12 Februari 2002

wahai, serigalaku yang kesepian
kadang aku tak mengerti apakah aku menyukaimu
membencimu
ingin membelaimu lembut
ataukah aku ingin menamparmu sekeras-kerasnya

serigalaku yang kesepian
yang menemaniku sewaktu kota senja
memasuki malamnya
pada subuh kau selalu menghilang lagi
tetapi aku tahu kau tak kan pulang ke sarangmu
karena jalanan adalah hidupmu

serigalaku yang kesepian
yang entah bagaimana kau pandang diriku
perempuan yang juga kesepian
ataukah hanya seseorang yang memberi belas kasihan
teman?
musuh?
atau suatu kekasih malam?

serigalaku yang kesepian
yang sering menampar batinku
dengan amarahnya yang meluap-luap
emosinya yang kadang kekanak-kanakkan
lalu kata-katanya yang menyakitkan
pernahkah kau terpikir
aku juga seringkali kesepian
tertidur bersebelahan dengan kecintaanku

serigalaku yang kesepian
aku tahu kita pernah juga tidur bersisian
juga pernah merasakan lugunya suatu permainan percintaan
tetapi kita hanya berbagi demikian
lalu lantas jadikah kau seorang gigolo jalanan
atau aku pelacur murahan?

melolonglah untukku sekali lagi
walau itu untuk salam perpisahan
serigalaku
yang masih saja kesepian

Tidak ada komentar: