09 April 2003

lampu lampu berpijar

(ia masih bertanya pada sesuatu di belakang angin yang berderak derak
ia masih bertanya pada bayang bayang karena merasa terancam
kadang ia memang berpikir rendah membayangkan sosoknya melebur dan rebah
ketika datang sinar sinar
rupanya hanya engkau yang sendiri berkejab kejab
di bayangan lampu yang meliuk tak juga kau menghindar
hei bukankah kau tadi yang melintas cepat cepat
hei bukankah kau tadi yang merapat dan mendekap )


I
kau duduk kau begitu mendendam pada sore pada saput malam pada lampu lampu yang berpijar ada resah ada kesakitan
kau kibaskan pada asap rokok yang pelan mendesah mencucuki arah
seseorang yang kau pikir kadang seperti angin yang meninggalkan derak derak di dahan seseorang yang menguasai otakmu sering bertingkah seperti ular yang cepat melintas
kau akan merasa sangat terkucil dan membantai ia yang datang dengan nama nama lain
ia sungguh pandai mendandani diri menipu dan menyamar
kau bersumpah untuk mengacuhkannya
meskipun dirinya itu atau hanya bayanganmu
yang selalu datang menghadang dengan tanya
yang selalu berpapasan ketika berjalan
yang selalu membaca resah dan mengurainya ketika lampu lampu mulai berpijar
tanpa arah

II
ia berdiri tepat ketika seseorang bertanya tentang masa lalu yang kini disadarinya membuatnya berpikir aneh
yang berduyun duyun di remangnya dengan masam
masak sih kau tak pernah terhunjam panah dengan setetes darahmu menetes netes
di jalan jalan kotamu
memerankan seseorang yang tak pernah kau inginkan menampik sinar sinar
dengan kerlipnya yang kau pandang sungguh sungguh membuatmu iba
ia hanya menyambut yang telah melakukan perjalanan jauh dan panjang
kerdipnya pernah tinggal dan menyusur lorong lorong dengan tatapan lemah dan beku
kadang kau jumpai ia menjadi kabut yang mencoba mengaca
tak kau mendengar tanya atau lebih mungkin gumam dari kali
gelegak siapa ini menyusur dari luka dan nyeri tak habis habis


III
kau kah wajah yang terlihat sayu dibawah lampu taman
yang selalu menjinjing tanya dimana dimana sunyi yang di pojok trafik pergi
kadang ia menampak di mata seorang pengembara yang lelah
yang menegur dan memulai percakapan tentang pelacur
ketika lampu lampu dipaksa mati
ia berangkat pelan pelan dengan meninggalkan gaung : sampai nanti

IV
mungkin hanya sore yang membawa gincunya yang tadi melintas
ia datang dari pojok pojok kotamu dan itu membuat ia ingat tentang sesuatu
tentang kekanakannya yang terus bernyanyi memuji hewan hewan
tentang keberaniannya untuk berpisah ranjang dengan dirinya sendiri
meskipun nanti ia akan tersesat
sebentar lagi lampu pijar akan menjadi pegangan
menuntunnya menuju kerumahmu lalu mengetuk pelan untuk bertanya
apakah kau yang menyalakan sore
apakah kau yang memoleskan gincu pada sayupnya
apakah kau yang mewarna malam malam pekat
atau kau hanya seseorang penumpang dan tertawan

V
seleret cahaya mungkin resahnya ada kau tangkap
ia harus di tanyai tentang resahnya yang kan kemana dengan bersungguh sungguh
kemana juga pergi hitamnya ketika ia mendekat sembunyi dimana
di tembok tembok mungkin ia telah diam dan berbisik kesal tentang bau pesing
atau di warung angkringan ia telah dipercakapkan dengan tawa yang nyaring
liuk angin di lampu penerang akan merambat
merayapi sisi sisi yang tak kau jamah
tolong amati bibirnya sejenak adakah gincunya tebal dan merah

(ternyata petanda ini bukan yang ia impikan
segala nyala kini terbang menjadi debu
lalu apa dan siapa kau mata yang berbinar binar
ia datang dari janjinya untuk mematikan sebuah lampu
setelah senyapnya menggapai dan sedikit mewarnai celotehnya
seseorang yang melintas tadi nyatanya bukan kau
ia merasa sangat jahat dan kecewa di batang rokok yang ia nyalakan
dan bergumam tentang hitamnya yang tak lagi indah)

yogyakarta april 2003

Tidak ada komentar: