kata-kata menelanku di kota ini, pada lembar-lembar putih, pena-pena lalu kacamata pembaca-pembaca, di tangan kawan-kawan, seperti air yang mengalir sungai. mendobrak pintu-pintu air kota, membuka terowongan-terowongan rahasia abad lampau, lalu masih ada kita yang bercinta masih di atas kasur itu dan dinding merah terakota tua, dua malam lamanya. saling menelan air mata, duka dan tawa seraya bersetubuh-rubuh menjadi satu.
aku masih ingat warna kulitmu, coklat tua menggemaskan dan kadang-kadang menggilakan. sering kuciumi permukaan coklat itu, sering pula kubasuh dengan segala yang bisa membasuh, baunya lekat melekat di tubuhku juga begitu seringnya. sungguh mengertikah mereka mengapa tarianmu yang mendedak bumi, langkah derap sepasang kakimu begitu sering menggodaku. lalu keheningan datang dengan bening seperti gemericik air mengisi malam.
pada tangan kirimu dan tangan kiriku, kucari garis -garis yang menghubungi genggaman tangan kita yang bertahan bermalam-malam. kugali kuburmu dan mandi dengan segala sisa abu disitu.
djokja, 30 april 2002
30 April 2002
29 April 2002
26 April 2002
disaat matahari mulai memancarkan sinar
memberikan kehangatan bagi seluruh nafas yang berhembus
menebarkan harum semerbak mawar
memancarkan gelayut merah penuh semangat membara
menghiasi indahnya taman impian
saat terindah dalam hidupku
yang telah lama aku nantikan
begitu indah walau sekejap
menghias lubuk hati
hembusan nafas terasa penuh
mengisi relung hati
kala terdengar suara merdu
menyapa hati yang rindu
ku terpana kala senja menyapa
kala lembayung melingkupi cakrawala
ingin menggapai
namun sulit terasa
kala beban menghimpit raga
kala angan menjajah sukma
begitu indah suasana tercipta
bagai dua pilar yang saling menyangga
bagai sahabat yang saling berbagi
(untuk sang bidadari sepi)
memberikan kehangatan bagi seluruh nafas yang berhembus
menebarkan harum semerbak mawar
memancarkan gelayut merah penuh semangat membara
menghiasi indahnya taman impian
saat terindah dalam hidupku
yang telah lama aku nantikan
begitu indah walau sekejap
menghias lubuk hati
hembusan nafas terasa penuh
mengisi relung hati
kala terdengar suara merdu
menyapa hati yang rindu
ku terpana kala senja menyapa
kala lembayung melingkupi cakrawala
ingin menggapai
namun sulit terasa
kala beban menghimpit raga
kala angan menjajah sukma
begitu indah suasana tercipta
bagai dua pilar yang saling menyangga
bagai sahabat yang saling berbagi
(untuk sang bidadari sepi)
Engkau adalah wanita
Yang tersenyum, bercanda, tertawa ceria
Yang juga cemberut, menangis, marah, dan kecewa
Engkau adalah wanita
Yang kuat, cerdas, teguh, tangguh
Yang juga lembut, berbelit (kadangkala keras kepala)
Engkau adalah wanita
Yang bisa saja membuat lelaki manapun terpesona
Yang juga bisa menjelma sahabat setia
Engkau, adalah wanita
Yang aku tahu, mampu berdiri sendiri
Yang juga tetap membutuhkan seorang pemuja di sisi
Engkau, adalah wanita
Yang suatu saat akan dipanggil 'bunda' atau 'mama',
dan suatu saat juga; 'nenek', 'eyang putri', atau 'oma'
Dan aku ingin mengenalmu sampai saat itu tiba
Karena engkau,adalah wanita
26.04.02 // 00.30
Yang tersenyum, bercanda, tertawa ceria
Yang juga cemberut, menangis, marah, dan kecewa
Engkau adalah wanita
Yang kuat, cerdas, teguh, tangguh
Yang juga lembut, berbelit (kadangkala keras kepala)
Engkau adalah wanita
Yang bisa saja membuat lelaki manapun terpesona
Yang juga bisa menjelma sahabat setia
Engkau, adalah wanita
Yang aku tahu, mampu berdiri sendiri
Yang juga tetap membutuhkan seorang pemuja di sisi
Engkau, adalah wanita
Yang suatu saat akan dipanggil 'bunda' atau 'mama',
dan suatu saat juga; 'nenek', 'eyang putri', atau 'oma'
Dan aku ingin mengenalmu sampai saat itu tiba
Karena engkau,adalah wanita
26.04.02 // 00.30
25 April 2002
23 April 2002
22 April 2002
LAMENT FOR IGNACIO SANCHEZ MEJIAS
To my dear friend,
Encarnacion Lopez Julvez
1. The Goring and the Death
At five in the afternoon.
It was exactly five in the afternoon.
A boy brought the white sheet
at five in the afternoon.
A basketful of lime in readiness
at five in the afternoon.
Beyond that, death and death alone
at five in the afternoon.
The wind carried off wisps of cotton
at five in the afternoon.
And oxide dispersed glass and nickel
at five in the afternoon.
Dove locked in struggle with leopard
at five in the afternoon.
A thigh with a horn of desolation
at five in the afternoon.
The bass strings began to throb
at five in the afternoon.
The bells of arsenic, the smoke
at five in the afternoon.
At street corners silence clustering
at five in the afternoon.
Only the bull with upbeat heart
at five in the afternoon.
When snow-cold sweat began to form
at five in the afternoon.
when iodine had overspread the ring
at five in the afternoon.
death laid eggs in the wound
at five in the afternoon.
At exactly five in the afternoon.
A coffin on wheels is the bed
at five in the afternoon.
Bones and flutes resound in his ear
at five in the afternoon.
The bull was bellowing in his face
at five in the afternoon.
Death pangs turned the room iridescent
at five in the afternoon.
In the distance gangrene on the way
at five in the afternoon.
Lily-trumpet in the verdant groin
at five in the afternoon.
When wounds burned with the heat of suns
at five in the afternoon.
and the throng burst through the windows
at five in the afternoon.
At five in the afternoon.
Horrifying five in the afternoon
the stroke of give on every clock.
The dark of five in the afternoon
Weeping,
I go down the street
Grotesque, without solution
With the sadness of Cyrano
And Quixote.
Redeeming
Infinite impossiblities
With the rhythm of the clock.
-Frederico Garcia Lorca
To my dear friend,
Encarnacion Lopez Julvez
1. The Goring and the Death
At five in the afternoon.
It was exactly five in the afternoon.
A boy brought the white sheet
at five in the afternoon.
A basketful of lime in readiness
at five in the afternoon.
Beyond that, death and death alone
at five in the afternoon.
The wind carried off wisps of cotton
at five in the afternoon.
And oxide dispersed glass and nickel
at five in the afternoon.
Dove locked in struggle with leopard
at five in the afternoon.
A thigh with a horn of desolation
at five in the afternoon.
The bass strings began to throb
at five in the afternoon.
The bells of arsenic, the smoke
at five in the afternoon.
At street corners silence clustering
at five in the afternoon.
Only the bull with upbeat heart
at five in the afternoon.
When snow-cold sweat began to form
at five in the afternoon.
when iodine had overspread the ring
at five in the afternoon.
death laid eggs in the wound
at five in the afternoon.
At exactly five in the afternoon.
A coffin on wheels is the bed
at five in the afternoon.
Bones and flutes resound in his ear
at five in the afternoon.
The bull was bellowing in his face
at five in the afternoon.
Death pangs turned the room iridescent
at five in the afternoon.
In the distance gangrene on the way
at five in the afternoon.
Lily-trumpet in the verdant groin
at five in the afternoon.
When wounds burned with the heat of suns
at five in the afternoon.
and the throng burst through the windows
at five in the afternoon.
At five in the afternoon.
Horrifying five in the afternoon
the stroke of give on every clock.
The dark of five in the afternoon
Weeping,
I go down the street
Grotesque, without solution
With the sadness of Cyrano
And Quixote.
Redeeming
Infinite impossiblities
With the rhythm of the clock.
-Frederico Garcia Lorca
wajib nonton nih:
the dissapeareance of garcia lorca, yg maen andy garcia.
puisi2nya top abis, kapan2 gwe posting disini,
klo bisa diterjemahin juga.
"where's my moon?"-frederico garcia lorca,
the last second he was going to be executed
wajib nonton laennya:
-dead poet's society
-beloved
-the story of chico mendez
-waking the dead
-pachinko
-cinta dalam sepotong roti
-tambahin sendiri.........yg lainnya nyusul
the dissapeareance of garcia lorca, yg maen andy garcia.
puisi2nya top abis, kapan2 gwe posting disini,
klo bisa diterjemahin juga.
"where's my moon?"-frederico garcia lorca,
the last second he was going to be executed
wajib nonton laennya:
-dead poet's society
-beloved
-the story of chico mendez
-waking the dead
-pachinko
-cinta dalam sepotong roti
-tambahin sendiri.........yg lainnya nyusul
21 April 2002
biru membentang..
hijau mengembang
terpampang indah di pelupuk mata
menghibur sisi hati yang penuh lara...
geliat.. biru di temani rasa
angkuh menjulang hijau di ujung mata
melingkari ruang hati yang penuh duka
begitu indah..
begitu mempesona...
andaikan ia mampu masuk ke raga
semua akan tidak ada artinya
oh.. indahnya alamku...
hijau mengembang
terpampang indah di pelupuk mata
menghibur sisi hati yang penuh lara...
geliat.. biru di temani rasa
angkuh menjulang hijau di ujung mata
melingkari ruang hati yang penuh duka
begitu indah..
begitu mempesona...
andaikan ia mampu masuk ke raga
semua akan tidak ada artinya
oh.. indahnya alamku...
ma belle, tenggelamkan aku dalam jiwamu
biarkan paru-paruku basah oleh napasmu
napasku akan berat oleh bebanmu
setiap celah di tengkorakku akan terbanjiri harapmu
ma belle, chantez pour moi
isi hampaku dengan nada-nadamu
bukankah pendambaan dan kerinduan
lebih baik daripada ketiadaan?
ma belle, pinjamkan aku citraanmu
mungkin akan kubiarkan hujan malam ini
melukismu, menyuarakanmu
biarkan aroma bumi basah
mengingatkanku pada rumah
biarkan paru-paruku basah oleh napasmu
napasku akan berat oleh bebanmu
setiap celah di tengkorakku akan terbanjiri harapmu
ma belle, chantez pour moi
isi hampaku dengan nada-nadamu
bukankah pendambaan dan kerinduan
lebih baik daripada ketiadaan?
ma belle, pinjamkan aku citraanmu
mungkin akan kubiarkan hujan malam ini
melukismu, menyuarakanmu
biarkan aroma bumi basah
mengingatkanku pada rumah
kucoba tinggalkan mu diluar mimpi
tapi bagaimana mungkin
tertutup sebentarpun tidak mataku
dia mencari sisamu di langit langit itu
kucoba rapatkan tangan pada dada
tapi dia merana di sana
dia mencari kulitmu , kasih
inikah rindu ?
Kunyanyi nyanyi kecil pengantar tidur
betapa sumbangnya
betapa tidak ,
keluar dari bibir yang sendiri.
Ku coba cari diri pada kata kata
kurangkai seuntai demi seuntai
coba lihat lukisan apa yang tersusun
ternyata aku memang sedang rindu kamu.
tapi bagaimana mungkin
tertutup sebentarpun tidak mataku
dia mencari sisamu di langit langit itu
kucoba rapatkan tangan pada dada
tapi dia merana di sana
dia mencari kulitmu , kasih
inikah rindu ?
Kunyanyi nyanyi kecil pengantar tidur
betapa sumbangnya
betapa tidak ,
keluar dari bibir yang sendiri.
Ku coba cari diri pada kata kata
kurangkai seuntai demi seuntai
coba lihat lukisan apa yang tersusun
ternyata aku memang sedang rindu kamu.
19 April 2002
sebuah cerita untuk heriansyah latief
sembilan belas tahun lewat beberapa hari sudah dilewatinya. tahun pertama dia dilahirkan di sebuah benua tepat di bawah selatan khatulistiwa, lalu tahun kedua bocah kecil perempuan itu menemukan dirinya di negeri yang panas, tanah yang satu2nya akan dipanggilnya rumah. tahun-tahun berikutnya berlalu dengan tawa, tangis, kadang-kadang luka tetapi dunia masih lugu, masih cerah. tahun keempat belas dan kelima belas, dunia seolah runtuh, kekerasan di mana-mana, keramahan menjadi kemarahan. pertengahan tahun kelima belas dia berdiri kembali sendiri, di tanah kelahirannya, benua sebelah selatan khatulistiwa.
negeri itu serasa kosong, asing, tak dikenalnya. tahun kelima belas dan keenam belas adalah sesuatu kekosongan panjang.
cinta bukanlah sesuatu yang asing, dia mengenalnya pada tahun ketiga belas. cinta monyet pada seorang laki-laki yang jauh di atasnya, 10 tahun jarak di antara mereka. berakhir tidak dengan tragis, cuma perpisahan kecil oleh waktu yang tiba-tiba menjadi biasa. pada laki-laki kedua dia mengenal sebuah ciuman dan genggaman serta pelukan. laki-laki ketiga dia mengenal persetubuhan dan jatuh bangunnya cinta yang bertahan sampai saat ini.
seks juga bukanlah sesuatu yang asing, pengalaman yang tak menggenakkan dan tak ingin diingat kembali di tahun kesembilan. terbuka lagi di akhir tahun keenam belas, tetapi kali ini tanpa trauma, tanpa rasa takut, yang ada hanya cinta dan kenikmatan. laki-laki ketiga bukanlah perhentian satu2nya, masih ada laki-laki keempat, kelima dan keenam untuk berbagi persetubuhan. tetapi hati masih terantuk pada laki-laki ketiga, sampai saat ini, sampai tahun kesembilan belas.
lalu datang laki-laki ketujuh, yang memberi kehangatan, manis tetapi hanya akan berbatas kenyataan. tetapi dia tahu persis, bukanlah saatnya lagi berduka, tetapi saatnya berjalan seperti biasa.
tahun ketujuh belas dan kedelapan belas adalah pencerahan dan perenungan. dia terpaku pada kata-kata dan berubah menjadi penggila kata. kata-kata di hadapanmu adalah salah satunya.
akhir tahun kedelapan belas dia mencium kembali tanah yang tak cuma panas kini, tetapi penuh amarah.
tahun kesembilan belas adalah sebuah awal, sebuah kegilaaan, sebuah pekerjaan, sebuah jalan, sebuah percintaan, sebuah persetubuhan, sebuah penulisan, sebuah kenikmatan, sebuah kematian, sebuah pembunuhan, pengkuburan serta pembangkitan. karena dunia adalah sebuah kekacauan di tahun kesembilan belas, lalu kehidupannya adalah sebuah anti kemapanan, sebuah puisi atau prosa yang tidak beraturan.
bogor, 19 april 2002
sembilan belas tahun lewat beberapa hari sudah dilewatinya. tahun pertama dia dilahirkan di sebuah benua tepat di bawah selatan khatulistiwa, lalu tahun kedua bocah kecil perempuan itu menemukan dirinya di negeri yang panas, tanah yang satu2nya akan dipanggilnya rumah. tahun-tahun berikutnya berlalu dengan tawa, tangis, kadang-kadang luka tetapi dunia masih lugu, masih cerah. tahun keempat belas dan kelima belas, dunia seolah runtuh, kekerasan di mana-mana, keramahan menjadi kemarahan. pertengahan tahun kelima belas dia berdiri kembali sendiri, di tanah kelahirannya, benua sebelah selatan khatulistiwa.
negeri itu serasa kosong, asing, tak dikenalnya. tahun kelima belas dan keenam belas adalah sesuatu kekosongan panjang.
cinta bukanlah sesuatu yang asing, dia mengenalnya pada tahun ketiga belas. cinta monyet pada seorang laki-laki yang jauh di atasnya, 10 tahun jarak di antara mereka. berakhir tidak dengan tragis, cuma perpisahan kecil oleh waktu yang tiba-tiba menjadi biasa. pada laki-laki kedua dia mengenal sebuah ciuman dan genggaman serta pelukan. laki-laki ketiga dia mengenal persetubuhan dan jatuh bangunnya cinta yang bertahan sampai saat ini.
seks juga bukanlah sesuatu yang asing, pengalaman yang tak menggenakkan dan tak ingin diingat kembali di tahun kesembilan. terbuka lagi di akhir tahun keenam belas, tetapi kali ini tanpa trauma, tanpa rasa takut, yang ada hanya cinta dan kenikmatan. laki-laki ketiga bukanlah perhentian satu2nya, masih ada laki-laki keempat, kelima dan keenam untuk berbagi persetubuhan. tetapi hati masih terantuk pada laki-laki ketiga, sampai saat ini, sampai tahun kesembilan belas.
lalu datang laki-laki ketujuh, yang memberi kehangatan, manis tetapi hanya akan berbatas kenyataan. tetapi dia tahu persis, bukanlah saatnya lagi berduka, tetapi saatnya berjalan seperti biasa.
tahun ketujuh belas dan kedelapan belas adalah pencerahan dan perenungan. dia terpaku pada kata-kata dan berubah menjadi penggila kata. kata-kata di hadapanmu adalah salah satunya.
akhir tahun kedelapan belas dia mencium kembali tanah yang tak cuma panas kini, tetapi penuh amarah.
tahun kesembilan belas adalah sebuah awal, sebuah kegilaaan, sebuah pekerjaan, sebuah jalan, sebuah percintaan, sebuah persetubuhan, sebuah penulisan, sebuah kenikmatan, sebuah kematian, sebuah pembunuhan, pengkuburan serta pembangkitan. karena dunia adalah sebuah kekacauan di tahun kesembilan belas, lalu kehidupannya adalah sebuah anti kemapanan, sebuah puisi atau prosa yang tidak beraturan.
bogor, 19 april 2002
aku bukanlah neruda ataupun goenawan mohamad, aku adalah aku. maka bacalah setumpuk tulisan yang kuberikan di hadapanmu kau akan menemukan sekeping cinta yang bisa saja kepingan paling naif yang pernah aku tulis, atau sekeping lagi yang paling sentimentil yang lagi-lagi pernah aku goreskan. karena memang tulisan-tulisan ini merekam semuanya, dari cara mencintaimu yang paling buta, paling lugu, paling menggemaskan, paling gila, paling provokatif yang pernah aku tahu.
lalu sampailah aku pada hari ini, dimana aku berdiri di hadapanmu lagi di antara lembar-lembar tulisanku yang pernah kutulis, yang mungkin berubah atau tetap sama saja. tapi detik ini masih aku tahu bahwa aku masih mencintaimu dengan cara yang tidak pernah aku tahu kelanjutannya.
-sebuah catatan pengantar kecil
lalu sampailah aku pada hari ini, dimana aku berdiri di hadapanmu lagi di antara lembar-lembar tulisanku yang pernah kutulis, yang mungkin berubah atau tetap sama saja. tapi detik ini masih aku tahu bahwa aku masih mencintaimu dengan cara yang tidak pernah aku tahu kelanjutannya.
-sebuah catatan pengantar kecil
18 April 2002
telepon selular bergeletakan, lampunya berkedip-kedip,
di sampingnya, kertas berisi coret-coretan tak jelas,
tak jauh dari situ, sebuah buku, “diktat komputer”,
lalu puntung rokok, iya.. puntung, bukan di asbak, tapi di dekat kasur,
kalkulator yg jarang tersentuh, kemudian majalah ilmiah,
koran-koran bekas kaku di pojok, bertindih-tindihan,
gitar coklat, di langit-langit sarang laba-laba kait mengait,
ada juga botol air mineral kosong,, disket-disket entah punya siapa,
album-album photo sepi, di dekat pintu, baju-baju bergelantungan,
berdeak-desakan dengan jaket dan celana-celana,
kabel malang-melintang, melilit-lilit debu-debu tebal,
notasi sebuah lagu, sterika, kertas-kertas photo copy-an lusuh,
spanduk-spanduk warna-warni, tas yg berisi macam-macam,
huuhhh.... kamar ini berantakan!
di sampingnya, kertas berisi coret-coretan tak jelas,
tak jauh dari situ, sebuah buku, “diktat komputer”,
lalu puntung rokok, iya.. puntung, bukan di asbak, tapi di dekat kasur,
kalkulator yg jarang tersentuh, kemudian majalah ilmiah,
koran-koran bekas kaku di pojok, bertindih-tindihan,
gitar coklat, di langit-langit sarang laba-laba kait mengait,
ada juga botol air mineral kosong,, disket-disket entah punya siapa,
album-album photo sepi, di dekat pintu, baju-baju bergelantungan,
berdeak-desakan dengan jaket dan celana-celana,
kabel malang-melintang, melilit-lilit debu-debu tebal,
notasi sebuah lagu, sterika, kertas-kertas photo copy-an lusuh,
spanduk-spanduk warna-warni, tas yg berisi macam-macam,
huuhhh.... kamar ini berantakan!
kata-kata yang bertautan himpun menghimpun
menjadi tubuh yang kemudian terluka
di bawah sinar setengah bulan menyerupai
tindak-tanduk yang selalu saja ada tanpa perhitungan
yang jelas dan konsisten
melajur di jalur paling aman karena paling lambat
menjadi satu terangkai dalam suasana paling tak nyaman
di sebuah negeri paling tak aman
tanpa langit yang bisa ditatap sebagai tempat bernaung
segala cericau burung di setiap paginya karena asap pabrik
dan asap knalpot semakin sama hitamnya menyebabkan semua
luka semakin menganga tanpa ada jari yang menyentuhnya
dengan kasih sayang yang setia dari hati paling bersih
dan senyum paling tulus melainkan cuka yang dicampur dari
dengki dan hitamnya batu yang mengeras menjadi hati di
dalam dada setiap manusia yang belajar dari
bangku hasil suap menyuap para petinggi negara dan
menulis apa yang tertulis dalam buku yang ditulis
dari hasil perebutan tender tanpa transparansi yang memuaskan
juga universitas-universitas berbau pabrikan karena
cuma bisa memproduksi sarjana-sarjana yang gagah
di balik toga hitamnya yang baru dibeli hanya untuk
sebuah pesta dengan kamera juga pacar-pacar baru
kata-kata bersetubuh menjadi aku...
menjadi tubuh yang kemudian terluka
di bawah sinar setengah bulan menyerupai
tindak-tanduk yang selalu saja ada tanpa perhitungan
yang jelas dan konsisten
melajur di jalur paling aman karena paling lambat
menjadi satu terangkai dalam suasana paling tak nyaman
di sebuah negeri paling tak aman
tanpa langit yang bisa ditatap sebagai tempat bernaung
segala cericau burung di setiap paginya karena asap pabrik
dan asap knalpot semakin sama hitamnya menyebabkan semua
luka semakin menganga tanpa ada jari yang menyentuhnya
dengan kasih sayang yang setia dari hati paling bersih
dan senyum paling tulus melainkan cuka yang dicampur dari
dengki dan hitamnya batu yang mengeras menjadi hati di
dalam dada setiap manusia yang belajar dari
bangku hasil suap menyuap para petinggi negara dan
menulis apa yang tertulis dalam buku yang ditulis
dari hasil perebutan tender tanpa transparansi yang memuaskan
juga universitas-universitas berbau pabrikan karena
cuma bisa memproduksi sarjana-sarjana yang gagah
di balik toga hitamnya yang baru dibeli hanya untuk
sebuah pesta dengan kamera juga pacar-pacar baru
kata-kata bersetubuh menjadi aku...
17 April 2002
Pada hitam matanya
adalah dunia ketulusan
cermin coklat mataku
dunia kepura puraan
Pada tarikan mulutnya
terbanjar keceriaan
membuatku sulit atur senyum
yang penuh guratan serapah
Limbung langkah langkah kecilnya
membuat waktu menunggu
ejek langkah besar tergesa
kejar masa yang tak berteman
Besok ajari aku lagi melihat
berjalan
tertawa
menangis
"Bapakmu kemana ?"
adalah dunia ketulusan
cermin coklat mataku
dunia kepura puraan
Pada tarikan mulutnya
terbanjar keceriaan
membuatku sulit atur senyum
yang penuh guratan serapah
Limbung langkah langkah kecilnya
membuat waktu menunggu
ejek langkah besar tergesa
kejar masa yang tak berteman
Besok ajari aku lagi melihat
berjalan
tertawa
menangis
"Bapakmu kemana ?"
16 April 2002
:ay
karna nisanmu mengundangku
dengan ukirannya
yang tak biasa
pada batu
dimana waktu hilang
menjadi tak perlu
sama seperti ketika kematian memelukku
hangat
bukan dingin
tanpa kata-kata
kuburnya hilang lagi pagi ini
bunga-bunga ingin kulempar ke atas tanah
atau kutaruh saja di atas kuburmu?
:patut berdukakah aku?
atau kubuang saja semua kuning bendera
hingga tanpa sisa
hingga tanpa luka
karna nisanmu mengundangku
dengan ukirannya
yang tak biasa
pada batu
dimana waktu hilang
menjadi tak perlu
sama seperti ketika kematian memelukku
hangat
bukan dingin
tanpa kata-kata
kuburnya hilang lagi pagi ini
bunga-bunga ingin kulempar ke atas tanah
atau kutaruh saja di atas kuburmu?
:patut berdukakah aku?
atau kubuang saja semua kuning bendera
hingga tanpa sisa
hingga tanpa luka
15 April 2002
Ada pesan dari Ling, pengganti sementara www.geocities.com/hanya_kata ada di http://hanyakata.blogspot.com
Dia dari masa lalu mengatakan :
selesai.
Dia dari kekinian mengatakan :
disisimu,
Dia dari masa depan mengatakan :
aku ada.
Tersadar ...
aku dalam perjalanan pulang
ku rindu rumah tempat bintang diserakan hiasi malam
tempat matahari dan bulan digantung temani bumi
saat pelangi dibusurkan
burung yang asing dengar kicaunya
singa yang terkejut dengan auman sendiri
ikan yang belajar berenang
Tunas dalam perkenalan pertamanya dengan sinar
Dan teman-temanku yang tidak sadar telanjang.
Tetelestai, Ting.
selesai.
Dia dari kekinian mengatakan :
disisimu,
Dia dari masa depan mengatakan :
aku ada.
Tersadar ...
aku dalam perjalanan pulang
ku rindu rumah tempat bintang diserakan hiasi malam
tempat matahari dan bulan digantung temani bumi
saat pelangi dibusurkan
burung yang asing dengar kicaunya
singa yang terkejut dengan auman sendiri
ikan yang belajar berenang
Tunas dalam perkenalan pertamanya dengan sinar
Dan teman-temanku yang tidak sadar telanjang.
Tetelestai, Ting.
14 April 2002
apologia 1
maka begini inilahkalau malam datang:
aku akan duduk lagi seperti malam kemarin
duduk di atas rumput yang sudah agak-agak basah
sambil kumain-mainkan nafas yang mulai
berwujud asap-asap putih yang kemudian
melingkar-lingkar merekonstruksi imaji-imaji tentangmu
dengan cahaya setengah bulan tentunya
gambaran yang muncul adalah kamu yang tak pernah penuh:
selalu saja ada ruang yang tak terisi dengan makna
yang semestinya. 'tak mengapa' kemudian menjadi
jalan keluar yang paling sering kupilih
suatu saat bukankah malam akan bercahaya
penuh bulan, yang mungkin akan menghadirkanmu
utuh, tak menyisakan satupun ambigu
-di atas bis bandung-bekasi
maka begini inilahkalau malam datang:
aku akan duduk lagi seperti malam kemarin
duduk di atas rumput yang sudah agak-agak basah
sambil kumain-mainkan nafas yang mulai
berwujud asap-asap putih yang kemudian
melingkar-lingkar merekonstruksi imaji-imaji tentangmu
dengan cahaya setengah bulan tentunya
gambaran yang muncul adalah kamu yang tak pernah penuh:
selalu saja ada ruang yang tak terisi dengan makna
yang semestinya. 'tak mengapa' kemudian menjadi
jalan keluar yang paling sering kupilih
suatu saat bukankah malam akan bercahaya
penuh bulan, yang mungkin akan menghadirkanmu
utuh, tak menyisakan satupun ambigu
-di atas bis bandung-bekasi
13 April 2002
sudahkah kukatakan;
aku senang ada di dekatmu
aku senang dengan cara bicaramu
isi bicaramu
suara tertawamu
dan ekspresi-ekspresi aneh yang kau buat
ketika engkau bercerita
'kan sudah kukatakan;
aku senang ada di dekatmu
aku senang bisa bicara denganmu
senang bisa tertawa bersamamu
membelai rambutmu atau meninju bahumu
ketika engkau membuat ekspresi-ekspresi aneh itu
kalaupun ada yang belum kukatakan;
aku senang melihatmu mengerjakan sesuatu
melihatmu sekedar berjalan dari sini ke situ
dan ada sesuatu pada aromamu
yang mengingatkanku pada rumah.
aku senang ada di dekatmu
aku senang dengan cara bicaramu
isi bicaramu
suara tertawamu
dan ekspresi-ekspresi aneh yang kau buat
ketika engkau bercerita
'kan sudah kukatakan;
aku senang ada di dekatmu
aku senang bisa bicara denganmu
senang bisa tertawa bersamamu
membelai rambutmu atau meninju bahumu
ketika engkau membuat ekspresi-ekspresi aneh itu
kalaupun ada yang belum kukatakan;
aku senang melihatmu mengerjakan sesuatu
melihatmu sekedar berjalan dari sini ke situ
dan ada sesuatu pada aromamu
yang mengingatkanku pada rumah.
12 April 2002
10 April 2002
:a.y.
memang benar aku datang pada kuburmu siang itu, tetapi ada satu hal yang ingin kutanyakan kepadamu, benarkah aku menabur bunga-bunga di atas liang lahatmu sehingga membuatmu ragu? warna apakah bunga itu, melatikah? atau kambojakah? wangikah, biasa-biasa saja atau berbau busuk pengat?
sadarkah aku ketika kau memelukku begitu hangat, begitu juga genggaman hangatmu. sepertinya tidak ada yang salah. aku tidak mengerti dimanakah ada yang salah? apa pada pelukan, segenggam tangan atau sekecup cium di pipi yang diikuti sejumput senyum. tetapi kemanakah birahi ketika kau tidur di sisi dan aku tidur di sisimu, dua malam sudah berlalu. kita hanya saling bergenggaman dan berpelukan di bawah sepotong selimut yang kadang tebal dan tipis. terkadang kita sepertinya bertumpukan seperti seprai dan bantal-bantal itu. sadarkah kau? sadarkah kita?
lagi kutanyakan pertanyaan ini sekali lagi, apa yang membuatmu ragu sehingga terganggu istirahat tenangmu? sesungging senyumkah yang menggodamu, yang datang seperti rambut perempuan yang tengah berdiri di pojokan yang begitu sering kita lewati, begitu panjang lurus dan langsung. begitu tanpa basa-basi dan macam-macam. satu senyum yang menusukkah?
ah kau, saudaraku yang termanis, terhangat, mengapa waktu menaruh kita di sisi yang sungguh berbeda sesaat ketika hati kita berkata sejiwa, semati dan sekubur.
di atas bis kota sepanjang tim - cawang, 9 april 2002
memang benar aku datang pada kuburmu siang itu, tetapi ada satu hal yang ingin kutanyakan kepadamu, benarkah aku menabur bunga-bunga di atas liang lahatmu sehingga membuatmu ragu? warna apakah bunga itu, melatikah? atau kambojakah? wangikah, biasa-biasa saja atau berbau busuk pengat?
sadarkah aku ketika kau memelukku begitu hangat, begitu juga genggaman hangatmu. sepertinya tidak ada yang salah. aku tidak mengerti dimanakah ada yang salah? apa pada pelukan, segenggam tangan atau sekecup cium di pipi yang diikuti sejumput senyum. tetapi kemanakah birahi ketika kau tidur di sisi dan aku tidur di sisimu, dua malam sudah berlalu. kita hanya saling bergenggaman dan berpelukan di bawah sepotong selimut yang kadang tebal dan tipis. terkadang kita sepertinya bertumpukan seperti seprai dan bantal-bantal itu. sadarkah kau? sadarkah kita?
lagi kutanyakan pertanyaan ini sekali lagi, apa yang membuatmu ragu sehingga terganggu istirahat tenangmu? sesungging senyumkah yang menggodamu, yang datang seperti rambut perempuan yang tengah berdiri di pojokan yang begitu sering kita lewati, begitu panjang lurus dan langsung. begitu tanpa basa-basi dan macam-macam. satu senyum yang menusukkah?
ah kau, saudaraku yang termanis, terhangat, mengapa waktu menaruh kita di sisi yang sungguh berbeda sesaat ketika hati kita berkata sejiwa, semati dan sekubur.
di atas bis kota sepanjang tim - cawang, 9 april 2002
09 April 2002
06 April 2002
05 April 2002
saya lagi suka-sukanya sama lagu radio head (creep)
dan saya juga lagi suka-sukanya baca komik rival.
serta lagi maunya main solitaire, trus yang ada malam ini hanya kita berdua.
kenapa hanya saya yang bicara?
"kelebihan protein, kelebihan protein, kelebihan protein"
bisiknya suatu kali,...
(/me bayangin kencan dengan wanita yg membosankan)
dan saya juga lagi suka-sukanya baca komik rival.
serta lagi maunya main solitaire, trus yang ada malam ini hanya kita berdua.
kenapa hanya saya yang bicara?
"kelebihan protein, kelebihan protein, kelebihan protein"
bisiknya suatu kali,...
(/me bayangin kencan dengan wanita yg membosankan)
kangen juga gua untuk ngoceh disini lage.
wow, apa kabar anda semua hari ini?
diam, hening sunyi.
memelototi tv, dengan film yang sepenuhnya sadis (menyedihkan, memuakkan)..
sampai kemudian, dia melemparkan handuk putih.
saatnya, puteri.
saatnya untuk mandi...
(untuk semua sepupuku, ayo matikan TV!)
wow, apa kabar anda semua hari ini?
diam, hening sunyi.
memelototi tv, dengan film yang sepenuhnya sadis (menyedihkan, memuakkan)..
sampai kemudian, dia melemparkan handuk putih.
saatnya, puteri.
saatnya untuk mandi...
(untuk semua sepupuku, ayo matikan TV!)
sembilan belas tahun sudah kulewati semenjak kuhirup udara di luar udara dalam rahim ibuku. ah yah, tepat hari ini katamu mengingatkanku, doamu agar kudapatkan suatu kehidupan yang indah. ah yah, lagi-lagi katamu semoga kau terus menulis, lalu untuk bersikap lebih dewasa dan terakhir untuk mencintai orang yang dicintai. yaitu kau!
aku ingat tiga hari yang lalu, di antara deretan kabel dan hati yang nyaris rusak. kita menyusun rencana paling gila, lebih gila daripada yang pernah ada, segila-gilanya. untuk mempertemukan tiga orang dengan kepala dan hati yang berbeda-beda, lalu menyatukannya dengan damai dan geleng-geleng kepala. cinta segitiga, bukan segi dua, segi empat atau segi-segi lainnya. kau gila, rutukku dalam hati. tapi kau tahu itu, aku pun tahu itu. kita selalu lupa sampai batas mana kewarasan kita pada tatanan ideal dunia nyata. namun dunia mimpi pun tidak sejentik jaripun pernah kita sentuh air segarnya, dan yah lagi-lagi kita tahu itu.
ceritaku menjadi jengah sewaktu aku tenggelam di dalamnya, masihkah ada cemburu di hatimu? aku pun tak mengerti, hanya kosong, hanya melompong, bercinta tanpa cinta itu sendiri. karena hanya kau yang tahu bagaimana membabibutanya tulisan-tulisan rinduku yang terkumpul seratus halaman lebih panjangnya selama setahun terakhir. kumpulan tulisan itu akan kubukukan secepatnya, kuberikan dengan semua hati dan darah yang tertinggal di dalam nadi. kau ingat denyut kita hari itu? berkejaran seperti sepasang kupu-kupu di musim kawin, lukisan memang indah, tetapi goresan selalu kasar dan kusam.
bogor-jakarta, 4 april 2002
aku ingat tiga hari yang lalu, di antara deretan kabel dan hati yang nyaris rusak. kita menyusun rencana paling gila, lebih gila daripada yang pernah ada, segila-gilanya. untuk mempertemukan tiga orang dengan kepala dan hati yang berbeda-beda, lalu menyatukannya dengan damai dan geleng-geleng kepala. cinta segitiga, bukan segi dua, segi empat atau segi-segi lainnya. kau gila, rutukku dalam hati. tapi kau tahu itu, aku pun tahu itu. kita selalu lupa sampai batas mana kewarasan kita pada tatanan ideal dunia nyata. namun dunia mimpi pun tidak sejentik jaripun pernah kita sentuh air segarnya, dan yah lagi-lagi kita tahu itu.
ceritaku menjadi jengah sewaktu aku tenggelam di dalamnya, masihkah ada cemburu di hatimu? aku pun tak mengerti, hanya kosong, hanya melompong, bercinta tanpa cinta itu sendiri. karena hanya kau yang tahu bagaimana membabibutanya tulisan-tulisan rinduku yang terkumpul seratus halaman lebih panjangnya selama setahun terakhir. kumpulan tulisan itu akan kubukukan secepatnya, kuberikan dengan semua hati dan darah yang tertinggal di dalam nadi. kau ingat denyut kita hari itu? berkejaran seperti sepasang kupu-kupu di musim kawin, lukisan memang indah, tetapi goresan selalu kasar dan kusam.
bogor-jakarta, 4 april 2002
02 April 2002
entah kenapa aku suka malam
saat justru ketika semua mulai temaram
penghisap darah saling genggam
ternyata aku dendam
simpan semua senyum
karena memang tidak akan nyata
tertawalah
diri hanya terwakil suara
hujan abu
tutupi waktu
jaring laba-laba
selimuti cinta
(
so u sailed away ...
into a grey sky morning
)
--> "Vertical Horizon"
saat justru ketika semua mulai temaram
penghisap darah saling genggam
ternyata aku dendam
simpan semua senyum
karena memang tidak akan nyata
tertawalah
diri hanya terwakil suara
hujan abu
tutupi waktu
jaring laba-laba
selimuti cinta
(
so u sailed away ...
into a grey sky morning
)
--> "Vertical Horizon"
Langganan:
Postingan (Atom)