23 Juli 2003

Ratu Babi

Kini ada yang menjerit-jerit di antara mereka. Berlari dan melingkari. Suaranya menggema mengusir kantuk dan lamunan. Dengus-dengus yang terkepal meninju rakus. Dan taring-taringnya mengancam setajam ucap dan maki.

“Bangunlah kaumku! Saatnya kita berontak dari kutuk zaman. Kita telah gemuk oleh derita-derita. Kita menjadi pemalas di lumpur subur. Pemimpi di saat siang. Tak cukup hanya ampas. Sebab berharap pada esok adalah kesia-siaan. Mari kita rebut negeri. Lari dari petak-petak logika mereka. Tempat kita ada di belantara pikiran bukan di sini, dipasung kebodohan!”


Negeri subur ini penuh lumpur. Tak lagi musim kering mampu tiupkan kegersangan. Menjadi permainan yang indah saat udara panas datang. Lumpur-lumpur adalah tempat berkubang. Suaranya menikmatkan, kecipak kesuburan meninabobokkan impian untuk hidup tanpa perlu khawatir akan esok. selanjutnya

Tidak ada komentar: