08 April 2004

KELUHKU PADA KEADAAN

Telah kusematkan di bibir-bibir angan
akan perjalanan rasa yang terus mengalir
menyusup ke sela pori perlahan
lalu tular menular dari setiap sentuhan
merasuk selaksa warna pada kampas kekosongan jiwa
terbawa bersamanya ribuan tetatih asih
bergentayangan bak roh-roh yang haus
akan persinggahan dan persemayaman abadi
tercecer bagai cabikan-cabikan penantian
serta keluh kesah yang tak kunjung reda
di kemuning menjelang senja pada peraduannya
aku dan belasan hari yang terlewati
adalah angan yang tercampakan
di pelataran-pelataran mimpi
atau setidaknya pada suguhan
jemari dan pundak-pundak mentari
yang mulai menunduk menjemput pekat

Mengapa, merupakan kata yang digunakan
untuk bertanya, namun mengapa dan mengapa
kadang kugunakan untuk menyalahkan
mengapa mereka bilang keadaanya yang
memang kurang kondusif untuk ungkapkan
ini semua walaupun hanya melalui
sandi-sandi usang terulang-ulang
Hahaha....
lihat! lihat disana orang-orang yang
menganggap dirinya suci berjikrak-jikrak
mengikuti irama musik menari terseok-seok
bahkan diselimuti kehawatiran terungkapnya
kedok-kedok getaran halus yang memenuhi
dawai-dawai dan bilik-bilik tipis melangit
bersembunyi dalam jubah-jubah yang mereka
namakan agama, menjadikannya tameng
lalu diusung pada pohon-pohon kedigjayaan
inilah punyaku itu punyamu, dan karena
yang ada padaku aku rasa kurang, maka
yang ada padamu harus kamu serahkan demi
kesempurnaan dan kelancaran sirkulasi serta
keabadian yang selama ini kami idam-idamkan
Lihat! lihatlah wahai pecinta penglihatan
mereka bunuh-membunuh, bunuhlah! bunuhlah!
bunuh yang tidak sepaham dan seralas atau
bahkan bertentangan dan menghalangi apa
yang selama ini kamu kejar dan cita-citakan
jadilah terbaik dari selaksa baik
dari ujung barat ke ujung timur
ujung utara ke ujung selatan, tancapkan
umbul-umbul kebesaranmu sebarkan hingga ke negri
yang konon disetiap awal tahunnya dituruni
salju-salju putih bersih atau ke negri-negri
yang kata orang tanahnya berwarna kuning muda
tancapkan! tancapkan lagi! ayo, jangan pernah
menyerah karena kamu adalah raja diraja

Hari pertama memang kita sama-sama tidak
mengerti kerling mata satu sama lain, bahkan
hingga belasan hari itu terlewati kita masih
tidak mengerti makna yang terselubung dalam
kabel-kabel angan yang terselubung dan terhubung
pada monitor-monitor animasi, atau layar-layar
sentuh. Tapi hari itu entah hari keberapa
pundakku tak sengaja menyentuh ujung pepundakmu
yang lembut, kaupun terdiam tak mau menggeser
aku tidak tahu apa maknanya ini, yang aku mengerti
hanya getaran dan detupan jantungku yang kian
cepat untuk memompa laju darah lebih cepat lagi
mengikuti saluran arteri dan sungsum tulang belakang
lalu memutar di kemujung jejari kaki,tangan dan
kepala untuk kemudian berbalik arah kembali
ke jantung dan begitu seterusnya hingga ianya
tak lagi mampu menyerap oksigen sebagai pencuri
karbon, kemudian berhembus ke dedaunan.

Cukuplah hingga disini saja, tak perlu diteruskan
tanahnya belum begitu subur untuk merawat
bebunga taman impian itu walaupun masih ada
kemungkinan enol koma enol satu persen.

Cairo, 2 April 2004

Tidak ada komentar: