03 November 2003

VIII.
lalu dari hujan dimulailah itu semua. kau menjelma dari sesuatu yang kemudian aku benci namun tidak bisa kupungkiri, pada akhirnya kau akan melebur ke dalam semua bulir-bulir air di sekitarku. kau tiba-tiba besar dan tumbuh bersamaku.

aku melihat ada setan di wajahmu. aku melihat kegelapan di semua sosokmu. muncul ketika temaram lampu menerpa sekujur badanmu. dengan air, api dan tanah. lalu segala wewangian yang kau simpan di tas besarmu. juga foto-foto. juga buku. bukuku.

IX.
kita tidak berani saling bersitatap, ada semacam ketakutan bilamana dunia akan mengetahui rahasia-rahasia terbesar hati kita. rahasia-rahasia yang akan kita bawa sampai mati, sampai liang kubur dan tidak akan meninggalkan jejaknya di dunia ini dan di masa ini. kita memilih untuk selalu melihat ke arah lain, di hadapan banyak orang, selalu memungkiri apa-apa yang kita rasakan, untuk selalu kita rahasiakan.

aku mengerti dan akan selalu mengerti bahkan pada semua tatapan perempuan-perempuanmu yang kesekian. hal-hal yang jika aku menatapmu, aku akan menyadari bahwa aku selalu kehilanganmu benar-benar. dadaku pahit dan miris, lalu semuanya terlihat begitu menyedihkan.

benar kataku suatu kali, kau adalah rahwana yang datang padaku dengan marah dan terluka. selalu dan selalu. keesokan harinya kau akan pergi untuk menggelar perang terhadap rama-rama yang sombong itu, merebut sita yang kau cintai dengan gila dan dengan darah. aku juga perempuan tetapi aku bukan sita yang hadir untuk diperebutkan. bahkan olehmu, rahwana yang selalu mempesona. aku selalu menolak menjadi sita dan peran-peran yang menunggu sampai dirinya membusuk.


X.
ini sudah tulisan ke sepuluh, sepertinya tulisan-tulisan ini benar-benar tidak akan selesai. setidaknya hari ini. malam ini. aku sedang ingin keluar dari rutinitasku sendiri, mengacaukan semestaku sendiri, semuanya untuk memperoleh hari yang lebih baik, hari-hari untuk duduk sebentar, merenung sambil menghisap sebatang rokok. memikirkan apa-apa yang belum lagi selesai. memikirkan segala-galanya agar tidak redup dan mati begitu saja.

hanya berhenti dan berpikir sejenak.

aku ingin bicara tentang apa-apa yang tidak selesai, pada kita dan juga orang lain bersama kita. seperti yang sudah tertuliskan dan terucap berulangkali. di perempatan, di jalan-jalan sampai langit hitam kelam.

Tidak ada komentar: