musim yang lain di album mimpi. mari kita masuk ke ruang yang hangat, di mana ada kayu api, secangkir cider panas dan sekerat roti: kita akan membakar banyak kalori sore ini

(setelah pagutan pertama, dan sedikit percakapan basa-basi)

biarlah kita tunda dulu makan malam, aku masih mengeringkan kaos kaki. "asal jangan kau keringkan hati," bisikmu sambil kaunyalakan televsisi. aku membayangkan dirimu menari, dalam langkah empat ketukan yang rapi, tetapi ada yang meloncat-loncat di jilatan api

mataku. mungkin juga di tungku api, atau radio melaporkan ramalan cuaca: badai akan datang besok pagi

(maafkan sayang, di mana kamar mandi?)

"mari kita merayakan natal lebih awal," katamu, karena desember akan membawa bau tubuhku pergi dari ruangan ini. lalu kaukenakan topi merah santa dan jaket tebal serat biri-biri

ah, betapa kurindu matahari

Tidak ada komentar: