13 Januari 2003

sembilan tahun... sungguh bukan waktu yang singkat untuk sekedar menghempaskan penatnya dendam, yang barangkali telah mengurat semenjak aku memakai singlet penutup dada yang masih rata. entahlah kenapa kepadamu semua rasa selalu mengalir sedashyat air di ujung sungai sebelum jatuh berderai-derai. kucoba membentuk jawabannya, barangkali terlalu sering orang-orang berkata betapa aku memiliki garis wajahmu, atau mungkin juga aku terlanjur hafal akan kalimat-kalimat yang bunyinya berputar-putar antara lain aku sebrengsek bapakku.. [bisakah itu kusebut sebagai hujatan?]

sembilan tahun... berapa banyak judul film yang tamat kita tonton, seandainya kau masih ada di sini?
[lantas semua mendadak berubah merah kusam membara ketika aku terpekur pada satu pemikiran bahwa.. semua kalimat toh hanya akan berawal dengan kata barangkali, tersisipi seandainya antara imbuhan dan tanda baca. perlukah airmata yang tak lagi luruh kembali ditulis sebagai latar emosi?]

sekarang, hanya ada plakat nama merah, dalam ruangan penuh asap mewangi seperti bius yang membuatku melayang dalam alam ilusi masa lalu - plakat nama merah dengan aksara emas, kembali lagi. seperti beginilah kita sekarang, kukira, bertatap-tatap sembari berkata-kata hingga terendam segenap kenangan akanmu dalam campur aduk comberan dan pelangi, lantas membuncah dan pecah menjadi darah yang menimbuni dirku, menyatu seperti dua terwarisi menjadi satu.

maka ini bungkukku yang dalam
dan sujud tak berpura-pura lagi, kepadamu.
maap,
aku tak pernah berhasil menjadi sahabatmu..
[dan biarlah ia tetap menjadi palung penyesalan tak berkesudahan..]

setelah sembilan tahun..
kepergianmu.


to dad, in my memory

Tidak ada komentar: