24 September 2002

satu berita dibawa angin malam ke pekarangan rumahku,
kabar tentangmu, tentangnya, dan sesosok janin bakal anakmu

haruskah tersenyumkah aku? atau malah harus kucibirkan bibirku?

aku tidak tau, karena sampai detik jariku melekat di kanvas ini pun aku masih saja menimbang-nimbang peran apa yang sebaiknya kulakonkan

:yang pasti rinduku mati dibakar pahit

Tidak ada komentar: