17 Februari 2003

sepertinya ada yang aneh dengan rasa sesak, ia datang untuk tidak selesai. ia datang untuk menceritakan cerita-cerita yang tidak keluar dari rongga tenggorokan, cerita-cerita yang hanya dapat dimainkan dalam pertunjukan-pertunjukan wayang di kepala kita masing-masing. ia juga tersedak sambil menyembunyikan batu-batu kerikil untuk dilemparkan memecah kaca jendela para tetangga. tetapi ia tidak pernah benar-benar meninggalkan bekas guratan yang dalam, hanya warna-warna grafiti tembok yang muram. hanya sumpah serapah yang ditinggalkannya untuk menyiksa dada-dada kita serta kelopak-kelopak mata. labirin rasa yang benar-benar menjengkelkan.

tiba-tiba saja kita tanpa rasa bersalah menempuh sekian kilometer sewaktu harga-harga sedang semakin menggila. membuang habis apa yang seharusnya kita teriakkan di jalan-jalan tanpa ada yang mendengarkan dengan sungguh-sungguh. tiba-tiba lagi kita sudah mencapai satu bukit di antara lereng, duduk di sebuah tembok jembatan hanya untuk menghabiskan dua puntung rokok kretek di antara gerimis pegunungan. dan alasan kita satu-satunya adalah karena langit sedang tertawa dalam suasana sebusuk ini.

waktu kita jadikan ajang penantian dan juga pelampiasan-pelampiasan di antara bau-bau kematian yang semakin mendekat. mimpi-mimpi semakin menghantui kita dari malam hingga malam dan menjadikan tidur begitu menakutkan. mimpi yang seperti film-film horor menyeramkan walaupun tanpa pernah memberikan logika yang jelas. hari-hari berlalu dengan penuh pengingkaran untuk sebuah gundukan kuburan berukuran kecil. sebuah kenyataan untuk bau cinta kita yang terlalu pagi.

bau itu akan tercium di saat kau menghirup semua bulu kuduk tubuhmu, lalu akan berlanjut pada hal-hal yang biasa kau cium dan semua lapisan udara yang bisa kau nafasi. bau-bau yang belum matang, belum kenyang, seperti bunga dengan kelopaknya yang dengan paksa ditanggalkan. bau itu juga akan datang secara mencurigakan dan memenuhi seluruh pojok ruang sampai semuanya tidak bisa lagi kau campakkan semudah melepas baju lalu membuangnya ke atas tanah. begitulah adanya untuk bau yang diciptakan sebelum subuh menjelang pagi, menjelang mimpi-mimpi ayam jago yang belum selesai.

percikan air terhempas di liang kakus yang belum penuh, bau sejenis yang memuakkan, bau setengah-setengah.

Tidak ada komentar: