29 Maret 2002

lagi-lagi cerita semacam ini kutulis. cerita yang mungkin cuma terasa sebagai
sampah busuk yang keluar dari rumah paling busuk. aku membencimu, itu simpelnya.
dan cerita-cerita ini akan membuat gemerlap rasa itu.
maka seperti itulah. setiap matahari berganti menjadi sesuatu yang baru,
dan bulan timbul tenggelam, aku tetap akan begitu. membencimu
adalah keharusan. mekanisme pertahanan diri paling sempurna. tak ada
pembelahan diri di situ, maka takkan ada perpisahan, juga pertemuan, (yg menyakitkan).
ini bukan yang pertama 'kan? bagaimana untuk yg ketiga? cerita-cerita ini
mestinya kuhabiskan saat itu.
ah, ternyata belum puas benar kusumpahseraphi kamu. karena masih juga kuingin
saat ini mengutuki tubuhmu itu. (tubuhmu yang sempurna itu).
terkutuk, terkutuk, terkutuklah kau, juga sukmamu itu, kumpulan bukan cahaya,
karena gelap gulita, hati yg bukan cermin tapi batu. patahan-patahan sekaligus
ruang kosongnya.
dan inilah sebabnya kukutuki kamu: kesempurnaan yg tidak baku. metamorfosa
paling lengkap. suatu keparipurnaan hidup.
juga mengapa kusumpahserapahi kamu: kegelapanmu adalah pelita
tanpa jelaga, tempat refleksi paling halus, resolusi yg nyaris habis.
maka kubenci kamu: karena ternyata kau bukan tanah, yg menutup pintu
bagi tetes hujan, air mata langit, yang akan diserapnya nanti, esok atau lusa,
keniscayaan yang pasti.
kau cuma batu. tempat pintu selalu ditutup rapat-rapat.

Tidak ada komentar: