10 April 2002

:a.y.

memang benar aku datang pada kuburmu siang itu, tetapi ada satu hal yang ingin kutanyakan kepadamu, benarkah aku menabur bunga-bunga di atas liang lahatmu sehingga membuatmu ragu? warna apakah bunga itu, melatikah? atau kambojakah? wangikah, biasa-biasa saja atau berbau busuk pengat?

sadarkah aku ketika kau memelukku begitu hangat, begitu juga genggaman hangatmu. sepertinya tidak ada yang salah. aku tidak mengerti dimanakah ada yang salah? apa pada pelukan, segenggam tangan atau sekecup cium di pipi yang diikuti sejumput senyum. tetapi kemanakah birahi ketika kau tidur di sisi dan aku tidur di sisimu, dua malam sudah berlalu. kita hanya saling bergenggaman dan berpelukan di bawah sepotong selimut yang kadang tebal dan tipis. terkadang kita sepertinya bertumpukan seperti seprai dan bantal-bantal itu. sadarkah kau? sadarkah kita?

lagi kutanyakan pertanyaan ini sekali lagi, apa yang membuatmu ragu sehingga terganggu istirahat tenangmu? sesungging senyumkah yang menggodamu, yang datang seperti rambut perempuan yang tengah berdiri di pojokan yang begitu sering kita lewati, begitu panjang lurus dan langsung. begitu tanpa basa-basi dan macam-macam. satu senyum yang menusukkah?

ah kau, saudaraku yang termanis, terhangat, mengapa waktu menaruh kita di sisi yang sungguh berbeda sesaat ketika hati kita berkata sejiwa, semati dan sekubur.

di atas bis kota sepanjang tim - cawang, 9 april 2002

Tidak ada komentar: