Malaikat Yang Menangis Di Tepi Jalan
....ada banyak jiwa-jiwa yang rapuh. Sekeras mentari yang menggiring waktu, tiap detik berucap doa dan pinta. Ucap syukur hanya titik dan koma. Itupun ketika kesadaran timbul oleh pencobaan. Sedikit yang berjaga-jaga pada kesalahan lalu, lumpur dosa berulang ada jelas tertinggal pada jejak-jejak hidup yang melangkah. Dan setan menjadi anjing-anjing dengan hidung kembang kempis membaui jejak-jejak, liurnya menetes hangat. Dirinya, wujud suci tiada kenistaan, kian menangis mencari jalan. Bukan untuk merubah alur, itu permainan Tuhan. Hanya ingin memberikan keteduhan, sayapnya akan mendamaikan jiwa-jiwa rapuh. Sungguh manusia punya banyak keterbatasan seperti dirinya hanya menjadi mahluk benar. Ia tak punya kesempatan untuk melakukan dosa.(sebuah catatan kecil)
.... bersambung
Tidak ada komentar:
Posting Komentar