hanjakata
kami hanjalah gila akan kata-kata
18 Agustus 2011
03 Oktober 2009
masa lalumu menghampiri masa kiniku
tetes-tetes liurmu,
yang pernah terbanjirkan,
dimana saat engkau meludahi jalanku,
kini membawa serta hasratmu
ke penghujung puing-puing kebuntuan.
cobalah sesaat engkau menoleh ke belakang.
lihat, 13 tahun berlalu bagiku,
teraniaya dalam reruntuhan mawar semu,
olehmu...
terlalu sakit!
sayatan dustamu mengiris dada terlantar ini.....
tetes-tetes liurmu,
yang pernah terbanjirkan,
dimana saat engkau meludahi jalanku,
kini membawa serta hasratmu
ke penghujung puing-puing kebuntuan.
cobalah sesaat engkau menoleh ke belakang.
lihat, 13 tahun berlalu bagiku,
teraniaya dalam reruntuhan mawar semu,
olehmu...
terlalu sakit!
sayatan dustamu mengiris dada terlantar ini.....
28 Februari 2009
Aku mengerti kekeliruan ini membuat hal ini menjadi suatu yang membingungkan. namun hal yang membingungkan ini apakah merupakan kegagalan? kalau iya berarti tentunya berangkat dari kegagalan aku harus menuju keberhasilan.
banyak yang harus di benahi kembali dalam perjalanan ini karena tanpa tekad yang besar dan tujuan yang jelas maka inilah yang bisa dinamakan orang kebingungan. iya kan?
nah.. sekarang apa yang membuat aku keliru? setelah aku kembali mereka dan mencari fakta-fakta realitas yang telah aku jalani bahwa ternyata aku harus belajar kembali bahwa banyak hal yang perlu di perbaiki.
banyak yang harus di benahi kembali dalam perjalanan ini karena tanpa tekad yang besar dan tujuan yang jelas maka inilah yang bisa dinamakan orang kebingungan. iya kan?
nah.. sekarang apa yang membuat aku keliru? setelah aku kembali mereka dan mencari fakta-fakta realitas yang telah aku jalani bahwa ternyata aku harus belajar kembali bahwa banyak hal yang perlu di perbaiki.
23 Februari 2009
SALAH
ketika sedikit cahaya, malam tak salah.
ketika banyak cahaya, malam tak kalah.
ketika sedikit malam, cahaya tak salah.
ketika banyak malam, CAHAYA SALAH !!!
ketika banyak cahaya, malam tak kalah.
ketika sedikit malam, cahaya tak salah.
ketika banyak malam, CAHAYA SALAH !!!
25 Januari 2009
Rajah
Lelah hapus rajah pada matamu
yang kuncup dan berair saat tangan terangkat
membara saat diam
menyeru waktu berpaling
yang kuncup dan berair saat tangan terangkat
membara saat diam
menyeru waktu berpaling
21 Oktober 2008
Ode Kepada Hati
Lalu aku faham.
Pada yang satu itu sebenarnya tiada.
Kemudian terlontar anganku kepada angin, dan sampailah ia kepada yang tiada wujudnya.
Kewujudan yang kosong melelahkan, ya?
Aku hilang lagi, dan kering lagi pada rasa.
Ah, kalau saja malam dapat mengembalikan perasaan.
Aku ingin sebenarnya.
Pulanglah pada hatiku, kamu.
Sakitilah aku. Aku rindu sekali.
Teringin aku menyeka darah sakit.
Keringkah?
Atau aku terlupa bagaimana?
Pada yang satu itu sebenarnya tiada.
Kemudian terlontar anganku kepada angin, dan sampailah ia kepada yang tiada wujudnya.
Kewujudan yang kosong melelahkan, ya?
Aku hilang lagi, dan kering lagi pada rasa.
Ah, kalau saja malam dapat mengembalikan perasaan.
Aku ingin sebenarnya.
Pulanglah pada hatiku, kamu.
Sakitilah aku. Aku rindu sekali.
Teringin aku menyeka darah sakit.
Keringkah?
Atau aku terlupa bagaimana?
01 Juni 2008
sembilan tahun dada ini berada dalam ragu.
hari ini segala fakta terpapar,
semenjak ketidak sadaran kata itu terucap
dari pangkal lidahmu,
"aku laksana terbangun..."
dengan rasa sejuta cemeti berduri mencambuk hati,
sakit, bahkan jauh lebih sakit dari sakit!!!
akuilah seterbukanya,
sebab penasaran tak mampu lagi mengubur
kelantaman pertanyaan jiwa...
"siapakah sang dewa paling beruntung itu?"
dia telah mengawaliku merengut cintamu,
hingga menggulingkan, menjatuhkanku dibalik satu harapan.
dan sekarang diriku kalah,
tertinggal jauh di sudut belakang,
olehmu... olehnya.....
hari ini segala fakta terpapar,
semenjak ketidak sadaran kata itu terucap
dari pangkal lidahmu,
"aku laksana terbangun..."
dengan rasa sejuta cemeti berduri mencambuk hati,
sakit, bahkan jauh lebih sakit dari sakit!!!
akuilah seterbukanya,
sebab penasaran tak mampu lagi mengubur
kelantaman pertanyaan jiwa...
"siapakah sang dewa paling beruntung itu?"
dia telah mengawaliku merengut cintamu,
hingga menggulingkan, menjatuhkanku dibalik satu harapan.
dan sekarang diriku kalah,
tertinggal jauh di sudut belakang,
olehmu... olehnya.....
01 Maret 2008
wah
Apakah akan kembali semarak seperti dulu?
apakah akan sehangat dulu?
dan apakah seakrab dulu?
ditengah hingar bingar kepentingan.
wah saja
apakah akan sehangat dulu?
dan apakah seakrab dulu?
ditengah hingar bingar kepentingan.
wah saja
16 Februari 2008
07 Februari 2008
belajar mencangkul
karena terkenang akan lagu dimasa kecilnya yang riang dan guru sd nya yang kemayu
diusianya yang kepala enam itu ia ingin belajar mencangkul
mengisi waktu waktu luang dari masa pensiun dan membunuh rasa frustasi akan sepi
ia ke pasar dan pulang membawa cangkul
tanamlah gandum pinta istrinya karena harga gandum makin tinggi saja
tanam kedelai saja pak kedelai kini hilang dan menjadi buronan di telivisi kata sang anak
tanam pohon jati saja supaya kampung kita bebas banjir sahut tetangganya ikut ikutan
tapi ia tak bergeming ia hanya ingin mencangkul saja tanpa menanam apa apa
ia punya harapan pada suatu waktu ia akan menanam dirinya menanam mimpi mimpi utopianya
dikenang akan penguburan mantan presiden di televisi
dipersiapkannnya calon kuburannya itu dengan cermat
tapi semak semak di halaman makin gagah meninggi membuatnya capai dan gerah
dengan tekun dan telaten dicangkulnya halaman itu inci demi inci seperti sepasang pengantin muda
tapi halaman yang ia cangkul minggu lalu kini tumbuh rumput lagi dan itu mengecoh
karena lelah ia tertidur disela sela mencangkul dan bermimpi cangkul itu mengejarnya
ia tergagap bangun dan cangkul itu masih meringis disampingnya diayunkanlah cangkul itu ketanah dengan keras ia masih dendam karena dalam mimpi cangkul tadi mengejar ngejar
hendak menumpahkan darahnya tanpa ampun
diayunkankan cangkul itu ketanah seperti kesetanan
menerjang batu batu menerjang tembok tembok bisu tanpa sadar kakinya berdarah darah
dimalam ketika tidur cangkul itu datang lagi mengejar ngejarnya dalam mimpi
ia lari sekencangkencangnya tetapi terjungkal karena kelelahan ia terkapar dan pasrah
cangkul itu berdiri didepannya hanya diam mengenangkan sesuatu lalu menangis
aku sangat lelah katanya jangan gunakan aku lagi ia meminta dan memohon mohon untuk memensiunkan dini dirinya dan berkeluh aku tak punya teman petani lagi
ia tergagap bangun dari mimpinya dan belum sempat mengatakan sesuatu
dengan terpincang ia menuju dapur menengok cangkul itu yang kelihatan sendu dan basah
dielusnya gagang cangkul seperti mengelus kepala bocah yang merajuk
ya ya baiklah besok akan ku cangkul sawah sawah itu gumamnya seperti berkata pada seorang cucu
yogyakarta februari 2008
diusianya yang kepala enam itu ia ingin belajar mencangkul
mengisi waktu waktu luang dari masa pensiun dan membunuh rasa frustasi akan sepi
ia ke pasar dan pulang membawa cangkul
tanamlah gandum pinta istrinya karena harga gandum makin tinggi saja
tanam kedelai saja pak kedelai kini hilang dan menjadi buronan di telivisi kata sang anak
tanam pohon jati saja supaya kampung kita bebas banjir sahut tetangganya ikut ikutan
tapi ia tak bergeming ia hanya ingin mencangkul saja tanpa menanam apa apa
ia punya harapan pada suatu waktu ia akan menanam dirinya menanam mimpi mimpi utopianya
dikenang akan penguburan mantan presiden di televisi
dipersiapkannnya calon kuburannya itu dengan cermat
tapi semak semak di halaman makin gagah meninggi membuatnya capai dan gerah
dengan tekun dan telaten dicangkulnya halaman itu inci demi inci seperti sepasang pengantin muda
tapi halaman yang ia cangkul minggu lalu kini tumbuh rumput lagi dan itu mengecoh
karena lelah ia tertidur disela sela mencangkul dan bermimpi cangkul itu mengejarnya
ia tergagap bangun dan cangkul itu masih meringis disampingnya diayunkanlah cangkul itu ketanah dengan keras ia masih dendam karena dalam mimpi cangkul tadi mengejar ngejar
hendak menumpahkan darahnya tanpa ampun
diayunkankan cangkul itu ketanah seperti kesetanan
menerjang batu batu menerjang tembok tembok bisu tanpa sadar kakinya berdarah darah
dimalam ketika tidur cangkul itu datang lagi mengejar ngejarnya dalam mimpi
ia lari sekencangkencangnya tetapi terjungkal karena kelelahan ia terkapar dan pasrah
cangkul itu berdiri didepannya hanya diam mengenangkan sesuatu lalu menangis
aku sangat lelah katanya jangan gunakan aku lagi ia meminta dan memohon mohon untuk memensiunkan dini dirinya dan berkeluh aku tak punya teman petani lagi
ia tergagap bangun dari mimpinya dan belum sempat mengatakan sesuatu
dengan terpincang ia menuju dapur menengok cangkul itu yang kelihatan sendu dan basah
dielusnya gagang cangkul seperti mengelus kepala bocah yang merajuk
ya ya baiklah besok akan ku cangkul sawah sawah itu gumamnya seperti berkata pada seorang cucu
yogyakarta februari 2008
bapak menanam jagung
menanam jagung tidak usah mencangkul dalam dalam kata bapak ia akan serampangan saja menabur benih di halaman dalam beberapa hari benih benih itu tumbuh makin tinggi
bapak rajin menengoknya kadang dia berbisik seperti bercakap cakap dengan kekasih
ibu menggerutu dan kumat rewelnya merasa diduakan
menanam kedelai saja sekarang mahal harganya ibu berteriak dari kursi roda dengan bersungut
tapi bapak seorang yang berpendirian keras dan teguh dulu ia mengganyang komunis tanpa ampun
pikirnya telah mempunyai beberapa keledai dirumah untuk apa memelihara banyak banyak
merepotkan lebih murah beli dari luar negeri jawabnya tapi ia sangat mencintai indonesia
karena tiap bulan masih menerima gaji dari sana
benih jagung itu tumbuh membesar dan bapak makin sering menyanyikan lagu menanam jagung
pada bagian ‘cangkul cangkul cangkul yang dalam...’ diulang ulangnya dengan nada nada tinggi
entah mengapa aku merasa ia seperti puisi yang sukar dibaca karena kelelahan menggapai makna
kusahut dengan lagu burung kakak tua kesukaanku ‘ kakek sudah tua giginya di jendela..’
ia akan muram dan membenamkan diri dalam tanaman jagung tak mau bicara sampai sore
kudengar kikik ibuku seperti trilili lili lili nya burung kutilang
agar tak merepotkan nanti kubantu bapak mencabuti rumput rumput yang selalu tumbuh
sambil bercerita sekenanya tentang naiknya harga harga bahan pokok matinya mantan presiden dan banjir dimana mana ia tertawa dan aku senang untuk tak membujuk bujuknya makan malam
ibu sangat suka kupu kupu tapi bapak membenci ulat ulat yang menggerogoti daun daun jagung
pinta ibuku biarkan ulat memakan daun daun jagung biarkan mereka menjadi kupu kupu
ibu merasa gembira pada terbang kupu kupu naik turunnya dan mengembara kemana mana
ia akan merasa tidak di kursi roda terlebih kupu kupu akan memberi pilihan banyak warna
bapak merasa letihnya hilang bila pohon jagungnya tak ada ulat yang merobek daun daun
membuatnya kesetanan membantai ulat ulat
menghitung situasi yang menyebabkan mereka bisa perang ku usulkan agar bapak menanam jagung di tanah tetangga sebarlah benih jagung disana saranku biarkan pohon pohon jagung disini untuk ulat ulat dan kalau mau perang dengan tetangga saja pikirku sambil tergelak
bibit itu mulai tumbuh bapak gembira dan menenggelamkan dirinya seharian disana
‘cangkul cangkul cangkul yang dalam...’kusemangati bapak dengan lagu itu
yogyakarta februari 2008
bapak rajin menengoknya kadang dia berbisik seperti bercakap cakap dengan kekasih
ibu menggerutu dan kumat rewelnya merasa diduakan
menanam kedelai saja sekarang mahal harganya ibu berteriak dari kursi roda dengan bersungut
tapi bapak seorang yang berpendirian keras dan teguh dulu ia mengganyang komunis tanpa ampun
pikirnya telah mempunyai beberapa keledai dirumah untuk apa memelihara banyak banyak
merepotkan lebih murah beli dari luar negeri jawabnya tapi ia sangat mencintai indonesia
karena tiap bulan masih menerima gaji dari sana
benih jagung itu tumbuh membesar dan bapak makin sering menyanyikan lagu menanam jagung
pada bagian ‘cangkul cangkul cangkul yang dalam...’ diulang ulangnya dengan nada nada tinggi
entah mengapa aku merasa ia seperti puisi yang sukar dibaca karena kelelahan menggapai makna
kusahut dengan lagu burung kakak tua kesukaanku ‘ kakek sudah tua giginya di jendela..’
ia akan muram dan membenamkan diri dalam tanaman jagung tak mau bicara sampai sore
kudengar kikik ibuku seperti trilili lili lili nya burung kutilang
agar tak merepotkan nanti kubantu bapak mencabuti rumput rumput yang selalu tumbuh
sambil bercerita sekenanya tentang naiknya harga harga bahan pokok matinya mantan presiden dan banjir dimana mana ia tertawa dan aku senang untuk tak membujuk bujuknya makan malam
ibu sangat suka kupu kupu tapi bapak membenci ulat ulat yang menggerogoti daun daun jagung
pinta ibuku biarkan ulat memakan daun daun jagung biarkan mereka menjadi kupu kupu
ibu merasa gembira pada terbang kupu kupu naik turunnya dan mengembara kemana mana
ia akan merasa tidak di kursi roda terlebih kupu kupu akan memberi pilihan banyak warna
bapak merasa letihnya hilang bila pohon jagungnya tak ada ulat yang merobek daun daun
membuatnya kesetanan membantai ulat ulat
menghitung situasi yang menyebabkan mereka bisa perang ku usulkan agar bapak menanam jagung di tanah tetangga sebarlah benih jagung disana saranku biarkan pohon pohon jagung disini untuk ulat ulat dan kalau mau perang dengan tetangga saja pikirku sambil tergelak
bibit itu mulai tumbuh bapak gembira dan menenggelamkan dirinya seharian disana
‘cangkul cangkul cangkul yang dalam...’kusemangati bapak dengan lagu itu
yogyakarta februari 2008
Langganan:
Postingan (Atom)