16 Maret 2003

hujan di kotamu
: ia mengalirkan rupiah demi rupiah dari keringat mu seharian

di malam yang gerimis ia melintasi pertokoan di jalanan kota
ada rasa sendiri yang harus dibuang cepat cepat
sebelum ia mendapat tempat dan menggila di sana berteriak teriak
rintiknya masih membasahi aspal mengantarmu atas airnya bau iklan iklan
hanya aroma pasar aroma jual beli
ia dituntut untuk berhenti mengamati melihat lihat
kadang ia sudah bersusah payah seharian sedikit refresing bolehlah

seharusnya duduk menikmati warna warni lampu menatap pengendara pengendara yang melaju
istirahat anggun dengan diamnya di taman taman kotamu yang baru dibangun dengan biaya hasil pajak
cukup tak rasional membongkar gedung gedung bersejarah menebang pohon pohonan kotamu
yang kau sendiri wajib membayar sesuatu yang bukan menjadi milikmu bukan milik masyarakat
ini pemaksaan

seseorang yang pandai menghidupkan suasana akan menemani
mendagel tentang cuaca yang setiap detik berubah
parkir kakilima parkir kaki lima serta gambar pemimpin partai di televisi
juga tanda gambar entah esok seberapa
mengutuk aparat yang kian payah di saraf memorimu
dan hujan yang kian basah hanya membuat makian memanjang
sesuatu yang tak terduga dari budgetmu harus keluar
jas hujan rokok masakan padang atau bajigur di jalan bantul dan wedang jahe di depan rumah
sedikit yang bisa kau beli untuk sebuah rasa jelata yang hangat
maka cuekin saja selagi hidup masih meminta minta dikasihani
selagi dirimu sendiri belum dikasihani
atau semuanya prek

maret 2003

Tidak ada komentar: