15 April 2003

:lelaki yang menyintai hujan

di matamu hujan merinai membawa surat cinta kepada pengembara-pengembara dahaga. oase sementara. sedang di hadang kita jalan lenggang memanjang dengan tebing bertubi-tubi menusuk letih. sedih dan sunyi saling menisik. tapi kau menyulang puisi menjadi warna keemasan ladang gandum atau hijau gemulai sawah atau bening mistik telaga. demikianlah kau menyiasati alam ke dalam darahmu, menjadi satu legenda tentang lelaki yang menangisi hujan

maka tawaku tersesat di labirin sore yang terdiam sejenak. menguburkan airmata di tepi jalan di kotamu, sebagai nisan serpihan otak yang kutanam dalam-dalam. sebelum kejut sedikit dan perjalanan kembali dimulailah..

lantas hujan semakin berahi menuntut dirimu utuh-utuh. meruahkkan badai kecil, hingga mimpi terpelanting sempurna tanpa tanya tanpa pelukan apakah kau baik-baik saja. serta merta aku merasa renta dan rapuh. terlalu berkarat untuk sekedar menghabiskan poci teh di ruang tamu sebuah rumah kecil berwarna putih. aku kehilangan kunci. tapi hujan di balik punggungmu melempar tanda tanya. di mana gerangan pernah kutitipkan kunci, untukmu?

di matamu hujan merinai seperti tanda cinta semesta kepada jiwanya
begitu indah..


(akan kusimpan mantra ajaib hujan, dan kuingat kau selalu sebagai lelaki yang menyintai hujan. lelaki: hujan)

Tidak ada komentar: