08 Maret 2002

Sebuah cuplikan yang bagus sekali dari novel "Ziarah"
karya Iwan Simatupang...

-------------------------------------------------------

Bekas pelukis mengejar sang mandor.

"Ada apa?" tanya mandor, kesal, gerah, lapar.

"Saya ingin bertanya sesuatu."

"Apa?"

"Saya... ingin menanyakan kuburan seseorang yang semasa
hidupnya adalah isteri saya."

Sang mandor tercengang. Baik susunan kalimat ini,
maupun artinya, sangatlah asing bagi pendengarannya.
Tapi dia segera dapat menyembunyikan perasaannya.
Tentulah dia ini seorang sarjana, atau dulu pernah jadi
dosen, pikirnya. Orang-orang dari lingkungan
universitas suka bicara begituan.

"Siapa nama isteri Saudara?"

Bekas pelukis tertawa.

"Saudara boleh percaya atau tidak, tapi saya sendiri
tak tahu."

Mandor mulai merasa kesal. Ah! pikirnya, ini cuma
olok-olok saja. Olok-olok dari orang-orang perguruan
tinggi. Adakah dia, seorang mandor sederhana, harus
meladeni tingkah orang angkuh seperti ini? Lagi pula,
hari telah mulai kelam, dan isterinya menunggu dengan
makan malam di rumahnya.

"Kalau begitu, bagaimana saya dapat menunjukkan kepada
Saudara di mana kuburan isteri Saudara itu?"

"Barangkali saya dapat memberi keterangan sedikit. Dia
meninggal belum berapa lama berselang dan..."

"Berapa lama persis?"

Kembali bekas pelukis menyeringai. Persetan! pikirnya,
aku selama ini hidup tanpa memperhatikan waktu. Bila,
ya bila dia dikubur? Dia menyeringai terus. Sambil
menggeleng-gelengkan kepalanya dia berkata lagi:

"Saudara boleh percaya atau tidak, tapi saya tak tahu."

Habislah sabar sang mandor. Teka-teki silang yang
disodorkan kepadanya ini, tak mau dia terima lebih lama
lagi.

"Kalau begitu, apa yang Saudara ketahui?!"

Teriaknya, menggema ke seluruh pekuburan yang telah
kelam sama sekali itu. Suara serangga-serangga malam
telah mulai kedengaran.

Sungguh terkejut bekas pelukis dibuat mandor berteriak
itu. Apa haknya membentaknya sedemikian rupa? Apa
kesalahan yang telah dilakukannya? Adakah di luar
kaidah-kaidah kesusilaan atau tata krama menanyakan
kuburan sesama manusia, terlebih bila sesama manusia
itu di masa hidupnya adalah kenalan kita, bahkan isteri
kita sendiri? Isteri kita yang...

Air yang teramat panas membasahi sudut-sudut matanya.
Tidak! Penghinaan di malam kelam ini tak dapat
diterimanya. Tak mesti diterimanya. Satu hasrat
berteriak, ya untuk juga berteriak seperti mandor tadi,
padat hadir dalam dadanya. Berteriak sekuat-kuatnya,
seperti yang belum pernah dilakukannya dalam hidupnya.

"Saudara bertanya apa yang saya ketahui, hah? Dengarkan
baik-baik, hai kawan! Yang saya ketahui adalah, dan
hanyalah: SAYA MENCINTAI ISTERI SAYA-A-A-A........!!!"

Tidak ada komentar: