28 Januari 2002

ketiga

inilah goresan ketiga dariku. goresan yang akan membuka segala rahasia yang ternyata tak juga tumpah di goresan pertama dan keduaku. (adakah kau membacanya?). kusebut rahasia karena memang tak pernah kuceritakan ini pada siapapun (dan apapun). kusebut goresan karena ia lahir lewat tinta busuk, pulpen sekarat yang tak akan terpakai lagi, di atas kertas kusam entah milik siapa. tapi, benarkah ini rahasia? goresan rahasia? menganggapmu tak punya mata, dan jemari hangat yang memegang kunci segala rahasia ini? jiwa yang buta, nurani yang lemah, kepekaan, sensitifitas, rasa yang sigap…yang seakan tak pernah kau miliki? (inilah goresan ketiga dariku, tak membuka apapun barangkali, goresan paling iblis yang keluar di atas meja ini, di dekat gelas kopi tanpa ampas!) malam malu-malu, mengendap mencari pagi. membentuk sudut di ruang pengap ini, sembilanpuluh derajat, siku tempatku bersandar, dan mulut yang siap muntah—cacing-cacing dendam, keganasan ular benci, di akar pohon kemurkaanku. gambarmu kututup, di manapun. di batok kepala yang retak, di segumpal daging hitam yang usang, di dinding-dinding, di pintu masuk, di langit-langit, di atas meja; dan aku tersadar, betapa banyak gambarmu kulekatkan di sini. gambar yang akan musnah kepanasan sebentar lagi, menjadikanmu asap yang membumbung, yang diceraiberaikan angin, tiap-tiap selmu, yang dilupakan, yang dimusuhi. (jadilah kau musuh, segala penolakan seribu penjuru, pintu-pintu yang tertutup rapat-rapat). dan inilah kesialan itu. Rahasia paling gelap, iblis yang menyamar, duri-duri mawar: aku mencintaimu, dengan hati yang penuh jahitan dan dendam yang sesat. karena tubuhmu barangkali, yang adalah piramid tak berujung, horizon paling jauh, gumpalan keselarasan, puncak kesenian yang abadi, sejarah yang cuma sekali, sinar yang tidak memantul tapi diserap. atau sukmamu… gulungan-gulungan halus lembut, asap tanpa api yang lugu, lingkaran hidup sejati, metamorfosa segala kemuliaan, adidaya, belulang yang bukan putih tapi hidup, magnet… pusat… titik tengah! inilah goresan ketiga dariku, rahasia dari tempat paling berliku. yang bersemburan saat bintang cuma satu, karena jendela lupa kututup. racun paling buas dari mulut yang paling busuk, matang yang terlalu. mencintaimu adalah neraka, anyir darah sobekan luka, karena surga ternyata omong kosong…

keparat, aku mencintaimu… mencintaimu… mencintaimu!!!
dan kau akan menolakku, seperti tanah yang menolak tetes hujan siang tadi, yang akan diserapnya nanti. nanti…

Jatinangor, 26 januari 2002


Tidak ada komentar: