seperti jazz semakin mengirimkan gelombang blues di udara. tak ada gitar memecahkan embun di ujung senyum, sungguh. rinai gerimis urung luruh. pada dipan berkain hitam, kita lihat nyala lilin mengalahkan kelam. hati miris. dan aku mengigil pada indahnya.
demikianlah di sini kau bersajak tentang perjalanan, lurus dan panjang. nocturno malam serupa temaram lampu jatuh di bale-bale depan kamarmu. adalah nyawa di tanganmu yang menggeratak. adalah kosmik di setiap ucapanmu. adalah, adalah, sejuta adalah.. sebab kupasrahkan rohku mengembara di kotamu.
dan pulanglah. walau pentas belum usai..
tak pernah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar