ah ia sepi
dalam batin ia pernah berjanji untuk setia
padahal hidup terus menerus memanggil manggil kianat
selalu takut sendiri menatap seorang asing yang menjadi persinggahan
hanyalah kunyahan kacang busuk terakhir
pahit dijalankan seperti batu dilempar jauh
mungkin harus di putar lagi petuah hujan tentang air
pejalan yang cermat mengamati
mungkin harus didengung dengungkan lagi jatuh suara jutaan air di seng teras teras
sebuah lakon yang dikenal dengan baik yang tak menuntut diri sendiri
dalam menunggu musim dalam penantiannya pada seorang kekasih
yogyakarta 9 februari 2003
Tidak ada komentar:
Posting Komentar