25 Juni 2002

kamarnya tepat di sebelah kamar di depan kamarku ketika kuberdiri. dingin. padahal angin tak mampu meniupkan selembar rambutpun. ini yang memisahkan: sebidang taman hampir tak terurus, dengan beberapa jemuran yang juga tak diangkat meski malam mulai turun. para kerabatnya berkumpul. wanita--sebayaku--dipeluk kawannya, matanya terus saja mengeluarkan air tanpa disekanya. gumaman. isakan.
tirai kamar itu terbuka meski pintunya tidak. ranjangnya dilingkari orang-orang dengan wajah penuh harapan. ibunya, berdiri kakudi sisi ranjangnya, jemarinya meremas sprei putih yang menjadi alasnya. selang masih menerobos hidungnya, infus masih menancap di pergelangannya. di sudut dekat ranjang, saudara lelakinya duduk terpekur, tatapannya kosong, tangannya mengatup bibirnya, ia seperti tak ingin bicara.
biasa, rumah sakit umum, dokter datang terlambat. dia mati. begitu saja, umurnya belum genap dua belas.
mati. begitu saja.

=
zaM, kematian pernah benar tak pernah lepas dari pikiranku. selalu, selalu saja mati yang aku pikirkan. sampai kemudian kematian sempat menari begitu akrab di sekelilingku. kematian yang bukan menjemputku, tapi orang-orang di sekitarku, yang aku kenal atau yang tidak aku kenal.

zaM, adakah yang berharga dari kehidupan?

Tidak ada komentar: