29 April 2004

Bungaku Rumput Liar
sajak syam asinar radjam

Kalau senja mengetuk pintu hari. Dengar bungaku bersendawa. Matahari tertawa bersamanya sedari pagi. Mengenyangkan, katanya.

Kalau matahari hendak pergi, aku membalurkan air putih hingga segar sampai akarnya. Bungaku bersendawa lagi. Besok aku minta matahari lagi, katanya.

Kalau ada bintang, satu, dua, atau banyak sekalian, bungaku malu-malu membersihkan debu dan keping-keping yang layu. Besok aku berikan kuntum yang paling semerbak kepada pagi katanya.

Kalau dia hendak tidur, bungaku itu berdoa. Tuhan, katanya, Jangan ada yang memindahkannya ke vas bunga.

Kalau sudah begitu, biasanya aku mengecupnya. Kamu sudah di tamanku, bungaku rumput liar. Mmmwaah,...

Tidak ada komentar: