04 Februari 2008

quo vadis cintaku?

seorang perempuan "memaksa" saya untuk membuka kembali blog ini, membaca kembali lembaran lusuh yang saya "matikan" secara paksa di satu sisi dalam otak saya.

Ini menyebalkan, sungguh2 menyebalkan.
Baris demi baris kalimat berhamburan berusaha melukai saya, kata demi kata terlontar menusuk-nusuk semuanya.
Lalu hati saya gemetar, jemari saya bergetar. Layaknya terterpa angin puting beliung yang selama ini saya kandangi, keinginan hasrat saya untuk menari diatas jutaan kata timbul lagi.

saya mengumpulkan segenap keberanian untuk membuka kain kafan di hati saya. meraba pelan - pelan berusaha menginsyafi segenap luka. saya berharap semuanya telah pergi, tapi ternyata tidak, darah masih menetes satu-satu, membasahi segala kenangan, menyumpahi segala kebohongan dan penghianatan hati akan diri.

lalu mataku tertuju pada satu baris kalimat yang kutulis waktu segala masih terpuja.
"quo vadis cintaku?" - kemana akan pergi cintaku?
seorang gadis kecil dengan segala kenaifannya mencoba untuk terbang menyentuh bintang, berharap dengan begitu banyak cinta dia bisa berdansa dengan dewa dewi berkerudung sutra asmara warna merah muda.

nyatanya cinta hanya tahi kucing!
karena hati hanya dibuang ke selokan berbau busuk janji palsu.

lalu segalanya menjadi jelas,
satu jawaban atas pertanyaan tempo dulu.
"quo vadis cintaku?"
cintaku kubuang ke lembah nista bernama perzinahan.
dan atas nama zinah kugagahi cintaku

2 komentar:

Anonim mengatakan...

Hellcome to the club, Bella ....(sekali-kali menggunakan bahasa laut ngga apa-apa kan ?

Anonim mengatakan...

lols
kenapa sih musti bella?
kenapa kaga Nie aja yah ^^

ola ting!