26 Januari 2002

Di sebuah ketinggian

Langau berterbangan di atas serupa mayat putih. teronggok dengan karang dada yang rompal, terlentang di atas rumput yang tetap hijau. Hari sudah malam. Kudekati dia pelan, agar tidak menggangu. Ranting ranting patah menunjukan alur perjalanannya menuju puncak gunung ini. "Dia sengaja memilih berbaring di sini", gumanku. Duduk di sebelah kepala, melihat wajah dari dekat. Matanya bergerak gerak menyuruh aku jangan menghalangi pandangannya. Dan aku berbaring di sisinya. Langit sedang indah. Bulan separuh dan jutaan bintang tidak terhalang awan. Sesekali bintang jatuh menggaris sekejap.
Langau tetap berterbangan lalu lalang. Heiii .... mereka bukannya sedang makan. Mereka menghisap darah dari pelangi dan matahari timur dan melumurkan di dadanya. Setengah yang sudah menjadi hati kembali Sisanya masih batu."Kami sedang mempersiapkan perayaan menyambut pagi besok ", bisik raja langau.
Aku tersenyum .... berbintang berkelip tetap.
Tiba tiba aku mengantuk. Sangat ngantuk.
Ku lipat tangan di depan dadaku yang berlubang.
"Besok giliranku".

Tidak ada komentar: