21 Januari 2004

sebuah versi alternatif dari penyengsara kehidupan
didalam sunyinya relung batin yang meronta,
merangkak terseret dibalik gorong-gorong
dan hanya ditemani oleh cicitan tikus
disekeliling beceknya air selokan...
sepasang bola mata yang t'lah sayup
hanya mampu menatap dinding penuh ketakutan...

ku t'rus meraba angin
mencari separas wajah yang mampu ku belai,
mencari sepotong tubuh yang mampu ku peluk...
kar'na ku merasa ketakutan...
keheningan t'lah menelanku kedalam mulut kekosongan
sehingga membuatku tak berdaya dan mati
didalam cengkeraman tangan kesedihan
yang t'rus menjerat leherku
agar ku ikut terhanyut bersama jaring pukat harimau
hingga akhirnya aku pun tersedot kedalam lubang hitam
tanpa meninggalkan setapak jejak diantara tanah kuburan...


kemana lagi mata air akan mengalir?
sedangkan arus sungai pun telah terhambat
oleh kerikil dan batu yang telah menumpuk...
apakah dunia harus menunggu tuk dibanjir oleh air bak
yang membendung sampai setinggi awan?
sehingga menenggelamkan seluruh jejak masa lalu
yang pernah tergores diantara kedua pipi
yang bersimbah air mata...
jejak dan langkah yang amat tak pasti...

Tidak ada komentar: