25 Desember 2002

Usiaku adalah rekah kelopak mawar sempurna. Dilumur kisah-kisah yang berkelebat singgah, pinta yang diam berakbar sembunyi-sembunyi diantara duri perisai diri. Jiwaku tumbuh subur oleh teman-teman setia -matahari, embun pagi, hujan, senja, halilintar, bulan, langit. Pada bola mataku adalah dedaunan gugur dan kupu-kupu buruk rupa yang tanggal sayapnya. Dan damai ada pada lampu neon yang sia-sia membakar....

Mawar ini kebetulan hidup di satu sudut kota yang ternyata masih menyisakan sepetak kecil lahan untuk berbagi dengan ilalang. Juga pohon mangga di samping yang entah sejak kapan menjulang tinggi, terlalu tinggi. Kukutuk kau! Berhentilah engkau pada pertumbuhanmu dan tunggulah aku merambat sampai ke puncakmu. Lalu ceritakan tentang bidadari yang melenggang lupa menoleh kepada kita seperti dulu lagi. Entah sampai kapan mulut ini letih menggumamkan darah!

Aku mawar salah-tumbuh berwarna putih yang tak benar-benar berwarna putih cemerlang. Barangkali ini putih yang pucat pasi membaca kata-kata yang terlalu banyak disampaikan angin. Lalu yang terlalu lama menggumuli musim dan tak luruh sebagaimana badai menikam-nikam. Atau badai gemilang yang belum datangkah?

Tidak ada komentar: