30 September 2001
kau tahu...
di mana kurangkum kata-kata itu?
di ruang ujian!
kau diujung mataku...meski tanpa raga
dua kali enam puluh menit...
sembilan puluh sembilan persen
kugunakan 'tuk merabamu yang tanpa raga itu
dalam gelap yang paling gelap
dalam hitam yang paling hitam
aku bisa saja tak cinta kepadamu
kalau kau memang menginginkan itu...
tapi...
kau tahu...
dimana aku merangkai kata-kata itu?
di ruang ujian!
betapa dingin dan sepinya di situ....
di mana kurangkum kata-kata itu?
di ruang ujian!
kau diujung mataku...meski tanpa raga
dua kali enam puluh menit...
sembilan puluh sembilan persen
kugunakan 'tuk merabamu yang tanpa raga itu
dalam gelap yang paling gelap
dalam hitam yang paling hitam
aku bisa saja tak cinta kepadamu
kalau kau memang menginginkan itu...
tapi...
kau tahu...
dimana aku merangkai kata-kata itu?
di ruang ujian!
betapa dingin dan sepinya di situ....
29 September 2001
Ada Yang Bergerak
Sebuah gerak, dan gerak-gerak, dan diam tak bergerak
Karena hati, karena jiwa, karena rasa
Karena tumbuhan, karena hewan, karena alam, karena Tuhan
Sebuah gerak, dan gerak-gerak, dan diam tak bergerak
Pelan, lambat, perlahan
Cepat, cepat, dan cepat
Terhambat atau mengalir
Terlambat atau terlalu cepat
Kecil atau besar
Sebuah gerak, dan gerak-gerak, dan diam tak bergerak
Pada benda, benda, benda, dan benda
Mati atau hidup, hidup atau mati
Seperti atom-atom, molekul-molekul, ion-ion yang bergetar
Sel-sel, jaringan-jaringan, organ-organ yang berjalan
Jantung yang berdetak-detak, darah yang mengalir
Atau urat-urat saraf yang menegang
Seperti debu-debu yang beterbangan
Atau kerikil-kerikil dan batu-batu kaku berserakan
Dan ombak yang tak henti menerjang
Atau salju putih menghampar di utara dan selatan
Seperti angin yang terus berhembus
Atau badai yang menerjang hutan-hutan berputar-putar
Seperti air yang mengalir
Atau banjir yang menghapus sabana dengan deras liar
Seperti gerakan magma di perut bumi
Atau letusan gunung berapi yang menakutkan
Rumput-rumput yang bergoyang
Kuncup-kuncup yang berkembang
Daun-daun yang berjatuhan
Bunga-bunga yang mekar
Dan akar-akar yang menjalar serta batang-batang pohon
Dan dahan-dahan serta ranting-ranting yang diam
Ataukah tarian pucuk-pucuk cemara
Atau lambaian daun-daun kelapa
Semut-semut, ulat-ulat, siput-siput yang merayap
Kupu-kupu, laron-laron, capung-capung beterbangan
Burung-burung, kelelawar-kelelawar, melayang-layang
Kodok-kodok, belalang-belalang, jangkrik-jangkrik berloncatan
Seperti layar-layar kapal yang terkembang
Dan bendera-bendera yang berkibar
serta jarum jam yang berdetak, roda-roda berputar
Bumipun berputar, bulan berputar, planet-planet berputar
Matahari berputar, dan bintang-bintang berjalan atau diam
Bahkan api yang berkobar
Asap yang menyebar, terbang, melayang
Serta awan yang bergerak menggumpal dan menyebar
Atau langit yang diam tanpa pilar-pilar
Bahkan peluru yang keluar dari senapan
Bom-bom yang meledak
Kota yang terbakar
Negeri yang porak-poranda
Juga mahasiswa yang berunjuk rasa, berjuang
Kayu-kayupun menghantam dan sepatu-sepatu menendang
Batu-batupun beterbangan, korbanpun berjatuhan
Bahkan anak-anak kecil yang berlarian ketakutan, sewaktu perang
Tak seperti anak-anak yang bermain kejar-kejaran,
di alam kebebasan
16031999 - zaM
Hidup berarti bergerak
bergerak bukan berarti hidup
Mati berarti diam
diam bukan berarti mati
Sebuah gerak, dan gerak-gerak, dan diam tak bergerak
Karena hati, karena jiwa, karena rasa
Karena tumbuhan, karena hewan, karena alam, karena Tuhan
Sebuah gerak, dan gerak-gerak, dan diam tak bergerak
Pelan, lambat, perlahan
Cepat, cepat, dan cepat
Terhambat atau mengalir
Terlambat atau terlalu cepat
Kecil atau besar
Sebuah gerak, dan gerak-gerak, dan diam tak bergerak
Pada benda, benda, benda, dan benda
Mati atau hidup, hidup atau mati
Seperti atom-atom, molekul-molekul, ion-ion yang bergetar
Sel-sel, jaringan-jaringan, organ-organ yang berjalan
Jantung yang berdetak-detak, darah yang mengalir
Atau urat-urat saraf yang menegang
Seperti debu-debu yang beterbangan
Atau kerikil-kerikil dan batu-batu kaku berserakan
Dan ombak yang tak henti menerjang
Atau salju putih menghampar di utara dan selatan
Seperti angin yang terus berhembus
Atau badai yang menerjang hutan-hutan berputar-putar
Seperti air yang mengalir
Atau banjir yang menghapus sabana dengan deras liar
Seperti gerakan magma di perut bumi
Atau letusan gunung berapi yang menakutkan
Rumput-rumput yang bergoyang
Kuncup-kuncup yang berkembang
Daun-daun yang berjatuhan
Bunga-bunga yang mekar
Dan akar-akar yang menjalar serta batang-batang pohon
Dan dahan-dahan serta ranting-ranting yang diam
Ataukah tarian pucuk-pucuk cemara
Atau lambaian daun-daun kelapa
Semut-semut, ulat-ulat, siput-siput yang merayap
Kupu-kupu, laron-laron, capung-capung beterbangan
Burung-burung, kelelawar-kelelawar, melayang-layang
Kodok-kodok, belalang-belalang, jangkrik-jangkrik berloncatan
Seperti layar-layar kapal yang terkembang
Dan bendera-bendera yang berkibar
serta jarum jam yang berdetak, roda-roda berputar
Bumipun berputar, bulan berputar, planet-planet berputar
Matahari berputar, dan bintang-bintang berjalan atau diam
Bahkan api yang berkobar
Asap yang menyebar, terbang, melayang
Serta awan yang bergerak menggumpal dan menyebar
Atau langit yang diam tanpa pilar-pilar
Bahkan peluru yang keluar dari senapan
Bom-bom yang meledak
Kota yang terbakar
Negeri yang porak-poranda
Juga mahasiswa yang berunjuk rasa, berjuang
Kayu-kayupun menghantam dan sepatu-sepatu menendang
Batu-batupun beterbangan, korbanpun berjatuhan
Bahkan anak-anak kecil yang berlarian ketakutan, sewaktu perang
Tak seperti anak-anak yang bermain kejar-kejaran,
di alam kebebasan
16031999 - zaM
Hidup berarti bergerak
bergerak bukan berarti hidup
Mati berarti diam
diam bukan berarti mati
Karena Aku Tak Akan Pernah Dewasa
Sebelum Aku Mengenal Wanita ....*
Tatapan mata seorang wanita
adalah secercah cahaya
yang memendam beribu makna dan rasa
dari ketajaman hati dan kepekaan jiwa
akan warna-warni dunia
Semua akan hanyut
terbawa dalam suasana
jika mendengar suara tangis
dan melihat tetes air mata wanita
Kebahagiaan dan keceriaan
pada senyum di bibir wanita
mampu melukis siapa saja
dengan warna-warni lembut nan anggun
Karena, Kekuatan wanita ada pada hatinya
yang mampu menciptakan kehangatan, kebahagiaan
bahkan peperangan dan kehancuran dunia...
Setiap tatapan mata seorang wanita
sesungguhnya membutuhkan perlindungan
dari seorang pria...
dan ia akan selalu membalasnya
dengan balutan kasih sayang
yang hangat dan mesra
yang halus dan tulus
Karena itu tak ada
yang lebih indah dan bermakna di dunia
selain seorang wanita,
bagi pria...
Hawa ada karena Adam,
wanita ada karena pria
dan manusia ada karena wanita
karena awal terjadinya manusia
terbentuk lalu terlahir
dari rahim seorang wanita
Karena itu wanita adalah ladang
tempat tumbuhnya benih-benih kehidupan
Tak ada yang lebih besar
dari pengorbanan wanita
jika ia telah menjadi seorang ibu
dan memberi sesuatu kepada anaknya
Karena itu wanita adalah kasih
yang terus mengalir tak berhenti
membalut ruang-ruang jiwa
dengan kehangatan dan kedamaian...
Aku mencoba berfikir
dan mengerti apa makna wanita
Karena aku tak akan pernah dewasa
sebelum aku mengenal wanita
[ 12 April 2000 20.30 WIB ]
Wanita bukanlah objek kekerasan hanya karena fisiknya lebih lemah
tapi sebaliknya, pada jiwa seorang wanita ada kekuatan untuk mendinginkan, menyejukkan dan menjernihkan setiap jiwa yang buram, keras dan tajam
*zaM
zam kemana yah...
Sebelum Aku Mengenal Wanita ....*
Tatapan mata seorang wanita
adalah secercah cahaya
yang memendam beribu makna dan rasa
dari ketajaman hati dan kepekaan jiwa
akan warna-warni dunia
Semua akan hanyut
terbawa dalam suasana
jika mendengar suara tangis
dan melihat tetes air mata wanita
Kebahagiaan dan keceriaan
pada senyum di bibir wanita
mampu melukis siapa saja
dengan warna-warni lembut nan anggun
Karena, Kekuatan wanita ada pada hatinya
yang mampu menciptakan kehangatan, kebahagiaan
bahkan peperangan dan kehancuran dunia...
Setiap tatapan mata seorang wanita
sesungguhnya membutuhkan perlindungan
dari seorang pria...
dan ia akan selalu membalasnya
dengan balutan kasih sayang
yang hangat dan mesra
yang halus dan tulus
Karena itu tak ada
yang lebih indah dan bermakna di dunia
selain seorang wanita,
bagi pria...
Hawa ada karena Adam,
wanita ada karena pria
dan manusia ada karena wanita
karena awal terjadinya manusia
terbentuk lalu terlahir
dari rahim seorang wanita
Karena itu wanita adalah ladang
tempat tumbuhnya benih-benih kehidupan
Tak ada yang lebih besar
dari pengorbanan wanita
jika ia telah menjadi seorang ibu
dan memberi sesuatu kepada anaknya
Karena itu wanita adalah kasih
yang terus mengalir tak berhenti
membalut ruang-ruang jiwa
dengan kehangatan dan kedamaian...
Aku mencoba berfikir
dan mengerti apa makna wanita
Karena aku tak akan pernah dewasa
sebelum aku mengenal wanita
[ 12 April 2000 20.30 WIB ]
Wanita bukanlah objek kekerasan hanya karena fisiknya lebih lemah
tapi sebaliknya, pada jiwa seorang wanita ada kekuatan untuk mendinginkan, menyejukkan dan menjernihkan setiap jiwa yang buram, keras dan tajam
*zaM
zam kemana yah...
27 September 2001
Dialog dan Kemanusiaan*
Aku tak tahu apakah aku terlalu banyak berdialog dengan diriku sendiri. Kalau hari ini betul, tentunya inilah sebagian yang menyebabkan aku kurang mampu berkomunikasi dengan lingkunganku. Tapi bukankah memperbanyak dialog dengan diri sendiri itu justru menambah kita makin mengerti arti kemanusiaan ini? Dengan melihat diri sendiri kita melihat manusia.
24 januari 1970
-Ahmad Wahib
*dikutip dari "Pergolakan Pemikiran Islam: Catatan Harian Ahmad Wahib", terbitan LP3ES, 1983
Aku tak tahu apakah aku terlalu banyak berdialog dengan diriku sendiri. Kalau hari ini betul, tentunya inilah sebagian yang menyebabkan aku kurang mampu berkomunikasi dengan lingkunganku. Tapi bukankah memperbanyak dialog dengan diri sendiri itu justru menambah kita makin mengerti arti kemanusiaan ini? Dengan melihat diri sendiri kita melihat manusia.
24 januari 1970
-Ahmad Wahib
*dikutip dari "Pergolakan Pemikiran Islam: Catatan Harian Ahmad Wahib", terbitan LP3ES, 1983
22 September 2001
matinya bunga-bunga
:d.a.r.
aku tertinggal dengan hati yang sudah retak
nyaris pecah
lalu kubunuh juga bunga-bunga di hati
biar hilang wangi semerbak
mati kuinjak-injak
mungkin aku masih akan mencarimu
di antara jejaringan
melalui jalinan huruf-huruf
di tirai warung-warung
melalui refleksi gelas-gelas
di kota-kota
melalui warna-warna senja
kuayunkan sebuah palu
menuju dada
biar tak hanya retak
biar tak hanya retak
maaf, aku memang sudah bersiap-siap jatuh
menemani dirimu merangkak
:d.a.r.
aku tertinggal dengan hati yang sudah retak
nyaris pecah
lalu kubunuh juga bunga-bunga di hati
biar hilang wangi semerbak
mati kuinjak-injak
mungkin aku masih akan mencarimu
di antara jejaringan
melalui jalinan huruf-huruf
di tirai warung-warung
melalui refleksi gelas-gelas
di kota-kota
melalui warna-warna senja
kuayunkan sebuah palu
menuju dada
biar tak hanya retak
biar tak hanya retak
maaf, aku memang sudah bersiap-siap jatuh
menemani dirimu merangkak
21 September 2001
20 September 2001
jatuh cinta pada kata-kata? apakah itu mungkin? lalu dari jalinan-jalinannya, rangkai merangkainya, tulisan demi tulisan dan lembar demi lembar tersodorkan di depanku.
bermula dari sebuah rak buku, di sebuah toko dan corat coret itu menggangu mataku. kubaca jua malam itu dan, oh aku tercandu...aku mabuk tersadarkan...
aku mencari dimana dia, aku ingin mengejarnya, dan tiba-tiba aku sudah berdiri disini. aku semakin bertanya-tanya apa yang dilihatnya kini. siapa aku di mata itu?
dan malam ini aku cemburu dengan puisi-puisinya. aku haus, tak terpuaskan... aku ingin mati di antara serakan huruf-hurufnya. aku ingin dikuburkan.
bermula dari sebuah rak buku, di sebuah toko dan corat coret itu menggangu mataku. kubaca jua malam itu dan, oh aku tercandu...aku mabuk tersadarkan...
aku mencari dimana dia, aku ingin mengejarnya, dan tiba-tiba aku sudah berdiri disini. aku semakin bertanya-tanya apa yang dilihatnya kini. siapa aku di mata itu?
dan malam ini aku cemburu dengan puisi-puisinya. aku haus, tak terpuaskan... aku ingin mati di antara serakan huruf-hurufnya. aku ingin dikuburkan.
19 September 2001
15 September 2001
14 September 2001
13 September 2001
lalu jariku bergerak-gerak
mencoba menari kaku di atas tuts-tuts kaku
apa yang terekam
apa yang ingin kuungkapkan
jika hati menangis terlalu perih
siapa yang gila dan siapa yang tidak
adakah bedanya?
siapa yang salah dan siapa yang tidak
adakah bedanya?
kita ini sebenarnya mau apa?
memusnahkan diri sendiri?
sungguh aku hanya bisa bertanya...
mencoba menari kaku di atas tuts-tuts kaku
apa yang terekam
apa yang ingin kuungkapkan
jika hati menangis terlalu perih
siapa yang gila dan siapa yang tidak
adakah bedanya?
siapa yang salah dan siapa yang tidak
adakah bedanya?
kita ini sebenarnya mau apa?
memusnahkan diri sendiri?
sungguh aku hanya bisa bertanya...
Jiwa Tergenggam
(Pablo Neruda)
Kita bahkan kehilangan senja ini.
Tak ada yang melihat kita jalan bergandengan tangan
sementara malam biru ambruk ke dunia.
Aku lihat dari jendelaku
matahari tenggelam berpesta di puncak puncak
pegunungan yang jauh.
Kadang-kadang sepotong matahari
terbakar seperti sebuah uang koin di tanganku.
Aku mengenangmu dengan jiwaku tergenggam
dalam kesedihanku yang sudah kau tahu itu.
Di mana kau waktu itu?
Ada siapa lagi di situ?
Bilang apa?
Kenapa cinta mendatangiku tiba tiba
di saat aku sedih dan merasa kau betapa jauhnya?
Terjatuh buku yang biasanya ditutup setelah senja tiba
Dan sweater biruku terlipat seperti seekor anjing
terluka di kakiku.
Selalu, selalu kau mengabur lewat malam
menuju patung patung yang menghapus senja.
-terjemahan Saut Situmorang
nb: entahlah, aku ingin merasakan lagi hatiku yang masih terguncang...entahlah
puisi2 neruda rasanya bisa menenangkan jiwa ini...
(Pablo Neruda)
Kita bahkan kehilangan senja ini.
Tak ada yang melihat kita jalan bergandengan tangan
sementara malam biru ambruk ke dunia.
Aku lihat dari jendelaku
matahari tenggelam berpesta di puncak puncak
pegunungan yang jauh.
Kadang-kadang sepotong matahari
terbakar seperti sebuah uang koin di tanganku.
Aku mengenangmu dengan jiwaku tergenggam
dalam kesedihanku yang sudah kau tahu itu.
Di mana kau waktu itu?
Ada siapa lagi di situ?
Bilang apa?
Kenapa cinta mendatangiku tiba tiba
di saat aku sedih dan merasa kau betapa jauhnya?
Terjatuh buku yang biasanya ditutup setelah senja tiba
Dan sweater biruku terlipat seperti seekor anjing
terluka di kakiku.
Selalu, selalu kau mengabur lewat malam
menuju patung patung yang menghapus senja.
-terjemahan Saut Situmorang
nb: entahlah, aku ingin merasakan lagi hatiku yang masih terguncang...entahlah
puisi2 neruda rasanya bisa menenangkan jiwa ini...
catatan lima menit
:alm Pablo Neruda...thx
tapi...
aku mencarimu...dalam sepi
yang begitu menyesakkan
yg gelapnya menghalang-halangiku,
aku mencarimu...dalam detik-detik yg menghunus-hunus
dan cekikkan angin hampa.
api yang tak pernah padam dan
embun yang tak kunjung mengering
adalah sahabat, yang setia memapahku
dalam menujumu
tapi...
di sini aku kehilangan arah menujumu,
kehilangan jalan yg tertutup pasir,
aku kegelapan!
tapi...
kau juga tak pernah peduli, purapura tak mengerti
bahkan sebelah matapun.
Kau berteriak, aku dengar itu,
tapi kau juga sumbat kedua daun kupingku,
kau tutup kedua mata tajamku...
dan kau koyak-koyak
otak mungilku.
tapi...
aku masih terus mendengarkanmu,
memandangimu di tiap-tiap senti ragamu,
mengalirkan sejuta darah yg
mengalir begitu cepat untukmu.
Aku tak pernah mampu untuk
sekedar pura-pura tak perlu denganmu...
tapi...
kau masih di sana dan aku di sini.
Dengan kesepian kita masing-masing.
Bukankah begitu??!
:alm Pablo Neruda...thx
tapi...
aku mencarimu...dalam sepi
yang begitu menyesakkan
yg gelapnya menghalang-halangiku,
aku mencarimu...dalam detik-detik yg menghunus-hunus
dan cekikkan angin hampa.
api yang tak pernah padam dan
embun yang tak kunjung mengering
adalah sahabat, yang setia memapahku
dalam menujumu
tapi...
di sini aku kehilangan arah menujumu,
kehilangan jalan yg tertutup pasir,
aku kegelapan!
tapi...
kau juga tak pernah peduli, purapura tak mengerti
bahkan sebelah matapun.
Kau berteriak, aku dengar itu,
tapi kau juga sumbat kedua daun kupingku,
kau tutup kedua mata tajamku...
dan kau koyak-koyak
otak mungilku.
tapi...
aku masih terus mendengarkanmu,
memandangimu di tiap-tiap senti ragamu,
mengalirkan sejuta darah yg
mengalir begitu cepat untukmu.
Aku tak pernah mampu untuk
sekedar pura-pura tak perlu denganmu...
tapi...
kau masih di sana dan aku di sini.
Dengan kesepian kita masing-masing.
Bukankah begitu??!
12 September 2001
11 September 2001
lalu rintik-rintik air itu mengalir lagi di antara kaca-kaca jendela, di pintu-pintu rumah dan tembok-tembok kusam.
aku suka hujan...entah mungkin karena aku tumbuh di sebuah kota yang terkenal akan derasnya hujan. atau mungkin masa kecilku bermandikan hujan dan dansa katak-katak jalanan.
kecipak-kecipak-dung-dung, begitulah bunyi percikan air berdendang dan seribu tarian alam bermandi mesra. mungkin ini jugalah yang selalu membuatku terlalu sentimentil jika melihat, mendengar dan merasakan hujan.
aku tak suka payung, aku lebih suka basah berkuyup-kuyup.
aku suka hujan...entah mungkin karena aku tumbuh di sebuah kota yang terkenal akan derasnya hujan. atau mungkin masa kecilku bermandikan hujan dan dansa katak-katak jalanan.
kecipak-kecipak-dung-dung, begitulah bunyi percikan air berdendang dan seribu tarian alam bermandi mesra. mungkin ini jugalah yang selalu membuatku terlalu sentimentil jika melihat, mendengar dan merasakan hujan.
aku tak suka payung, aku lebih suka basah berkuyup-kuyup.
"Justru Pada Akhir Tahun"
Rendra
Bermukimlah di peti mati dan jangan menatap lagi
aku terpaksa berkhianat dan cintamu jadi siksa
keengganan-kehilangan jadi ketakutan bangsawan
sangsi yang ini mendorong ingin segala punya
dan jadilah hatiku asing pada pangkalan dan persinggahan
Berilah aku kenikmatan atau keedanan dan bukan cinta
cinta memang kudamba tapi jadi asing di dekatnya
begitu agung ia, mungkin tak kukenal bila singgah di dada
dan oleh luka tak kupercaya lagi kehadirannya
Terkutuklah saat-saat aku sadari diri begini
tampak seolah tindakku berbunga dosa
tindak yang di sisi hatiku sungguh bening
(Percayalah! Matamu 'kan mengutuk segala dusta.)
Tolonglah memupus lari sangsiku.
(demi cintamu yang tidak waras kepadaku!)
Pendamlah cintamu dalam perbuatan edan
atau sekali-kali berkhianatlah kepadaku
atau bermukimlah di peti mati dan jangan nangis lagi
atau bunuh aku dengan tikaman mesra duka cinta
dan segalanya akan pupus begitu
bukankah itu mesra, sayangku?
*dikutip dari Empat Kumpulan Sajak, Rendra, Pustaka Jaya
Rendra
Bermukimlah di peti mati dan jangan menatap lagi
aku terpaksa berkhianat dan cintamu jadi siksa
keengganan-kehilangan jadi ketakutan bangsawan
sangsi yang ini mendorong ingin segala punya
dan jadilah hatiku asing pada pangkalan dan persinggahan
Berilah aku kenikmatan atau keedanan dan bukan cinta
cinta memang kudamba tapi jadi asing di dekatnya
begitu agung ia, mungkin tak kukenal bila singgah di dada
dan oleh luka tak kupercaya lagi kehadirannya
Terkutuklah saat-saat aku sadari diri begini
tampak seolah tindakku berbunga dosa
tindak yang di sisi hatiku sungguh bening
(Percayalah! Matamu 'kan mengutuk segala dusta.)
Tolonglah memupus lari sangsiku.
(demi cintamu yang tidak waras kepadaku!)
Pendamlah cintamu dalam perbuatan edan
atau sekali-kali berkhianatlah kepadaku
atau bermukimlah di peti mati dan jangan nangis lagi
atau bunuh aku dengan tikaman mesra duka cinta
dan segalanya akan pupus begitu
bukankah itu mesra, sayangku?
*dikutip dari Empat Kumpulan Sajak, Rendra, Pustaka Jaya
10 September 2001
09 September 2001
08 September 2001
07 September 2001
06 September 2001
05 September 2001
Kalau kau lupakan aku
(Pablo Neruda)
Aku mau kau tahu
satu hal.
Kau tahu bagaimana rasanya:
kalau aku memandang
bulan kristal, di ranting merah
musim gugur yang bergerak lambat di jendelaku,
kalau aku sentuh
di dekat perapian
abu lembut
atau tubuh keriput kayu,
semuanya membawaku padamu,
seolah semua yang ada,
aroma, cahaya, logam,
adalah kapal kapal kecil
yang berlayar
menuju pulau pulaumu yang menungguku itu.
Jadi, sekarang,
kalau sedikit demi sedikit kau berhenti mencintaiku
aku akan berhenti mencintaimu sedikit demi sedikit.
Kalau tiba tiba
kau melupakanku
jangan cari aku,
karena aku pasti sudah akan melupakanmu.
Kalau kau pikir panjang dan gila
angin panji panji
yang berlalu dalam hidupku,
dan kau putuskan
untuk meninggalkanku di pantai
hati di mana akarku berada,
ingatlah
hari itu juga,
jam itu juga,
aku akan melepaskan tanganku
dan akarku akan berlayar
mencari negeri baru.
Tapi
kalau setiap hari,
setiap jam,
kau rasa kau memang ditakdirkan untukku
dengan kelembutan yang tak terkira,
kalau setiap hari sebuah bunga
naik ke bibirmu mencariku,
ah sayangku, kekasihku,
dalam diriku semua api itu akan terbalas,
dalam diriku tak ada yang akan padam atau terlupakan,
cintaku hidup dari cintamu, kekasihku,
dan selama kau hidup cintaku akan terus dalam
rangkulanmu
tanpa meninggalkanku.
-terjemahan Saut Situmorang
(Pablo Neruda)
Aku mau kau tahu
satu hal.
Kau tahu bagaimana rasanya:
kalau aku memandang
bulan kristal, di ranting merah
musim gugur yang bergerak lambat di jendelaku,
kalau aku sentuh
di dekat perapian
abu lembut
atau tubuh keriput kayu,
semuanya membawaku padamu,
seolah semua yang ada,
aroma, cahaya, logam,
adalah kapal kapal kecil
yang berlayar
menuju pulau pulaumu yang menungguku itu.
Jadi, sekarang,
kalau sedikit demi sedikit kau berhenti mencintaiku
aku akan berhenti mencintaimu sedikit demi sedikit.
Kalau tiba tiba
kau melupakanku
jangan cari aku,
karena aku pasti sudah akan melupakanmu.
Kalau kau pikir panjang dan gila
angin panji panji
yang berlalu dalam hidupku,
dan kau putuskan
untuk meninggalkanku di pantai
hati di mana akarku berada,
ingatlah
hari itu juga,
jam itu juga,
aku akan melepaskan tanganku
dan akarku akan berlayar
mencari negeri baru.
Tapi
kalau setiap hari,
setiap jam,
kau rasa kau memang ditakdirkan untukku
dengan kelembutan yang tak terkira,
kalau setiap hari sebuah bunga
naik ke bibirmu mencariku,
ah sayangku, kekasihku,
dalam diriku semua api itu akan terbalas,
dalam diriku tak ada yang akan padam atau terlupakan,
cintaku hidup dari cintamu, kekasihku,
dan selama kau hidup cintaku akan terus dalam
rangkulanmu
tanpa meninggalkanku.
-terjemahan Saut Situmorang
Puisi Paling Sedih
(Pablo Neruda)
aku bisa saja menulis puisi paling sedih malam ini.
misalnya, menulis: “malam penuh bintang,
dan bintang bintang itu, biru, menggigil di kejauhan.”
angin malam berkelit di langit sambil bernyanyi.
aku bisa saja menulis puisi paling sedih malam ini.
aku pernah mencintainya, dan kadang-kadang dia pernah
mencintaiku juga.
di malam-malam seperti ini, aku rangkul dia dalam
pelukan.
aku ciumi dia berkali kali di bawah langit tak
berbatas.
dia pernah mencintaiku, kadang-kadang aku pun
mencintainya.
bagaimana mungkin aku tak akan mencintai matanya yang
besar dan tenang itu?
aku bisa saja menulis puisi paling sedih malam ini.
kerna aku tak memilikinya. kerna aku kehilangan dia.
kerna malam begitu mencekam, begitu mencekam tanpa
dirinya.
dan puisiku masuk dalam jiwa seperti embun pada
rumputan.
tak apa kalau cintaku tak bisa di sini menahannya.
malam penuh bintang dan tak ada di sini dia.
begitulah. di kejauhan, seseorang menyanyi. di
kejauhan.
jiwaku mati kini tanpa dia.
kerna ingin menghadirkannya di sini, mataku
mencarinya.
hatiku mencarinya dan tak ada di sini dia.
malam yang itu itu juga, yang membuat putih pohonan
yang itu itu juga.
kami, yang dulu satu, tak lagi satu kini.
aku tak lagi mencintainya, benar, tapi betapa cintanya
aku dulu padanya.
suaraku menggapai angin hanya untuk menyentuh
telinganya.
milik orang lain. dia akan jadi milik orang lain.
seperti dia dulu
milik ciuman ciumanku.
suaranya, tubuhnya yang kecil. matanya yang memandang
jauh.
aku tak lagi mencintainya, benar, tapi mungkin aku
mencintainya.
cinta begitu pendek dan memori begitu singkat.
kerna di malam malam seperti ini dulu aku rangkul dia
dalam pelukan,
jiwaku mati kini tanpa dirinya.
mungkin ini luka terakhir yang dibuatnya,
dan ini puisi terakhir yang kutulis untuknya.
-terjemahan Saut Situmorang
(Pablo Neruda)
aku bisa saja menulis puisi paling sedih malam ini.
misalnya, menulis: “malam penuh bintang,
dan bintang bintang itu, biru, menggigil di kejauhan.”
angin malam berkelit di langit sambil bernyanyi.
aku bisa saja menulis puisi paling sedih malam ini.
aku pernah mencintainya, dan kadang-kadang dia pernah
mencintaiku juga.
di malam-malam seperti ini, aku rangkul dia dalam
pelukan.
aku ciumi dia berkali kali di bawah langit tak
berbatas.
dia pernah mencintaiku, kadang-kadang aku pun
mencintainya.
bagaimana mungkin aku tak akan mencintai matanya yang
besar dan tenang itu?
aku bisa saja menulis puisi paling sedih malam ini.
kerna aku tak memilikinya. kerna aku kehilangan dia.
kerna malam begitu mencekam, begitu mencekam tanpa
dirinya.
dan puisiku masuk dalam jiwa seperti embun pada
rumputan.
tak apa kalau cintaku tak bisa di sini menahannya.
malam penuh bintang dan tak ada di sini dia.
begitulah. di kejauhan, seseorang menyanyi. di
kejauhan.
jiwaku mati kini tanpa dia.
kerna ingin menghadirkannya di sini, mataku
mencarinya.
hatiku mencarinya dan tak ada di sini dia.
malam yang itu itu juga, yang membuat putih pohonan
yang itu itu juga.
kami, yang dulu satu, tak lagi satu kini.
aku tak lagi mencintainya, benar, tapi betapa cintanya
aku dulu padanya.
suaraku menggapai angin hanya untuk menyentuh
telinganya.
milik orang lain. dia akan jadi milik orang lain.
seperti dia dulu
milik ciuman ciumanku.
suaranya, tubuhnya yang kecil. matanya yang memandang
jauh.
aku tak lagi mencintainya, benar, tapi mungkin aku
mencintainya.
cinta begitu pendek dan memori begitu singkat.
kerna di malam malam seperti ini dulu aku rangkul dia
dalam pelukan,
jiwaku mati kini tanpa dirinya.
mungkin ini luka terakhir yang dibuatnya,
dan ini puisi terakhir yang kutulis untuknya.
-terjemahan Saut Situmorang
Cinta
(Pablo Neruda)
Karenamu, di taman taman penuh bunga mekar aku terluka
oleh wangi harum musim semi.
Aku telah melupakan wajahmu, aku tak lagi ingat
tanganmu; bagaimana rasanya bibirmu di bibirku?
Karenamu, aku mencintai patung patung putih yang
mengantuk di taman taman, patung patung putih yang
bisu dan buta.
Aku telah melupakan suaramu, suaramu yang ceria
itu; aku telah melupakan matamu.
Seperti bunga dengan wangi harumnya, aku terikat
dengan memorimu yang mengabur. Aku hidup dalam pedih
yang seperti sebuah luka; kalau kau sentuh aku, maka
hancurlah aku.
Belaianmu menyelimutiku, seperti tumbuhan
merambat di dinding duka.
Aku telah melupakan cintamu, tapi aku masih
seperti melihatmu di setiap jendela.
Karenamu, wangi harum musim panas yang memabukkan
kini menyakitkan; karenamu, aku kembali mencari tanda
tanda yang membangkitkan cinta: bintang jatuh, semua
yang jatuh.
-terjemahan Saut Situmorang
buat ulus, yg katanya lom baca puisi2 cintanya neruda, mantep kan?
(Pablo Neruda)
Karenamu, di taman taman penuh bunga mekar aku terluka
oleh wangi harum musim semi.
Aku telah melupakan wajahmu, aku tak lagi ingat
tanganmu; bagaimana rasanya bibirmu di bibirku?
Karenamu, aku mencintai patung patung putih yang
mengantuk di taman taman, patung patung putih yang
bisu dan buta.
Aku telah melupakan suaramu, suaramu yang ceria
itu; aku telah melupakan matamu.
Seperti bunga dengan wangi harumnya, aku terikat
dengan memorimu yang mengabur. Aku hidup dalam pedih
yang seperti sebuah luka; kalau kau sentuh aku, maka
hancurlah aku.
Belaianmu menyelimutiku, seperti tumbuhan
merambat di dinding duka.
Aku telah melupakan cintamu, tapi aku masih
seperti melihatmu di setiap jendela.
Karenamu, wangi harum musim panas yang memabukkan
kini menyakitkan; karenamu, aku kembali mencari tanda
tanda yang membangkitkan cinta: bintang jatuh, semua
yang jatuh.
-terjemahan Saut Situmorang
buat ulus, yg katanya lom baca puisi2 cintanya neruda, mantep kan?
enam orang di mobil itu... kala hari mulai larut...
dua orang berkulit kuning, bermata sipit...
terlihat pandai dari isi omongan mereka di luar tadi
tiga lagi berkacamata, berkulit gelap...
tampak berwajah murung... seakan hidupnya tak pernah terisi ceria
sedangkan dua lainnya hanya diam... kadang beryanyi-nyanyi kecil
kini semuanya diam...
seakan ada tiga dunia dalam semesta sempit itu.
satu kata tak bersahut....
dan mereka pun terdiam kembali
Surabaya, 5 September 2001
Renungan di tengah jalan tol
dua orang berkulit kuning, bermata sipit...
terlihat pandai dari isi omongan mereka di luar tadi
tiga lagi berkacamata, berkulit gelap...
tampak berwajah murung... seakan hidupnya tak pernah terisi ceria
sedangkan dua lainnya hanya diam... kadang beryanyi-nyanyi kecil
kini semuanya diam...
seakan ada tiga dunia dalam semesta sempit itu.
satu kata tak bersahut....
dan mereka pun terdiam kembali
Surabaya, 5 September 2001
Renungan di tengah jalan tol
04 September 2001
03 September 2001
sembilanpuluh sembilan nama usang
uanguanguanguanguanguanguanguanguang
uanguanguanguanguanguanguanguanguang
uanguanguanguanguanguanguanguanguang
uanguanguanguanguanguanguanguanguang
uanguanguanguanguanguanguanguanguang
uanguanguanguanguanguanguanguanguang
uanguanguanguanguanguanguanguanguang
uanguanguanguanguanguanguanguanguang
uanguanguanguanguanguanguanguanguang
uanguanguanguanguangaunguanguanguang
uanguanguanguanguanguanguanguanguang
uanguanguanguanguanguanguanguanguang
uanguanguanguanguanguanguanguanguang
uanguanguanguanguanguanguanguanguang
uanguanguanguanguanguanguanguanguang
uanguanguanguanguanguanguanguanguang
uanguanguanguanguanguanguanguanguang
uanguanguanguanguanguanguanguanguang
uanguanguanguanguanguanguanguanguang
uanguanguanguanguanguanguanguanguang
uanguanguanguanguangaunguanguanguang
uanguanguanguanguanguanguanguanguang
buat ulus:
aku ingin jadi tuhan
aku ingin jadi, tuhan
aku ingin tuhan jadi
tuhan ingin jadi aku
ingin aku tuhan jadi
tuhan ingin aku jadi
tuhan ingin aku, jadi
jadi, aku ingin tuhan
jadi tuhan ingin aku
jadi tuhan aku ingin
aku jadi tuhan, ingin
tuhan jadi aku, ingin
ingin tuhan jadi aku
aku, tuhan, jadi ingin
aku jadi, tuhan ingin
tuhan aku ingin jadi
tuhan, jadi ingin aku
ah...begitu berbelit-belitkah hidup???
aku ingin jadi tuhan
aku ingin jadi, tuhan
aku ingin tuhan jadi
tuhan ingin jadi aku
ingin aku tuhan jadi
tuhan ingin aku jadi
tuhan ingin aku, jadi
jadi, aku ingin tuhan
jadi tuhan ingin aku
jadi tuhan aku ingin
aku jadi tuhan, ingin
tuhan jadi aku, ingin
ingin tuhan jadi aku
aku, tuhan, jadi ingin
aku jadi, tuhan ingin
tuhan aku ingin jadi
tuhan, jadi ingin aku
ah...begitu berbelit-belitkah hidup???
aku rindu birunya lautmu
dalam debur semburnya
dalam lebur liurnya
aku rindu birunya lautmu
dalam angin kerasnya
dalam hempasan karang-karangnya
aku rindu birunya lautmu
dalam gejolak ombaknya
dalam naik turunnya pasang
di pantaian aku terdampar
di dasar lautan aku terlempar
aku masih rindu birunya lautmu!
dalam debur semburnya
dalam lebur liurnya
aku rindu birunya lautmu
dalam angin kerasnya
dalam hempasan karang-karangnya
aku rindu birunya lautmu
dalam gejolak ombaknya
dalam naik turunnya pasang
di pantaian aku terdampar
di dasar lautan aku terlempar
aku masih rindu birunya lautmu!
01 September 2001
malam seribu cinta
lalu mendekaplah
seribu cinta Rumi
ke dalam jiwanya...
mendekapnya dengam erat
hingga bulan tampak
merah karenanya
lalu mendekaplah
seribu cinta Rumi
ke dalam jiwanya
ketika tak ada lagi bentuk
dan musnah segenap bilangan
melebur dan meleleh
ke dalam satu gugusan bintang:
Sang Kekasih
lalu mendekaplah
seribu cinta Rumi
ke dalam jiwanya...
mendekapnya dengam erat
hingga bulan tampak
merah karenanya
lalu mendekaplah
seribu cinta Rumi
ke dalam jiwanya
ketika tak ada lagi bentuk
dan musnah segenap bilangan
melebur dan meleleh
ke dalam satu gugusan bintang:
Sang Kekasih
Langganan:
Postingan (Atom)