28 Januari 2002

Surat Untuk E

Aku hanyalah seorang lelaki yang cemburu. Bayangkan, aku--yang bagimu mungkin bukan apa-apa-- cemburu. Aku cemburu bila kau bicara padanya. Aku cemburu bila kau mengkritiknya. Aku bahkan cemburu bila kau memandangnya, BAYANGKAN! Betapa lancangnya aku untuk cemburu padanya.

Entah apakah kau lihat atau tidak, tapi aku mulai merasakan sikutnya di rusukku, dan kurasa, akupun mulai menyiapkan sikutku untuk didaratkan di rusuknya. Kata-kata kami adalah pisau yang saling menyayat. Dan luka-luka yang disajikan adalah mawar-mawar yang menghantar diatas setapakmu.


Entahlah

Aku sudah pernah mencinta. Dan maafkan, kalau aku tak mengumandangkan kata-kata seperti di novel-novel romantis. Maafkan kalau aku tak akan pernah berkata padamu; "Aku tak pernah merasakan yang seperti ini sebelumnya, engkau berbeda," atau semacamnya. Karena bagiku, itu terlalu muluk, terlalu cengeng, terlalu gombal. Dan tentu saja, karena bagiku itu tak benar; setiap kisah cintaku tak pernah serupa, tak pernah tak istimewa, bukan karena kau tak berbeda dan tak istimewa bagiku.

Maafkan pula bila aku tak sanggup mengucapkan, "kau adalah cinta terakhirku." Aku sudah pernah mengucapkannya pada wanita lain, di kurun hidup yang lain, dan aku mengingkarinya. (dan bagaimana pula aku bisa mengatakannya bila aku tak tahu apakah kau mencintaiku atau tidak?).

Yang bisa dan sanggup aku katakan padamu saat ini mungkin terlalu sepele untuk kutawarkan padamu; tak pernah lewat watu malam pun --dalam beberapa waktu terakhir ini-- aku terlelap tanpa sebelumnya mereka-reka rencana untuk bertemu lagi denganmu. walau sekejap saja, walau sekedipan mata, sejabatan tangan. Dan bila kau mencintaiku saat ini, aku akan menghabiskan masa bersamamu berusaha membuatmu tersenyum.

Tidak ada komentar: