Kini Saatnya
Muda tiada lagi masa,
bila hari kian tua
keringkan jejak-jejak menuju
mimpi bunda.
Tiada waktu,
inilah saatnya.
Setelah musim menanggalkan jubahnya
borok kian membekas.
Pintu zaman lapuk oleh syair-syair.
Benteng itu sama tuanya
dengan sejarah yang kita ciptakan
Pada jalan yang kian samar
mata muda menuntun angin
rangkul bahu ayah dan bunda
jabat tangan kasar milik petani
cium asinnya keringat nelayan
bangkitkan sadar sang buruh
untai semua harap yang kian cemas
berbekas di ujung mata
Bila kita telah lurus berbaris
Apa lagi yang kita tunggu?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar