menanam jagung tidak usah mencangkul dalam dalam kata bapak ia akan serampangan saja menabur benih di halaman dalam beberapa hari benih benih itu tumbuh makin tinggi
bapak rajin menengoknya kadang dia berbisik seperti bercakap cakap dengan kekasih
ibu menggerutu dan kumat rewelnya merasa diduakan
menanam kedelai saja sekarang mahal harganya ibu berteriak dari kursi roda dengan bersungut
tapi bapak seorang yang berpendirian keras dan teguh dulu ia mengganyang komunis tanpa ampun
pikirnya telah mempunyai beberapa keledai dirumah untuk apa memelihara banyak banyak
merepotkan lebih murah beli dari luar negeri jawabnya tapi ia sangat mencintai indonesia
karena tiap bulan masih menerima gaji dari sana
benih jagung itu tumbuh membesar dan bapak makin sering menyanyikan lagu menanam jagung
pada bagian ‘cangkul cangkul cangkul yang dalam...’ diulang ulangnya dengan nada nada tinggi
entah mengapa aku merasa ia seperti puisi yang sukar dibaca karena kelelahan menggapai makna
kusahut dengan lagu burung kakak tua kesukaanku ‘ kakek sudah tua giginya di jendela..’
ia akan muram dan membenamkan diri dalam tanaman jagung tak mau bicara sampai sore
kudengar kikik ibuku seperti trilili lili lili nya burung kutilang
agar tak merepotkan nanti kubantu bapak mencabuti rumput rumput yang selalu tumbuh
sambil bercerita sekenanya tentang naiknya harga harga bahan pokok matinya mantan presiden dan banjir dimana mana ia tertawa dan aku senang untuk tak membujuk bujuknya makan malam
ibu sangat suka kupu kupu tapi bapak membenci ulat ulat yang menggerogoti daun daun jagung
pinta ibuku biarkan ulat memakan daun daun jagung biarkan mereka menjadi kupu kupu
ibu merasa gembira pada terbang kupu kupu naik turunnya dan mengembara kemana mana
ia akan merasa tidak di kursi roda terlebih kupu kupu akan memberi pilihan banyak warna
bapak merasa letihnya hilang bila pohon jagungnya tak ada ulat yang merobek daun daun
membuatnya kesetanan membantai ulat ulat
menghitung situasi yang menyebabkan mereka bisa perang ku usulkan agar bapak menanam jagung di tanah tetangga sebarlah benih jagung disana saranku biarkan pohon pohon jagung disini untuk ulat ulat dan kalau mau perang dengan tetangga saja pikirku sambil tergelak
bibit itu mulai tumbuh bapak gembira dan menenggelamkan dirinya seharian disana
‘cangkul cangkul cangkul yang dalam...’kusemangati bapak dengan lagu itu
yogyakarta februari 2008
Tidak ada komentar:
Posting Komentar